"Ah, tidak!" Aurora tersadar saat merasa perkataannya sangat konyol. "Tolong, jangan makan aku," pintanya, ia bersimpuh di tanah yang ia pijak sekarang.
"Ck, lagi pula aku tidak ingin memakanmu." Aurora mendengar nya sangat senang, karena dirinya tidak jadi mati hari ini.
"Syukurlah." Aurora menghela nafas lega. "Lalu, siapa kau, dan sebenarnya aku ada dimana?" tanya Aurora kepada naga yang sedang terbang rendah di hadapannya saat ini.
"Sekarang kau ada di duniaku, dunia bawah." Aurora mengernyitkan keningnya. Dia masih tidak paham perkataan Naga itu.
"Aku adalah Dragon. Tetapi, kau bisa memanggilku Draco."
"Apa tujuanmu membawa ku kemari, Draco?" tanya Aurora.
"Tidak sabaran ternyata," cibir Draco.
"Aaaaaaaa!!!!"
Aurora merasa dunia nya terbalik sekarang, karena dirinya ditarik paksa oleh ranting yang masih setia mencengkram kakinya.Tubuhnya melayang terbalik di udara.
"Sangat menyenangkan bermain denganmu."
"Lepaskan aku Draco!" pinta Aurora saat merasa kepalanya sedikit pusing.
Byurr
Tubuh aurora terjatuh di danau, untung saja dirinya bisa berenang.Kini ia berenang ketepian. Perlahan, Aurora merasa tubuhnya membaik, luka sayatan dan memar yang ada di tubuhnya menghilang.
"Bagaimana bisa?" Aurora menatap Draco penuh tanda tanya.
"Itu karena kau sudah mandi di danau naga," jelas Draco yang terbang rendah di depan wajah Aurora. Hembusan nafas yang terasa sedikit panas menerpa wajah Aurora.
"Aku tidak tau harus berterima kasih atau tidak denganmu Draco. Karena, dari awal kau lah yang membuatku terluka. Dan kau juga yang menyembuhkanku." Draco yang mendengar ucapan Aurora tergelak, ya! Memang dirinya yang dari tadi mengerjai Aurora, karena gadis cantik yang ada di hadapannya saat ini sangat menarik.
"Hahahah, kau benar sekali. Lagi pula itu hanya luka kecil, anggap saja permulaan," Kata Draco. Aurora mengernyitkan dahinya. Merasa ada yang janggal dengan ucapan naga itu.
"Apa maksudmu?"
"Aku lah yang membawamu ke dunia ini. Gelang yang kau pakai adalah gerbang menuju kau ke sini." Perlahan Draco mendekati tubuh Aurora, lalu melingkar kan tubuhnya yang panjang di tubuh Aurora. Aurora yang merasa di peluka dengan hangat merasa nyaman.
"Dan juga, gelang itu yang bisa memanipulasi aura putih yang berasal dari tubuhmu agar tidak terlihat. Jadi, sementara ini kau aman," jelasnya, "Tapi kau ceroboh Aurora," lanjutnya.
"Aku tidak melakukan apapun, kenapa kau mengataiku ceroboh!" ketusnya. Dirinya merasa kesal sekarang! Bagaimana tidak? Sudah dua orang yang mengatakan dirinya ceroboh. Oh tidak! Maksudnya 2 makhluk,yang satu manusia, dan yang satunya ular naga.
"Sebenernya Rosa ingin menjelaskan kan kepadamu.Mungkin saja dirinya lupa, mengingat usianya yang sudah tua."
"Rosa? Maksudmu Bibi Rose?"
"Ah,iya, Rose," ucap Draco.
"Memangnya apa yang sudah kulakukan?" tanya Aurora sambil menyandarkan kepalanya di tubuh Draco yang besar. Terasa empuk, namun kasar juga menurut Aurora.
"Kau sudah mengeluarkan kekuatan mu di depan orang banyak, padahal belum waktunya."
"Apakah waktu di pasar?"
"Iya."
"Aku kan...hanya ingin membantu."
"Tapi, kau masih belum bisa menguasai energimu. Jadi tanpa sengaja kau mengeluarkan bau aura putihmu yang bisa dicium oleh bangsa kegelapan."
"Lalu, kapan aku bisa mengendalikan kekuatanku sendiri?" Aurora menatap Draco penuh harap.
"Akan ada waktunya sendiri, asal kau giat berlatih."
"Ayo kita berlatih!" Aurora berdiri mengajak Draco untuk berlatih. Dirinya sudah tidak sabar untuk belajar.
"Gadis bodoh!!!" umpatnya. "Bukan sekarang waktunya. Kau harus belajar di dunia atas bersama Rose dan manusia lainnya terlebih dahulu. Jika kau merasa tubuhmu cukup kuat menguasai nya, kau baru bisa berlatih denganku. Karena tubuhmu belum cukup kuat menerima ilmu dariku. "
"Oh, baiklah kalau begitu, guru Draco." Aurora membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat kepada Draco.
"Panggilan yang bagus." Aurora tersenyum manis menanggapi ucapan Draco.
"Oh iya, apakah Bibi Rose mengetahui keberadaanmu?"tanya Aurora yang sudah penasaran sejak tadi.
"Sudah. Dari awal aku memberikan sinyal keberadaanku yang ada disisimu kepada Rose," jedanya, "dan aku pernah hadir di mimpinya, menjelaskan semua tentangmu dan diriku .Oleh karena itu, dia tau semua apa yang boleh atau tidak kau lakukan untuk keselamatanmu," sambungnya.
"Oh...begitu. Jadi kau juga melihat waktu aku diserang wanita jelek tadi?"
"Jelas saja aku tahu,Rora."
"Lalu, kenapa kau tak menyelamatkanku dari awal, Draco!?" Aurora menatap sinis Draco, Draco yang ditatap sinis langsung mengeluarkan aura yang menakutkan membuat nyali Aurora menciut seketika.
"Lagi pula aku tahu serigala mu itu yang akan menyelamatkanmu, karena aku sudah memanggil dirinya untuk menyelamatkanmu," kata Draco.
"Kenapa kau menyuruh Woffy? Kenapa tidak dirimu saja?"
"Jika aku keluar, seluruh makhluk hidup yang ada di dunia atas akan mati ,Rora. Karena diriku sekarang sedang dikutuk oleh dewa, karena kesalahanku dimasa lalu."
"Kesalahan apa?"
"Banyak tanya kau rupanya," ucap Draco. "Lebih baik, kau tidak tahu apa-apa tentangku sementara ini."
"Huffttt....baiklah," pasrahnya— mustahil membujuk naga ini.
"Kau sudah ditakdirkan untuk memiliki aura putih. Hanya ada dua orang yang memiliki aura putih di setiap generasi, dan kelak kau akan memiliki ilmu sihir yang hebat," jelas Draco.
"Kenapa harus aku?"
"Aku mengetahui kehidupan di duniamu yang dulu. Dan aku melihat hatimu yang tulus. Apalagi kau memiliki darah bulan."
"Darah bulan?"
"Kau terlahir waktu bulan purnama merah, oleh karena itu aku mengirimkan seekor serigala untuk menjagamu."
"Akhhh!!! Kenapa kepalaku sangat pusing?"
"Sudah cukup kita bertemu, waktunya kau kembali, Aurora!" serunya. Perlahan mata Aurora mengabur, dirinya ingin pingsan sekarang.
Bruk.
Aurora pingsan.
Halo guys, maaf ya aku baru bisa update ,karena dari kemarin sibuk hehehe
Jangan lupa vote & komen ya, biar aku tambah semangat
Love you guys 😍
ESTÁS LEYENDO
I'm Aurora (End)
FantasíaWarning!! Follow dulu sebelum baca, masih dalam tahap revisi, penulisan masih acak-acakan 😭🙏 Genre : Romansa - Fantasi - Thriller Aurora Syntra Queela, satu-satunya gadis yang lahir di bawah cahaya bulan purnama merah. Sebuah kelahiran yang memba...
part 8
Comenzar desde el principio
