06 Rumah

115 99 9
                                    

~Kembali singgah ke rumah lama membuat dadaku semakin sesak, mengingat-ingat kenangan manis didalamnya~  Syandana Samana Arnawama

_____________

Di senin pagi hari menjelang siang ini, biasanya para mahasiswa dan mahasiswi bersiap-siap pergi ke kampusnya.

Sedangkan, lavanya naladhipa. Gadis berusia 20 tahun itu yang tadinya ingin pergi ngampus malah tak jadi, karena masalah konflik keluarganya yang membuatnya kabur dari rumah.

Apalagi ia sampai dijodohkan oleh mantannya itu yang bernama fino alfiansyah, si buaya darat yang mempunyai berbagai cara licik untuk mendapatkan lavanya seutuhnya.

***

Saat ini ia tengah berada di sebuah rumah besar berlantai 2 ber-cat putih pucat dengan rumput-rumput ilalang yang menjalar tinggi di depannya.

Gadis itu melihat ada beberapa anak kecil berlari-lari di halaman rumah dengan sang ibu yang ikut mengejar.

Apakah ia tak salah melihat??. Muka kedua anak itu tak mirip dengan lelaki disebelahku. Apa mereka juga roh yang tak tenang?, sama seperti keluarga sian yang lainnya??.

" Ayo masuk ngapain bengong ". Ucap sian menyadarkan lamunanku.

" Eh iya, ini bener rumah kontrakan lo? ". Tanyaku ragu-ragu yang diberi anggukkan olehnya.

Lalu, lelaki itu pun berjalan pergi lebih dulu mendahuluiku. Aku pun menyusulnya. Berlari-lari kecil sambil membawa koper agar langkahku sama dengannya. Nasib orang pendek :(.

Sesampainya di depan pintu rumah. Lelaki itu mengeluarkan sebuah kunci dari sakunya dan membuka pintu yang terkunci itu.

Kret!

Saat pintu rumah dibuka, aku melihat orang yang sama menyapaku.

Hai lavanya, selamat datang dirumah kami, sudah ku bilang kan kau akan kembali kesini. Ucap wanita baya bernama cinta sambil tersenyum hangat disertai tiga orang lainnya yang ikut tersenyum.

Hai cantik, selamat datang di rumah, semoga kamu betah ya disini, kamu jangan takut sama kita semua, kita gak jahat seperti hantu yang lainnya. Ucap pria paruh baya bernama samudera itu sambil tersenyum.

" Hai juga om tante ". Sapaku membalas dengan senyuman.

" Lo ngomong sama siapa??? ". Tanya sian bingung akan gadis disampingnya yang berbicara sendiri. Apa jangan-jangan dia ketempelan lagi?.

" Engga ada ". Bohongku berkata.

Aku tak mau berkata jika aku bisa melihat arwah orang tuanya. Entah sejak kapan aku bisa melihat roh, aku pun tak mengetahuinya.

Kami berdua memasuki rumah itu. Langkah demi langkah aku langkahi.

Melewati lorong-lorong ruangan yang dihiasi berbagai lukisan indah dan beberapa foto pajangan yang dipajang di dinding dan di atas meja. Foto yang berisi 5 anggota keluarga yang tak lain tak bukan, salah satu orang di foto itu ialah Syandana Samana Arnawama.

Di lorong, ruang tamu dan keluarga. Pajangan lukisan atau pun foto masih terpajang rapih.

Syandana mengantarku ke ruangan yang saling berhadapan dengan ruang keluarga. Pintu kamar yang berwarna coklat.

Pintu itu pun dibuka oleh sian. Aku memasuki kamar sembari membawa koper dan tas. Aku menaruhnya di pinggir.

" Makasih ya sian, udah ngizinin gue ngontrak di rumah lo ".

DEAR SWhere stories live. Discover now