11 Ke kampus bareng

88 77 5
                                    

°
°
°

Pukul 08:00


Syandana masih tertidur dengan sangat lelap di kamar kesayangannya.

Sementara, lavanya sudah bangun sejak pukul 06:00. Ia bangun terlalu pagi. Karena memang sudah kebiasaannya sedari kecil.

Jika ia terlambat bangun beberapa menit, sang ayah akan mengguyurnya dengan seember air hingga basah kuyup. Namun, hal itu tak akan terjadi lagi setelah aku tidak tinggal di atap yang sama dengan sang ayah.

Lavanya menaiki anak tangga, menuju kamar sang pemilik rumah berada. Ia tak tau dimana kamar itu dan tetap saja ia masih tertekad untuk pergi membangunkannya.

Di saat menelusuri lorong, ia tidak sengaja bertemu dengan salah satu teman sian yang tak salah diingat jika namanya ialah bima.

Lelaki yang tingginya sekitar 180cm, dengan wajah tengil seperti anak sma berandalan itu tersenyum kearahku.

" Hai lava ". Sapa bima melambai-lambaikan tangannya.

" Hai juga bima ". Lava balas menyapa dengan tersenyum tipis.

" Mau kemana?? ". Tanya bima kepada lava yang sedang celingak-celinguk seperti mencari sesuatu.

" Kamarnya sian yang mana ya? ". Tanya lava pada bima.

Namun bima malah terus menerus tersenyum cerah kearahku. Ada apa dengannya?. Apa dia kurang minum obat?. Sampai-sampai terus menerus tersenyum melihat lavanya.

" Oh iya, kamarnya di ujung deket jendela sana. Lo mau bangunin dia?, biar gua aja yang bangunin ". Kata bima menunjuk ujung ruangan yang terdapat jendela kaca besar di samping pintunya.

Aku mengangguk paham akan yang tunjuknya. " Makasih bim, gak usah repot-repot". Kata lava mengucapkan terima kasih kepada teman sian itu.

" Engga repot kok. Nih ya, sian tuh orangnya kebo, susah bangunnya ". Seru bima mengolok-olok sian.

" Yaudah kalau gitu, gue siapin sarapan aja ". Kata lavanya yang memutuskan untuk bima saja yang membangunkannya.

Lalu, gadis itu melenggang pergi terlebih dahulu. Meninggalkan bima yang masih berdiam diri di tempat, ia melihat punggungnya dari kejauhan. Perlahan-lahan punggung itu sudah tidak terlihat, karena ia sudah turun ke lantai bawah.

' Kok bisa sian dapetin cewek semanis dia '. Gumam bima masih terus mempertahankan senyumannya.

****

Kini bima sudah berdiri di hadapan pintu yang dimaksud, dengan sebuah jendela kaca di sampingnya.

Tok! Tok! Tok!

Ia mengetuk-ngetuk pintu kayu kamar yang berukiran hewan kelinci itu. Namun, nyatanya sang pemilik kamar enggan untuk membuka pintu.

Sang mentari pun sudah terbit sedari tadi, dan ia masih saja belum terbangun dari mimpi indahnya. Sebenarnya ia sedang bermimpi apa sih?, sehingga tidak kunjung bangun-bangun juga??.

Akhirnya, ia mencoba membuka pintu tersebut yang ternyata tidak terkunci oleh sang pemilik kamar.

Bima mendobrak pintu kayu yang tidak terkunci itu dengan sangat kencang, hingga membuat sang pemilik kamar langsung terbangun. Ajaib!.

DEAR SWhere stories live. Discover now