Setelah selesai meeting, Tay dan Singto pulang bersama. Singto memang sudah ijin pada Wayu jika dia tak akan lagi kembali ke kantor, lagi pula tak ada lagi pekerjaan di sana, dan Wayu mengijinkan Singto ikut pulang bersama Tay.
Tay membuka pagar rumahnya dan berjalan masuk ke sana dengan diikuti oleh Singto. Rumah itu sangat berdebu karna memang tak pernah di bersihkan semenjak kosong, padahal mama Singto pernah menawarkan bantuan jika mereka tidak keberatan mama Singto mau memegang kunci rumah itu, dan seminggu sekali akan memanggil jasa home service untuk membersihkan rumahnya tapi tante Rose menolak dan sengaja membiarkan rumah itu terbengkalai.
Sedikit tidak masuk akal memang, tapi Tante Rose mengatakan dengan membiarkan rumah itu kosong, dia berharap Krist bisa tinggal di sana, itu sebabnya Singto suka melihat rumah Krist, dia percaya dengan ucapan Tante Rose, dan berharap Krist memang tinggal dirumah itu memperhatikan dirinya.
Tay dan Singto berjalan ke kamar Krist, mata Singto memerah melihat kamarnya, semua barang, bahkan seprei kasur Krist masih sama seperti 5 tahun yang lalu, air mata menetes membasahi pipinya, dia menangis mengingat masa-masa dimana dia menggangu Krist di kamar itu.
"Kenapa kamu menangis?" Ucap Tay saat menyadari itu.
"Aku merindukan phi Krist" Ucap Singto.
"Apa kalian menjalin hubungan, huh?" Ucap Tay.
"Apa menurut phi, phi Krist mau menjalin hubungan dengan ku" Ucap Singto.
"Tidak" Ucap Tay.
"Phi tahu sendiri jawabannya" Ucap Singto sambil menghapus air matanya.
"Apa kamu mencintainya?" Tanya Tay.
"Ya" Ucap Singto.
"Aku sudah bisa menebak itu sejak lama" Ucap Tay sambil terkekeh kecil.
Singto berjalan membuka pintu balkon, dan berdiri disana, Tay mengusap sebuah sofa yang berdebu, dia membersihkannya agar bisa di duduki.
Ponsel Singto berdering, di layar ponselnya ada nama Wayu disana, Singto mengangkat panggilan itu, dan bicara beberapa menit dengan Wayu.
"Siapa yang menelepon mu?" Tanya Tay, setelah Singto mematikan panggilannya.
"Tuan Wayu, aku membawa berkas yang di butuhkannya, sebentar lagi dia akan kesini mengambil itu" Ucap Singto.
"Oh, membicarakan tentang tuan Wayu, apa kamu menyadari jika wajahnya mirip Krist?" Ucap Tay.
"Ya, kami sudah pernah membahas itu sebelumnya, bahkan sifat menyebalkan itu juga mirip dengan phi Krist" Ucap Singto.
"Sayangnya mereka tak pernah bertemu, jika mereka bertemu aku yakin mereka seperti melihat diri mereka sendiri di cermin" Ucap Tay.
"Tapi phi Krist ku lebih tampan" Ucap Singto.
Singto melihat mobil Wayu berhenti di depan pagar rumah.
"Tuan" Teriak Singto dari atas sehingga membuat Wayu menoleh ke atas, Singto melambaikan tangannya menyapa Wayu.
Wayu menelpon Singto, kemudian Singto mengangkat panggilannya.
"Kenapa harus menelpon ku? Tuan bisa bicara sedikit nyaring, aku bisa mendengar ucapan tuan" Ucap Singto sembari menatap Wayu.
"Aku bukan pria gila seperti mu yang akan bicara sambil berteriak" Ucap Wayu datar.
Tay berdiri di samping Singto dan melihat Wayu yang menatap ke arah mereka. Saat Wayu menoleh ke atas, dia terlihat sangat mirip seperti Krist.
"Turun sekarang, Sing!" Ucap Wayu.
"Masuk saja, tuan. Pintu depan tak terkunci" Ucap Singto kemudian dia mematikan panggilan itu sehingga membuat Wayu menatap tajam pada Singto.
Wayu terpaksa melangkahkan kakinya masuk ke rumah itu, baru saja Wayu menginjakan kaki disana, dia menatap heran karna rumah itu sangat berdebu, tak ingin memikirkan kondisi rumah orang, Wayu berjalan ke lantai atas, sedangkan Singto sudah menunggu Wayu di depan pintu kamar Krist.
"Ayo masuk, tuan" Ucap Singto.
Wayu mengangguk, dia masuk ke kamar Krist, di atas nakas dia melihat foto Krist, Wayu menyentuh wajahnya sendiri saat melihat wajah Krist yang sama persis sepertinya.
"Dia adik ku" Ucap Tay.
"Oh" Ucap Wayu.
"Dan ini kamar phi Krist" Ucap Singto sambil tersenyum girang.
"Mana berkas yang ku sebutkan tadi?" Tanya Wayu.
"Sebentar, tuan" Ucap Singto.
"Sing, aku ingin melihat kamar Off, dan membersihkan kamarnya untuk aku tidur malam ini" Ucap Tay.
Tay berjalan keluar dari kamar Krist meninggalkan Wayu dan Singto berdua.
"Kenapa aku tiba-tiba merinding" Gumam Singto.
"Mungkin ada hantu Krist disini" Ucap Wayu asal.
"Bukan!? D-di novel yang ku baca, jika berduaan di kamar seperti ini--"
"Cukup!" Potong Wayu.
"A-ahh... Ya, maafkan aku" Ucap Singto sembari menutup mulutnya.
Sesuatu lewat di atas lemari menyebabkan kotak kosong yang ada disana terjatuh ke lantai, Singto terkejut dan reflek melompat ke tubuh Wayu. Singto memeluk Wayu erat karna ketakutan, sedangkan Wayu menatap ke atas lemari, dia melihat tikus disana.
"Itu hanya tikus, Sing" Ucap Wayu yang kini berusaha melepas Singto agar melepas tubuhnya.
"B-bohong, itu pasti phi Krist!" Gumam Singto.
"Bukankah kamu mencintainya? Jika benar itu orang yang kamu cintai kenapa kamu harus takut, huh?" Ucap Wayu.
"Aku memang mencintai phi Krist, tuan. Tapi mencintai phi Krist sebagai manusia, jika dia menjadi hantu, aku tentu akan takut dengannya" Ucap Singto.
"Jika aku di beri kesempatan untuk bertemu Weir, tak peduli seperti apa wujudnya sekarang, aku akan sangat bahagia dan memeluk erat tubuhnya dengan mengatakan aku sangat merindukannya" Ucap Wayu sembari menatap wajah Singto.
Ya, Wayu menatap Singto karna memang wajah Singto sangat mirip dengan Weir, tak bisa di pungkiri dia sangat merindukan Weir sekarang.
Singto juga menatap wajah Wayu, dia dapat melihat banyak pancaran kesedihan disana, wajah yang biasanya berekpresi datar kini terlihat sedih. Wayu memegang pinggang Singto sehingga membuat Singto sedikit terkejut, tubuhnya mendadak kelu, apa lagi hembusan nafas hangat Wayu semakin terasa mengenai kulit wajahnya.
Di novel yang sering dia baca, itu artinya Wayu akan menciumnya, apa lagi sampai sekarang Wayu masih terus menatap matanya, bahkan tak berkedip sedikitpun sejak tadi, saat bibir Wayu ingin mendarat di bibirnya, Singto menahan itu dengan tangannya.
"Tuan, kita di kamar phi Krist sekarang, bisa saja phi Krist akan menghantui tuan nanti karna berani mencium ku" Ucap Singto dengan wajah cemasnya.
Seakan tersadar dengan apa yang ingin di lakukannya, Wayu melepas tangannya di pinggang Singto dan menjaga jarak dari Singto.
"Maafkan aku" Ucap Wayu.
Tbc.
Jangan lupa di vote ya guys.
YOU ARE READING
Same But Different
FanfictionSama tapi berbeda, Singto yang masih gagal move on karna kepergian Krist bertemu dengan seorang pria yang sangat mirip dengan Krist, akankah pria itu bisa menggantikan posisi Krist di hati Singto? *Sequel Introvert! Baca introvert dulu ya baru baca...
