13 Cafe dan kamu

74 61 1
                                    

°
°
°

Sian melihat waktu di jam tangan yang ada ditangan kirinya yang sudah tepat menunjukkan jarum panjangnya ke angka 4 dan jarum pendeknya ke angka 12 yang menandakan sudah pukul 16:00.

Sudah berjam-jam mereka berada dipantai, dan selama itu juga mereka habiskan untuk bermain papan seluncur, voli, istana pasir, atau sekedar berfoto selfi bersama teman-teman lain sebagai kenang-kenangan.

Angin disore hari terasa semakin kencang. Awan yang tadinya putih berubah menjadi abu-abu gelap. Pohon-pohon kelapa bergerak kesana kemari lebih cepat.

Semua orang yang masih berada di pantai panik. Terlihat dibelakang mereka terdengar suara bising hujan yang terasa semakin mendekat.

Dengan cepat mereka berlari menuju tempat berteduh. Mereka semua tidak sengaja meneduh di sebuah cafe yang pemiliknya ialah sian sendiri.

Padahal rencananya hari ini cafe tutup, tetapi malah dibuka begitu saja oleh andra yang kebetulan memegang kunci ganda.

Seisi cafe jadi penuh dengan pengunjung pantai asmara. Satu persatu dari mereka memesan minuman hangat seperti kopi atau teh untuk menghangatkan badan mereka.

Sementara, sian dan lava masih berada di pantai beralasan jika ingin bermain hujan walaupun sang gadis tidak menyukai hujan yang bisa membuatnya gampang sakit-sakitan.

Berbeda dengan sian yang awalnya membenci hujan kini malah menyukainya karena sebuah alasan khusus. Sian sudah kebal akan hujan, karena bukan hujan yang membuatnya kembali sakit, namun penyakit yang di deritanya lah yang membuatnya menjadi sakit-sakitan.

Lihat saja mereka kini berlari-larian di pinggir pantai dengan ombaknya yang cukup tinggi.

Mereka berdua berlari seperti anak kecil dan tertawa tidak jelas. Meneriakkan seluruh isi hati sepuasnya dengan diiringi alunan suara hujan yang mungkin orang lain tidak akan bisa mendengarnya.

Jeder! Jeder!! Jeder!!!

Suara petir yang terdengar sangat kencang itu menyambar sebuah pohon kelapa yang ada di belakang, hingga membuat kami terkejut dibuatnya.

" Mendingan kita neduh dulu ". Pinta sian menggiringku untuk menjauh dari pohon kelapa yang sudah tumbang tadi.

Akhirnya kami meneduh di sebuah tempat parkiran motor, karena beberapa toko dan tempat kami lewati tiba-tiba saja tutup.

" Cepet naik, gue mau ngajak lo ke suatu tempat yang aman ". Perintah sian yang menaiki motor sportnya dan menyuruhku untuk naik diatasnya.

Aku membalasnya dengan anggukan kecil, lalu menaiki motor itu dengan sangat hati-hati. Setelah itu, sang lelaki menyalakan mesin motornya dan melajukannya dengan pelan.

☘☘☘

Sedari tadi kami belum sampai-sampai ke tempat dimaksud oleh lelaki yang sibuk mengemudi itu. Ia terus-terusan memutar di area jalan menuju pantai. Sebenarnya ia mau membawaku kemana sih, kenapa hanya memutar-mutar??, bikin pusing kepalaku saja.

Ck, ternyata motornya berhenti di cafenya yang tidak jauh dari pantai. Jaraknya hanya 500meter dari pantai. Ck,ck,ck. Kenapa ia tidam bilang dari tadi kalau akan pergi ke cafenya!?.

Kalau begitu jadinya, tidak usah lah memutar-mutar jalan yang memakan waktu hampir 30menit!. Jangan bilang itu hanya modus agar dia bisa berduaan denganku lebih lama.

Ia memarkirkan motornya di parkiran beratap yang terletak berada di samping cafe. Lalu melepaskan helm fullfacenya dan mengibas-ngibaskan rambut yang basah itu dengan sengaja, hingga terkena wajahku yang sudah melepas helm itu.

DEAR SWhere stories live. Discover now