Berkeliling Amsterdam Sebelum Keberangkatan

0 0 0
                                    

Setelah mereka selesai berkemas, mereka berkeliling Amsterdam untuk menikmati beberapa tempat favorit mereka sebelum perjalanan ke Indonesia. Mereka berjalan-jalan di sepanjang kanal yang indah, mengunjungi taman-taman yang hijau, dan menikmati pemandangan kota yang menakjubkan.

keluarga van der Meer memutuskan untuk makan malam di luar, menikmati hidangan khas Belanda. Mereka memilih restoran yang nyaman di dekat rumah mereka, tempat mereka bisa bersantap sambil menikmati suasana malam yang tenang.Di restoran, mereka duduk bersama di meja yang besar, masih dipenuhi dengan perasaan hangat dan kebersamaan dari momen bersama nenek tadi. Meskipun ada kekosongan karena kepergian kakek, mereka merasa terhubung satu sama lain dengan lebih kuat.

Mereka memesan hidangan khas Belanda seperti stamppot, erwtensoep, dan poffertjes, menyantap makanan dengan penuh selera sambil saling berbagi cerita dan tawa.

Saat keluarga van der Meer menikmati hidangan mereka di restoran, suasana hangat dan akrab masih terasa di antara mereka. Hendra, kakak Eva, dengan nakalnya mulai mengolok-olok adiknya tentang Candra, calon pacarnya di Indonesia.

"Dengar-dengar, Eva," ujar Hendra sambil tersenyum khasnya, "Ben je vergeten iets voor Candra te kopen? Ik denk dat ze teleurgesteld zal zijn als je met lege handen naar huis gaat!" ( "apakah kamu lupa untuk membeli sesuatu untuk Candra? Sepertinya dia akan kecewa jika kamu pulang dengan tangan hampa!" )

"Oh, dus je hebt al een vriendje, Eva?" ( "Oh, jadi kamu sudah memiliki pacar, Eva?" ) ujar nenek dengan senyum kocaknya, menatap cucunya dengan tatapan iseng.

Eva terkekeh malu-malu karena mendapat sorotan dari kakak dan neneknya. Dia mencoba menjelaskan dengan wajah yang sedikit memerah, "Oma, Hendra, zo is het niet. Candra is gewoon mijn beste vriendin in Indonesië." ( "Nenek, Hendra, bukan begitu. Candra hanya teman baikku di Indonesia." )

Hendra menimpali dengan senyum nakal, "Natuurlijk, Eva. Een goede vriendin die je laat blozen elke keer als haar naam wordt genoemd." ( "Tentu saja, Eva. Teman baik yang membuatmu tersipu malu setiap kali namanya disebut." )

Nenek hanya mengangguk dengan senyum lebar, "Ah, is dat zo? Maar denk eraan, laat Candra niet te lang wachten op het cadeau uit Amsterdam." ( "Ah, begitu ya? Tapi ingatlah, jangan biarkan Candra menunggu terlalu lama untuk hadiah dari Amsterdam, ya." )

Hendra bergabung dalam lelucon nenek, menambahkan, "Ja, Eva, laat Candra zich niet overrompeld voelen door Amsterdam en onze stamppot hier!" ( "Ya, Eva, jangan sampai Candra merasa diambil alih oleh Amsterdam dan stamppot kita di sini!" )

dengan tertawa ceria, Eva menanggapi dengan candaan, "Rustig aan, Hendra. Ik zal ervoor zorgen dat Candra zich niet te overmeesterd voelt door onze Nederlandse stamppot!" ( "Tenang saja, Hendra. Aku akan memastikan Candra tidak merasa terlalu dikuasai oleh stamppot Belanda kita!" )

Keluarga van der meer tertawa menyambut humor dalam suasana hangat mereka. Meskipun candaan tentang Candra membuat Eva sedikit tersipu malu, dia juga merasa hangat dengan kebersamaan keluarganya di meja makan.

Saat keluarga van der Meer selesai makan malam, Eva melihat sepasang sepatu yang sangat bagus di sebuah toko dekat restoran. Tanpa ragu, dia meminta keluarganya untuk menunggu sebentar di luar sementara dia berbelanja.

"Sorry, ik heb maar een paar minuten nodig," zei hij. ( "Maaf, aku hanya butuh beberapa menit," ) ucap Eva cepat sambil melangkah keluar dari restoran.

"Maak je geen zorgen, Eva. We wachten buiten wel." ( "Jangan khawatir, Eva. Kami akan menunggu di luar," ) jawab ibunya, memberikan senyuman pengertian.

Sementara keluarga van der Meer menunggu di luar toko, mereka menikmati udara malam yang segar dan pemandangan sekitar Amsterdam yang masih ramai dengan aktivitas.

Eva, dengan senyum di wajahnya, berjalan dengan hati-hati di sekitar toko, mencari sepasang sepatu yang sempurna untuk hadiahnya kepada Candra. Dia memilih sepasang sepatu yang indah dengan warna yang dia tahu disukai oleh Candra, membayangkan ekspresi bahagianya saat menerima hadiah tersebut.Setelah menemukan sepasang yang tepat, Eva membawa sepatu itu ke kasir dengan hati yang penuh kegembiraan. Ketika petugas kasir bertanya apakah dia ingin membungkusnya sebagai hadiah, Eva tersenyum dan dengan sopan meminta, "Kan ik het alsjeblieft laten inpakken als cadeau? Dank je wel." ( "Bisakah saya memintanya untuk dibungkus sebagai hadiah? Terima kasih." )

Petugas kasir mengangguk dan dengan ramah membungkus sepatu itu dengan kertas khusus hadiah dan pita yang indah. Eva merasa senang bisa memberikan hadiah ini dengan cara yang istimewa kepada sahabatnya

Setelah selesai, Eva kembali ke keluarganya yang menunggu di luar toko. Mereka menyambutnya dengan senyuman saat dia bergabung kembali dengan mereka.

dengan senyum sumringah, menunjukkan sepasang sepatu yang dibelinya kepada keluarganya. Mereka semua memberikan pujian atas pilihan yang bagus, dan Eva dengan bangga menjelaskan betapa dia yakin bahwa Candra akan menyukai hadiah tersebut.

Hendra, dengan tatapan penasaran, bertanya, "Waarom ben je ervan overtuigd dat Candra de voorkeur zal geven aan het paar schoenen?" ( "Apa yang membuatmu yakin bahwa sepasang sepatu itu akan disukai oleh Candra?" )

Eva tersenyum dan menjawab, "Weet je, Hendra, Candra houdt van een eenvoudige en elegante stijl. Ik denk dat dit paar schoenen bij haar smaak en ontspannen stijl past." ( "Kamu tahu kan, Hendra, Candra suka sekali dengan gaya yang simpel dan elegan. Aku pikir sepasang sepatu ini cocok dengan selera dan gayanya yang santai." )

Nenek mengangguk setuju sambil menambahkan, "Dat klopt, Eva. Candra zal heel blij zijn om het te ontvangen." ( "Benar sekali, Eva. Candra pasti akan sangat senang menerimanya." )

Setelah itu, mereka berjalan kembali ke rumah mereka, menghabiskan sisa waktu malam dengan bercerita dan tertawa bersama. Eva merasa bahagia karena telah menemukan hadiah yang sempurna untuk sahabatnya dan merasa bersyukur atas kehangatan dan kebersamaan keluarganya.

Setelah keluarga van der Meer beristirahat dan tidur untuk pergi ke bandara besok pagi menuju Indonesia, Eva tetap terjaga di kamarnya, duduk di ranjangnya sambil memandang sepasang sepatu yang baru saja dia beli untuk Candra. Dia merenung sejenak, memikirkan betapa bahagianya Candra akan menerimanya.

Tiba-tiba, Eva mendapat ide untuk menambahkan sentuhan pribadi pada hadiahnya. Dia mengambil selembar kertas dan mulai menulis sebuah surat untuk Candra. Dalam surat itu, Eva menuliskan perasaannya dengan tulus.

Dengan hati yang hangat, Eva menulis, "Ik hou zo veel van je" (Aku sangat menyukaimu) dalam bahasa Belanda di bagian atas surat itu. Kemudian, dia menambahkan, "Ik hoop dat geen enkel meisje jou leuk vindt, behalve ik." ( " Aku harap tidak ada gadis yang menyukaimu kecuali aku." )

Setelah menyelesaikan suratnya, Eva melipatnya dengan hati-hati dan meletakkannya di dalam kotak sepatu bersama dengan sepasang sepatu yang indah. Dia merasa hangat dalam hati, menyadari betapa berharganya candra bagi Eva.

Kemudian, Eva menaruh kotak sepatu itu di meja dekat tempat tidurnya, siap untuk memberikannya kepada Candra ketika tiba waktunya. Dengan perasaan lega dan penuh harap, Eva akhirnya berbaring di tempat tidurnya, menutup mata dengan senyuman di bibirnya, siap untuk tidur dengan damai sambil membayangkan reaksi bahagia Candra saat menerima hadiah tersebut.

Langit biru dimatakuWo Geschichten leben. Entdecke jetzt