05 Pulang

132 111 2
                                    


~Rumah, tempatku untuk pulang. Bertemu dengan orang yang ku sayang. Akan tetapi, orang yang ku sayang itu tak menyayangiku selayaknya ayah kepada putrinya~ Lavanya Minara Naladhipa

~Aku memang punya rumah untuk pulang. Tapi saat pulang, aku berharap orang tua kandungku yang menyapaku. Namun ternyata orang lain yang melakukannya~  Syandana Samana Arnawama

_____________

Pukul 06:00


Tok! Tok! Tok!

Seseorang mengetuk-ngetuk pintu kamar tamu, tak lain tak bukan tante nina.

" Neng, bangun. Ini udah pagi ". Serunya mengetuk pintu.

Lavanya terbangun dari mimpi indahnya kala mendengar suara ketukan pintu.

" Iya tante ". Jawab lava dengan suara serak khas bangun tidur.

Dengan nyawa yang belum terkumpul, lava bangun dari ranjang dan berjalan menuju pintu dengan sempoyongan. Ia membuka pintu yang tak terkunci itu dan mendapati bu nina tersenyum hangat ke arah ku.

" Eh, ini teh neng lava atau bukan. Tante baru nyadar kalo muka eneng mirip sama majikan tante dulu ".

" Itu cuma kebetulan aja tante ". Balas lava dengan nyawa yang sudah terkumpul.

" Tapi beneran loh neng. Muka neng lava mirip sama tuan pandya dan nyonya sintia ". Bu nina yang serius dengan mata berbinar-binar menatap muka lavanya.

" Loh, kok tante kenal papa mamaku? ". Bingungku akan bu nina yang mengenal orang tuaku. Sebenarnya siapa dia?.

" Jadi bener, eneng anaknya pak pandya?. Nih ya neng. Dulu, tante pernah jadi pembantunya pak pandya dan bu sintia selama 5 tahunan ".

" Iya tan. Jadi, tante yang dulu pernah ngurus aku waktu mama sakit??. Maaf ya tan, aku sempet gak kenal. Soalnya, itu udah 15 tahun yang lalu ". Lava menjawab.

" Iya neng gapapa, wajar kalo lupa. Terus, gimana keadaanya ibu eneng?. Apa dulu operasinya lancar?, soalnya waktu itu tante udah dipecat ". Tanya bu nina.

" Eeee, mama udah tenang di alam sana tante ". Balasku sambil sedikit menundukkan kepala.

" Tante turut berduka cita ya neng. Maaf kalo udah buat eneng sedih ".

" Iya tante gapapa kok. Lava pulang ke rumah sendiri aja ya tan. Kalo nunggu sian nanti kelamaan ". Pamitku.

" Jangan terlalu buru-buru neng. Baru juga bangun. Mending eneng mandi sama makan dulu sebelum pulang ke rumah ". Bu nina menyarankan.

" Makasih tan, maaf ngerepotin ".

" Gausah repot-repot neng. Tante tunggu di meja makan ya ". Ucap bu nina sebelum ia melenggang pergi ke dapur.

Lavanya pun pergi ke kamar mandi sambil membawa handuk. Tak lama kemudian keluar dari kamar mandi, ia langsung nyelenong masuk ke dalam kamar dan memakai baju yang disiapkan. Setelah selesai bersiap ia hendak pergi ke dapur.

Ting!
Ting!
Ting!
Ting!
Ting!
Ting!

Beberapa pesan masuk dari handphone lava.

Ia pun mengambil ponsel yang masih berada di kasur empuk itu dan membuka pesan itu. Siapa yang mengiriminya banyak pesan begitu?.

Papa
Halo va, cepetan pulang ke rumah, ada yang mau papa omongin, ini penting!!

DEAR STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang