04 Rumah masa lalu

146 126 7
                                    

~Masa lalu biarlah berlalu. Jangan kau terpuruk diam meratapi masa lalu mu yang kelam. Hadapi lah masa depan dan lupakan masa lalumu~ Lavanya Minara Naladhipa

~Bagiku, kenangan kelam di masa lalu akan terus ku pendam dan ku ingat. Karena, bagiku masa depan tak menjamin kebahagian yang lebih dari masa lalu~ Syandana Samana Arnawama

°
°
°


Ceklek!

Bima dan kawan-kawannya terlebih dahulu memasuki rumah itu. Sementara aku menyusul terakhir di belakang.

Saat aku memasuki kamar itu, aku sedikit terkejut. Karena ada interior yang berbeda yang dipasang di dinding dan sela-sela tembok.

Semua lukisan yang aku pajang beberapa bulan lalu telah hilang entah kemana. Foto-foto kenanganku bersama keluarga pun tak terlihat saat aku memasuki ruang tamu.

" SIAPA YANG MINDAHIN BARANG DI RUANGAN INI!!!! ". Sian yang marah akan barang kenangannya tak ada.

Semua teman-teman sian yang ada disana diam tidak bergeming. Terkecuali bima yang mulai bersuara."Gue yan, tapi, lo tenangin diri dulu, barang-barang lama lo aman kok di dalam gudang ". Kata bima memenangkan sang teman.

"Terserah lo". Sian pun pergi meninggalkan ruang tamu yang terdapat teman-temannya berada.

Langkah jenjangnya mengarah ke arah gudang yang berada jauh diujung sana, berdampingaj dengan pintu belakang.

Ketiga lelaki itu merasa bingung dengan perubahan mood temannya bima itu. Seperti wanita saja yang jika marah atau tidak akan berkata ' terserah '.

" Mending kita tidur aja. Ini udah dini hari. Siang nanti kan kita mau kuliah ". Ajak bayu kepada teman-temannya.

Mereka pun pergi meninggalkan ruang tamu dan berjalan menuju kamar masing masing untuk tidur.

Sementara, sian terus saja berjalan. Ia pun telah sampai di depan gudang tempat segala macam barang lama ada disana. Ia membuka pintu gudang yang ternyata tak dikunci.

Ceklek!

Pintu itu terbuka. Ia masuk ke dalamnya dan tidak lupa menyalakan lampu agar gudang yang gelap itu menjadi terang.

Ia mendendap-ngendap mencari dimana lukisan, foto keluarga dan barang-barang yang lainnya berada.

***


Sementara di sisi lain, lavanya dan bu nina tengah berbincang di kamar tidur tamu.

" Makasih udah dipinjamin hpnya neng, maaf ibu udah ganggu tidurnya ".

" Iya tante gak apa-apa kok ". Lava yang merasa tak sungkan akan ibunya sian yang meminjam handphonenya untuk menelepon.

" Gimana neng?, suka gak sama dasternya? ".

" Suka gak suka tan. Tapi, bahannya adem buat dibawa tidur. Biasanya lava kalo mau tidur lebih suka pake piyama ". Balas lavanya.

" Gapapa, yang penting kan nyaman dipakai. Eneng lanjut tidur aja udah tengah malem gini ". Bu nina yang menyuruhku untuk kembali tidur.

Ia sosok ibu yang perhatian. Andai~ ibuku masih ada, pasti aku akan selalu diperhatikan.

Tidak seperti ayah yang selalu jarang pulang ke rumah dan tak memberiku perhatian lebih karena terlalu sibuk dengan urusan kerjanya.

DEAR SWhere stories live. Discover now