Pertemuan kedua ibu

3 2 0
                                    

Keesokan harinya, ibu Eva pergi ke sekolah untuk mengambil rapot kenaikan kelas. Sementara itu, ibu Candra juga pergi ke sekolah untuk hal yang sama. Kebetulan, ibu mereka bertemu di koridor sekolah.

Dengan senyum ramah, ibu Eva menyapa ibu Candra. "Halo, apa kabar? Sedang datang untuk mengambil rapot Candra?"

Ibu Candra tersenyum balik. "Ya, benar. Saya juga sedang kesini untuk hal yang sama. Apakah rapot Eva sudah diambil?"

Ibu Eva mengangguk. "Iya, saya baru saja mengambilnya. Eva mendapat peringkat lima. Bagaimana dengan Candra?"

Ibu Candra tersenyum bangga. "Candra mendapat peringkat tujuh. Saya sangat bangga padanya."

Ibu Eva ikut tersenyum. "Wow, itu luar biasa! Selamat kepada Candra! Eva pasti akan senang mendengarnya. Mereka berdua memang telah bekerja keras."

Keduanya melanjutkan percakapan dengan berbagi pengalaman tentang anak-anak mereka di sekolah.

Setelah beberapa saat berbincang, suasana obrolan antara ibu Eva dan ibu Candra menjadi lebih intim. Mereka duduk di sebuah bangku di halaman sekolah, dengan senyum ramah yang masih terpampang di wajah mereka.

Setelah beberapa saat berbincang, suasana obrolan antara ibu Eva dan ibu Candra menjadi lebih intim. Mereka duduk di sebuah bangku di halaman sekolah, dengan senyum ramah yang masih terpampang di wajah mereka.

Ibu Eva menghela nafas ringan sebelum akhirnya mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya. "Sejujurnya, ada sesuatu yang ingin saya bagikan dengan Anda, Bu Candra. Saya merasa perlu mengungkapkan perasaan ini karena saya tahu betapa baik hubungan antara Eva dan Candra."

Ibu Candra mendengarkan dengan penuh perhatian, menunjukkan ketertarikan yang tulus. "Tentu, apa itu, Bu Eva? Anda bisa berbicara apa pun dengan saya."

Dengan sedikit keraguan, ibu Eva melanjutkan, "Anak saya, Eva, dia telah jatuh cinta kepada Candra. Saya melihat bagaimana dia selalu menyebut nama Candra dengan penuh kehangatan, dan bagaimana dia begitu bahagia setiap kali bersama Candra. Saya bisa merasakan bahwa perasaan itu lebih dari sekadar persahabatan."

Ibu Candra terkejut mendengar pengakuan tersebut, namun dia menerima dengan hati yang terbuka. "Terima kasih sudah berbagi hal ini dengan saya, Bu Eva. Saya menghargainya dan saya bersyukur bahwa Anda merasa nyaman untuk mengatakan hal ini kepada saya. Saya akan mendukung Eva, sama seperti saya mendukung Candra."

Setelah momen yang intim dan mengharukan itu, ibu Eva dan ibu Candra memahami pentingnya mendukung anak-anak mereka dalam setiap langkah hidup mereka. Meskipun ada kejutan tentang pengakuan perasaan cinta Eva terhadap Candra, kedua ibu sepakat untuk menghadapi situasi ini dengan kepala dingin dan hati yang terbuka.

"Mungkin ini adalah bagian dari perjalanan mereka sebagai remaja," kata ibu Candra dengan lembut. "Kita harus memberikan mereka ruang untuk menjelajahi dan memahami perasaan mereka sendiri, sambil tetap memberikan arahan dan dukungan."

Ibu Eva mengangguk setuju. "Ya, kita harus membiarkan mereka tahu bahwa kita selalu ada untuk mereka, tanpa memandang apa pun yang terjadi. Percayalah, kita telah membimbing mereka dengan baik sejauh ini, dan kita akan terus melakukannya di masa depan."

Setelah berbagi pelukan yang hangat, ibu Eva dan ibu Candra merasa lebih dekat satu sama lain daripada sebelumnya. Mereka menyadari bahwa dalam perjalanan menjadi orang tua, ada momen-momen di mana mereka harus menghadapi tantangan yang tak terduga, tetapi dengan cinta dan dukungan, mereka dapat melewati semuanya.

Setelah meninggalkan sekolah, baik ibu Eva maupun ibu Candra memutuskan untuk tidak memberitahukan anak-anak mereka tentang pertemuan dan pembicaraan yang mereka miliki di halaman sekolah. Mereka memutuskan untuk menjaga privasi dan keintiman antara ibu-ibu tersebut, serta memahami bahwa cerita ini mungkin tidak relevan atau tepat untuk dibagikan kepada anak-anak mereka pada saat ini.

Ketika mereka tiba di rumah, suasana tetap hangat dan penuh kasih seperti biasa. Eva dan Candra sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, dan ibu-ibu tersebut memilih untuk menjaga percakapan tersebut hanya di antara mereka.

Ketika ibu Eva bertemu dengan ibu Candra di minimarket, mereka langsung tersenyum satu sama lain dengan hangat. Ibu Eva kemudian bertanya kepada ibu Candra, "Maaf mengganggu, Bu Candra. Saya ingin bertanya, bagaimana cara membuat rendang yang enak? Hendra sangat menyukainya, terutama saat dia makan bersama Candra dan Casandra."

Ibu Candra tersenyum ramah. "Tentu saja, Bu Eva! Saya senang bisa berbagi resep dengan Anda. Pertama-tama, Anda akan membutuhkan daging sapi yang bagus dan rempah-rempah yang berkualitas."

Mereka berdua berjalan bersama-sama di sepanjang lorong-lorong minimarket, mengambil semua bahan yang mereka butuhkan untuk membuat rendang. Ibu Eva mencatat setiap saran yang diberikan oleh ibu Candra tentang bahan-bahan yang harus dibeli, sementara ibu Candra membantu memilih rempah-rempah yang segar dan berkualitas.

Setelah menyelesaikan belanjaan mereka, ibu Eva dan ibu Candra bergegas pulang ke rumah ibu Eva untuk memulai proses memasak rendang. Di rumah, ibu Eva mempersiapkan daging sapi dengan hati-hati sementara ibu Candra mengatur rempah-rempah dan bahan-bahan lainnya.

Sambil memasak, mereka berdua saling bertukar cerita tentang pengalaman mereka dalam memasak rendang. Ibu Candra membagikan tips tentang cara merendam daging sapi dalam santan dan rempah-rempah sebelum dimasak, sementara ibu Eva menceritakan tentang resep warisan keluarganya yang telah diwariskan turun-temurun.

Saat aroma rempah-rempah mulai tercium di seluruh rumah, mereka berdua tahu bahwa rendang mereka akan menjadi lezat. Dengan kerjasama dan bantuan satu sama lain, mereka berhasil membuat rendang yang sempurna, yang siap disantap oleh keluarga mereka bersama-sama.

Hendra keluar dari kamarnya dengan ekspresi antusias saat mencium aroma rendang yang sama seperti yang dia nikmati di rumah Candra. Matanya berbinar-binar saat melihat mamanya dan ibu Candra di dapur, sibuk memasak rendang yang menggugah selera.

"Dari mana aroma rendang itu, Ma?" tanya Hendra dengan senyum cerah di wajahnya.

Mamanya tersenyum lembut sambil mengelus kepala Hendra. "Kami sedang memasak rendang bersama dengan ibu Candra, sayang. Kau suka rendang kan?"

Hendra mengangguk antusias. "Iya, Ma! Itu enak sekali! Terima kasih, Tante!"

Ibu Candra tersenyum hangat. "Tidak masalah, Nak."

Setelah menunggu sebentar untuk membiarkan rendang dingin sedikit, mereka semua berkumpul di meja makan. Hendra tidak sabar untuk mencicipi rendang tersebut.

Mereka semua menikmati makan malam yang lezat dan penuh kebahagiaan. Hendra bahkan memuji rendang buatan mamanya dan ibu Candra sebagai yang terbaik yang pernah dia rasakan.

Langit biru dimatakuWhere stories live. Discover now