03. Hujan, malam dan teman

233 183 7
                                    

°~Aku suka hujan, karena di kala hujan, aku bisa sepuasnya menangis, sembari menatap laut biru jernih di depan, memikirkan keluarga yang tersayang~ Syandana Samana Arnawama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°
~Aku suka hujan, karena di kala hujan, aku bisa sepuasnya menangis, sembari menatap laut biru jernih di depan, memikirkan keluarga yang tersayang~ Syandana Samana Arnawama

°
°
°

Di lain kamar, sian tengah memilih-milih baju mana akan ia pakai untuk pergi. Mau pergi kemana ya kira-kira dia?.

Tanpa lama-lama ia mengambil jaket berwarna hitam. Setelah itu, memakaikannya. Tak lupa ia membawa buket bunga mawar, handphone beserta dompet ke dalam tas gendong yang di bawa nya.

Sian dengan pelan keluar dari kamarnya dan menguncinya. Ia mendorong motor kesayangannya itu keluar dengan hati-hati. Mendorongnya dengan sekuat tenaga menjauhi kawasan rumahnya. Setelah dirasa jarak rumah sudah jauh, ia mulai menyalakan mesin motor yang suaranya terbilang berisik untuk didengar oleh telinga itu.

Brem brem brem!, terdengar suara mesin motor yang dipanaskan selama beberapa detik. Lalu, ia menancapkan gas-nya untuk meninggalkan kawasan gang rumahnya. Melewati tikungan di setiap gang seperti pembalap motor yang handal.

Hingga akhirnya di depan mata seorang pria pemakai sooflens itu bisa melihat dengan jelas jalanan raya yang sudah siap dengan kehadirannya beserta sang motor kesayangan. Sang lelaki jadi bisa lebih leluasa bergerak di jalan raya yang tak terlalu ramai kendaraan beroda dua dan hanya ada banyak kendaraan beroda empat yang berlalu lalang.

Dengan kecepatan penuh ia terus saja menanncapkan gas motornya diatas rata-rata hingga mencapai 100 kilometer perjam ditengah-tengah rintikkan hujan yang melanda.

Tidak butuh waktu yang lama untuknya sampai ke tepian pasir pantai. Tidak terasa juga waktu pun menunjukkan pukul 01:00 dini hari. Lelaki itu sengaja memilih pantai ancol yang ada daerah jakarta itu disebut pantai asmara oleh sian yang terletak tak jauh dari cafe miliknya yang ada dijalan aspal sana.

Kemudian, lelaki bertubuh tinggi itu turun dari motor sport birunya, melepaskan tas ransel hitam yang ada dipunggungnya dan mengeluarkan sebuah buket berwarna hitam yang isinya adalah bunga mawar merah. Lalu tas ransel hitam ia simpan didalam bagasi motornya, terkecuali benda pipih bernama handphone yang memang akan ditaruh di saku celananya

'Gua harap mereka bakalan suka sama buket bunga yang gua bawa'. gumam sian sambil tersenyum hangat menatap buket bunga yang berada di tangannya.

Dia, lelaki yang memakai jaket hitam itu kini mulai melangkahkan kakinya untuk semakin mendekati bibir pantai dengan alas sepatu. Kakinya terus saja melangkah kearah depan tanpa memikirkan jika hujan semakin deras hingga jaket yang ia pakai saja sudah menjadi basah. Harusnya tadi lelaki itu memakai jaket anti air, jika tahu hujan akan semakin deras.

Dear S [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang