lelah

3 2 0
                                    

Sambil mencari Candra banyak siswi yang meminta foto Hendra kakaknya, Sambil tersenyum, Eva menggoda Hendra, "Sepertinya kamu akan menjadi bintang di sekolah ini, kak. Siap-siap dipajang di mading sekolah dan di akun media sosial sekolahku!"

Hendra hanya tertawa melihat antusiasme adiknya.

saat sedang mencari Candra dia mengajak kakaknya untuk membeli makanan di kantin sekolah, Sambil berjalan menuju kantin, Eva menjelaskan pada Hendra, "Kak, aku sangat suka otak-otak di kantin ini. Rasanya enak banget, kamu harus coba!"

Hendra tersenyum, "Baiklah, kita coba otak-otak itu. Aku penasaran dengan makanan favoritmu."

Di kantin, Eva dan Hendra memesan beberapa porsi otak-otak dan duduk di sebuah meja yang nyaman. Mereka berdua menikmati makanan sambil berbincang-bincang tentang berbagai hal, seperti masa kecil mereka di Belanda dan perbedaan budaya antara Belanda dan Indonesia.

Sambil menikmati hidangan mereka, Eva bertanya pada Hendra, "Kak, bagaimana menurutmu penampilanku tadi?"

Hendra tersenyum bangga, "Kamu luar biasa, Adik. Aku benar-benar terkesan dengan bakatmu. Tidak heran banyak siswa yang terpukau melihatmu tampil."

Eva tersenyum bahagia mendengar pujian dari kakaknya. Mereka melanjutkan makan malam mereka sambil berbagi cerita dan tertawa bersama.

Setelah selesai makan, Eva menoleh ke arah bibi kantin yang sibuk mengatur pesanan. "Bibi, maaf mengganggu. Apakah Anda melihat Candra hari ini?"

Bibi kantin mengangguk ramah. "Ya, sayang. Dia ada di sini tadi pagi. Tapi sejak tadi siang, saya belum melihatnya lagi. Mungkin dia sibuk dengan persiapan pentas seni."

Eva mengangguk, "Baiklah, terima kasih, Bibi." Setelah mendapat informasi tersebut, Eva dan Hendra memutuskan untuk mencari Candra di area sekolah yang mungkin dia kunjungi.

Saat Eva dan Hendra berjalan-jalan mencari Candra, mereka disambut oleh berbagai siswi yang bersemangat ingin berfoto bersama Hendra. Beberapa dari mereka bahkan meminta akun media sosial Hendra untuk diikuti. Hendra tersenyum ramah dan bersedia berfoto dengan mereka, sementara Eva memperhatikan dengan senyum. Meskipun terkesan, mereka tetap fokus pada pencarian Candra.

Eva, sambil tersenyum, bertanya kepada siswi-siswi yang bersemangat itu, "Maaf, apakah kalian melihat Candra di sini?" Suaranya penuh harap, sembari dia mencoba menemukan temannya di antara keramaian di kantin.

Banyak siswi yang tidak mengenal bahkan mengetahui Candra, tak kunjung lama ada siswi yang mengetahui Candra ada dimana

Eva segera mendekati siswi tersebut dengan cepat, "Maaf, di mana Candra berada?" Tanyanya dengan sedikit kegelisahan dalam suaranya.

Siswi tersebut menjawab dengan ramah, "Candra sedang beristirahat di UKS. Dia terlihat kelelahan karena mengurus pentas sepanjang hari."

Eva segera berterima kasih kepada siswi tersebut dan bergegas menuju UKS untuk menemui Candra,

Eva memasuki UKS dengan hati yang cemas. Di sana, dia menemukan Candra sedang beristirahat di salah satu tempat tidur.

"Candra, bagaimana kondisimu?" tanya Eva khawatir.

Candra tersenyum lemah. "Aku baik-baik saja, Eva. Hanya sedikit kelelahan. Tidak perlu khawatir."

Eva merasa bersalah. "Maafkan aku, Candra. Aku tidak menyadari bahwa kamu begitu lelah karena mengurus pentas. Aku seharusnya lebih memperhatikanmu."

Candra tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, Eva. Aku melakukan ini dengan senang hati."

Hendra menyaksikan kedekatan antara Candra dan Eva dengan senang hati. Meskipun awalnya dia khawatir tentang bagaimana adiknya akan beradaptasi di Indonesia, tetapi melihat dukungan dan persahabatan yang terjalin antara Eva dan Candra membuatnya merasa lega.

Setelah pentas selesai, Hendra mendekati Candra dan Eva dengan senyum di wajahnya. "Kalian berdua benar-benar hebat! Aku sangat bangga dengan kalian."

Candra dan Eva tersenyum bersama. "Terima kasih, Kak Hendra," ujar Eva. "Kami tidak bisa melakukannya tanpa dukunganmu."

Hendra mengangguk. "Sama-sama. Aku senang melihat kalian berdua begitu dekat. Kalian adalah tim yang luar biasa."

Mereka berdua saling bertatapan dengan penuh penghargaan, merasa bahagia atas pencapaian mereka dan dukungan yang saling mereka berikan. Hendra merasa optimis tentang masa depan adiknya di Indonesia, mengetahui bahwa dia memiliki sahabat yang luar biasa seperti Candra

Setelah sekolah selesai, Eva meminta Candra untuk bergabung dengannya dan kakaknya naik mobil pulang. Namun, Candra menolak dengan sopan.

"Tidak apa-apa, Eva. Aku bawa motor hari ini," ujarnya sambil menunjukkan kunci motor.

Saat mereka berdiri di halaman sekolah, tiba-tiba Andi dan Reza, dua teman Candra, datang menghampiri mereka.

"Hai, Candra! Kamu mau ke mana?" tanya Andi dengan ceria.

Candra menjawab, "Aku mau pulang dengan motorku. Eva menawarkan untuk mengantar, tapi aku sudah menolak."

"Eva, kenalkan. Ini Andi dan Reza, dua teman baikku," kata Candra sambil memperkenalkan temannya kepada Eva.

Eva tersenyum ramah. "Senang bertemu kalian. Aku Eva, teman sekolah Candra."

Andi dan Reza menyambut sapaan Eva dengan hangat. "Senang bertemu juga, Eva. Candra sering cerita tentangmu," kata Reza.

Melihat kondisi lemah Candra, Eva memutuskan untuk bersikap tegas.

"Candra, aku memaksa kamu untuk naik mobil bersama kami. Kondisimu tidak memungkinkan untuk naik motor," ujarnya dengan nada tegas namun peduli.

Candra mencoba untuk menolak, namun Eva tetap bersikeras. "Tidak apa-apa, aku punya ide. Salah satu temanmu bisa membawa motormu. Kita akan menjemputnya di rumahmu sebelum pulang," tambah Eva dengan senyum.

Setelah berunding sebentar, Andi setuju untuk membantu dengan membawa motor Candra ke rumahnya. Candra akhirnya menyerah dan setuju untuk naik mobil bersama Eva dan Hendra.

Mereka pun berangkat menuju rumah Candra dengan mobil, sementara Andi membawa motor Candra. Eva merasa lega karena berhasil meyakinkan Candra untuk tidak naik motor dalam kondisinya yang lemah.

Di dalam mobil, suasana menjadi lebih santai. Eva duduk di kursi depan bersama Hendra, sementara Candra duduk di belakang.

"Candra, bagaimana perasaanmu setelah pentas tadi?" tanya Eva, mencoba mencairkan suasana.

Candra tersenyum lemah. "Cukup melelahkan, tapi juga sangat memuaskan. Aku senang bisa membantu mengurus pentas meskipun akhirnya aku kelelahan."

"Kamu luar biasa, Candra. Terima kasih atas semua kerja kerasmu," puji Hendra sambil melihat Candra dari kaca spion dalam mobil

Candra tersenyum malu. "Terima kasih,Kak Hendra. Tapi aku tidak bisa melakukannya tanpa bantuan teman-teman lain di OSIS."

"Mereka juga beruntung memiliki anggota OSIS sebaik kamu," kata Eva sambil tersenyum. "Sudah lama aku tidak melihat kakakku bergairah seperti ini," tambahnya, memandang Hendra dengan bangga.

Hendra tersenyum. "Aku senang bisa datang dan melihat penampilanmu, Eva. Kalian berdua luar biasa."

Mereka melanjutkan perjalanan sambil berbincang-bincang ringan, menikmati momen kebersamaan yang langka. Sesekali, tawa mereka terdengar riang di dalam mobil, menghilangkan kelelahan setelah pentas yang berat.

Langit biru dimatakuWhere stories live. Discover now