"Boleh saja. "

"Terimakasih,Yang Mulia. "

"Panggil saja aku Ayah, Rora" ucap Roger yang seketika membuat hati Aurora tersentuh.

"A-ayah." Aurora merasa terharu, karena ia merasakan sosok ayahnya yang telah meninggal hadir di sosok bangsawan di depannya ini.

"Hey, jangan menangis."Rose mengelus pelan surai Aurora.

Roger bangkit dari duduknya lalu menghampiri Aurora berniat untuk menghiburnya.

"Bolehkah aku memelukmu?" pinta Aurora saat melihat Roger yang berdiri di sampingnya.

Grep

Tanpa aba-aba Roger langsung memeluk Aurora penuh kasih sayang, seperti seorang ayah yang memeluk putri kesayangannya.

"Aku rindu Ayah," tangis Aurora pecah saat Roger memeluknya. Alan yang melihat Aurora menangis hanya bisa diam, dalam hatinya ia juga merasa sedih, karena melihat gadis yang ia suka ternyata serapuh ini.

"Sssstt... tenanglah."Roger menepuk pelan punggung aurora.

"Terimakasih," ucap Aurora dengan perlahan melepaskan pelukannya.

Sore hari, sebelum Aurora berangkat ke kediaman Viscount Roger, gadis itu terlebih dahulu mempersiapkan barang-barang yang akan ia bawa. Termasuk beberapa buku yang di berikan oleh Rose, karena gadis itu masih belum sepenuhnya menguasai ilmu sihir yang diajarkan oleh Rose.

"Bibi, aku pasti akan merindukanmu," lirih Aurora sambil memeluk erat Rose yang berada di kamarnya.

"Kau bisa berkunjung kemari, lagipula perjalanan hanya setengah hari sudah sampai, apalagi dengan kecepatan larinya Woffy. Mungkin, tidak setengah hari kau sudah sampai."

"Hmmm, baiklah," pasrah Aurora.

"Ingat pesan bibi!" jedanya, "di sana... kau harus menjadi anak yang baik. Jangan melanggar aturan di kediaman Paman Roger. Meski mereka bukan bangsawan kelas atas, namun tetap saja mereka seorang bangsawan yang terhormat, berbeda dengan kita yang hanya rakyat biasa. Tetaplah rendah diri, jangan menjadi anak yang sombong karena ada keistimewaan dalam dirimu yang tak dimiliki oleh orang lain, paham?"

"Paham, Bibi." Gadis itu tersenyum manis, karena merasa senang mendapat nasihat dari Rose.

"Sesekali bibi akan menemuimu di sana,"
ucap Rose, karena sesungguhnya ia juga tidak rela berpisah dengan aurora. Tetapi mau bagaimana lagi? ini semua demi kebaikan gadis yang ada di depannya saat ini.

"Oh ya, apakah di kediaman Viscount Roger ada yang bisa ilmu sihir?"

"Tidak ada," jawab Rose.

"Terus,apakah mereka tau jika bibi bisa sihir?"

"Tidak."

"Hah!"

"Rora, dengarkan bibi" Rose menatap aurora serius. "Bibi pernah menjelaskan kepadamu, karena sihir tak dapat semua orang bisa melakukannya. Hanya orang terpilih yang bisa melakukannya berdasarkan tingkatan. Bibi terpilih ,tapi ilmu bibi hanya di tingkat rendah, oleh karena itu kau harus belajar diluar sana untuk mencari guru yang lebih menguasai ilmu bela diri dan sihir, Rora."

"Baiklah, Bi, sementara ini aku akan belajar bela diri terlebih dahulu di kediaman Viscount Roger"

"Ya, memang lebih baik seperti itu," ucap Rose.

"Ayo kita keluar sekarang," Rose membawa tas Aurora yang berukuran sedang untuk dibawa keluar kamar.

"Bibi, biar aku saja," Aurora hendak merampas tas itu namun tangannya segera di sentak oleh Rose.

"Diam, jangan membantah!" Aurora menuruti ucapan Rose.

Saat diruang tamu, Semua orang berkumpul untuk bersiap berangkat sekarang. Sesekali Alan mencuri pandang ke arah Aurora yang tampak lebih cantik dan segar karena gadis itu baru saja melakukan ritual mandinya.

Mereka semua berjalan keluar rumah yang langsung disambut oleh 5 prajurit. Di depan rumah Rose terdapat 7 kuda dan juga woffy yang sudah bersiap dengan barang barang Aurora yang diletakkan di atas tubuhnya.

"Prajurit! kita melewati jalur hutan, jangan sampai ada yang melihat serigala itu!" titah Roger

"Baik, Yang Mulia."

"Bibi, aku berangkat dulu," pamit Aurora memeluk Rose, cairan bening dari pelupuk mata Rose akhirnya jatuh, namun langsung di hapus olehnya,selagi gadis itu tak menyadarinya.

"Iya, hati-hati dijalan." Rose melepas pelukannya, lalu ia menatap Roger.

"Roger, tolong kau jaga baik-baik Aurora."

"Kau sudah beratus kali mengucapkan itu,Rose," cibir Roger. "Lagipula, Rora sudah kuanggap seperti anakku sendiri."

"Baiklah."

"Sekarang kita berangkat!"titah Roger,semua langsung berjalan menghampiri tunggangannya masing-masing.

Sebelum pergi, Aurora melambaikan tangannya kepada Rose. "Dadaaa, Bibi!" Teriak Aurora.

Rose terkekeh melihat tingkah Aurora, perlahan siluet mereka sudah menghilang saat memasuki area hutan.

"Semoga selamat sampai tujuan, sayang."

Halo, maaf ya guys aku lama gak update 😔.

Karena aku lagi ada masalah di RL, jadi gak fokus untuk menulis🙂.

Semoga kalian suka ya dengan part ini.

Makasih yang sudah baca.

Jangan lupa vote & komen ya 🥰

I'm Aurora (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang