Semakin dekat

2 1 0
                                    

Saat ia duduk di kamarnya, melihat ke langit yang tenang melalui jendela, dia tersenyum sendiri, merenung tentang betapa beruntungnya dia memiliki seseorang seperti Candra dalam hidupnya.

Suatu hari, ketika klub musik dan budaya mengadakan pertemuan pertamanya untuk semester itu, Eva dengan antusias mengikuti acara tersebut. Di sana, dia bertemu dengan nisa, seorang siswi yang sudah lama aktif dalam klub tersebut dan memiliki pengetahuan yang luas tentang musik dan budaya lokal.

Nisa dengan ramah menyambut Eva dan dengan senang hati menjelaskan berbagai kegiatan yang biasanya dilakukan oleh klub. Mereka berdua mulai berbincang-bincang tentang minat mereka dalam musik dan juga membagikan pengalaman mereka dalam mempelajari bahasa dan budaya Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, Eva dan Lisa semakin dekat. Mereka sering berlatih bersama dalam klub musik dan budaya, berbagi pengetahuan dan keahlian mereka satu sama lain. Eva merasa sangat beruntung telah bertemu dengan Lisa, yang tidak hanya menjadi teman baik baginya, tetapi juga mentor yang membantu memperluas wawasannya dalam budaya lokal.

Setelah bergabung dengan klub musik dan budaya di sekolahnya, Eva merasa begitu bersemangat untuk memberitahu Candra tentang langkah baru dalam kehidupannya. Pada suatu sore setelah sekolah, Eva mencari Candra di kantin dan duduk di sebelahnya dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

Setelah bergabung dengan klub musik dan budaya di sekolahnya, Eva merasa begitu bersemangat untuk memberitahu Candra tentang langkah baru dalam kehidupannya. Pada suatu sore setelah sekolah, Eva mencari Candra di kantin dan duduk di sebelahnya dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

"Candra, aku punya berita hebat!" kata Eva dengan antusias.

"Ceritakanlah!" jawab Candra dengan tanda-tanya di wajahnya.

"Ehm, aku resmi menjadi anggota klub musik dan budaya di sekolah!" ujar Eva dengan gembira.

Candra tersenyum lebar mendengarnya. "Wow, itu luar biasa, Eva! Aku sangat bangga padamu. Bagaimana rasanya menjadi bagian dari klub itu?"

"Rasanya luar biasa! Aku bertemu dengan banyak teman baru dan belajar begitu banyak tentang musik dan budaya lokal. Aku juga sangat senang bisa mengembangkan minatku dalam musik lebih lanjut," jawab Eva dengan bersemangat.

"Candra, aku juga ingin mengucapkan terima kasih padamu. Tanpa dukungan dan bantuanmu dalam belajar bahasa Indonesia, aku mungkin tidak akan seberani ini untuk bergabung dengan klub musik dan budaya," tambah Eva dengan tulus.

Candra tersenyum dan merasa bangga. "Tentu saja, Eva. Aku selalu ada untukmu dan aku senang bisa melihatmu tumbuh dan berkembang. Aku yakin kamu akan memiliki pengalaman yang luar biasa di klub musik dan budaya."

Mereka berdua melanjutkan percakapan mereka, saling berbagi cerita tentang pengalaman mereka di klub dan merencanakan berbagai kegiatan mendatang yang ingin mereka ikuti bersama. Bagi Eva, keputusannya untuk bergabung dengan klub musik dan budaya adalah langkah yang tepat, dan dia merasa sangat beruntung memiliki dukungan Candra dalam setiap langkah perjalanannya

Namun, saat dia mendengar pembicaraan guru di mendengar Candra disebut oleh guru itu karena nilai fisika dia yang sangat dibawah rata rata tidak seperti pelajaran lainnya bahwa Candra memiliki kesulitan dalam pelajaran fisika, Eva merasa tertantang untuk membantu temannya.

Setelah bertemu di kantin, Eva mendekati Candra dengan penuh semangat. "Candra, aku mendengar bahwa kamu memiliki kesulitan dalam pelajaran fisika. Bagaimana kalau aku membantumu belajar?"

Candra terkejut dengan tawaran tersebut, tapi dia tersenyum dan mengangguk. "Benarkah? Itu sangat baik darimu, Eva. Aku sangat menghargainya."

"Jadi, bagaimana kalau kita mulai belajar setelah aku selesai dengan klub musik dan budaya?" saran Eva.

Candra setuju dengan rencana tersebut, merasa bersyukur atas kebaikan hati Eva. Mereka berdua merencanakan jadwal belajar mereka setelah Eva selesai dengan klub musik dan budaya dirumahnya eva dan menetapkan tujuan untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk ujian fisika yang akan datang.

[ DI RUMAHNYA EVA ]

Saat sedang berkonsentrasi belajar di rumah Eva, tiba-tiba pintu rumah terbuka dan masuklah seorang pria tinggi dengan senyum hangat di wajahnya. Candra mengangkat kepala dan terkejut melihat sosok itu.

"Candra, ini kakak laki-laki saya, Hendra van der Meer. Dia baru pulang dari Belanda," kata Eva dengan bangga sambil memperkenalkan.

Candra menatap Hendra dengan kagum. "Senang bertemu denganmu, kak Hendra," ucapnya sopan.

Hendra tersenyum ramah. "Senang bertemu denganmu juga, Candra. Eva sudah banyak bercerita tentangmu. Dia sangat menghargai pertemanan kalian berdua."

Candra merasa hangat mendengar pujian itu. "Terima kasih, kak. Kami memang saling mendukung satu sama lain, terutama dalam belajar."

Hendra melihat buku-buku dan catatan di meja. "Sepertinya kalian sedang serius belajar. Apakah ada yang bisa saya bantu?"

Eva menyambut tawaran Hendra dengan senang. "Tentu saja, Kak! Candra memiliki ujian fisika yang cukup sulit. Mungkin Anda bisa membantu kami."

Hendra tersenyum. "Tentu, aku senang bisa membantu. Mari kita lihat apa yang bisa saya bantu."

Dengan bantuan Hendra, belajar mereka menjadi lebih terarah dan efektif. Hendra menjelaskan konsep-konsep fisika dengan cara yang lebih jelas dan mudah dipahami, membantu Candra dan Eva memperdalam pemahaman mereka.

Setelah beberapa jam belajar, Candra merasa lebih percaya diri dalam menghadapi ujian fisika. Dia merasa beruntung telah mendapatkan bantuan dari Eva dan kakaknya.

"Terima kasih banyak, Kak Hendra. Belajar bersama Anda sungguh membantu," kata Candra dengan tulus.
Hendra tersenyum. "Tidak perlu berterima kasih, Candra. Saya senang bisa membantu. Semoga kamu berdua berhasil dalam ujianmu."

Candra dan Hendra duduk bersama di ruang tamu, menikmati secangkir teh hangat setelah sesi belajar yang intens. Candra merasa penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang Hendra dan kehidupannya di Belanda.

"Eva, kenapa kamu tidak pernah memberitahuku bahwa kamu memiliki kakak laki-laki?" tanya Candra dengan ramah.

Hendra tersenyum sambil mengangguk. "Ah, maafkan saya. Itu mungkin karena saya jarang pulang ke Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Saya sedang menyelesaikan kuliah saya di Utrecht, Belanda."

"Wow, itu pasti pengalaman yang menarik! Bagaimana kehidupan di Belanda?" tanya Candra dengan antusias.

Hendra tertawa kecil. "Kehidupan di sana sangat berbeda dengan di sini. Saya menikmati studi saya dan memiliki banyak kesempatan untuk menjelajahi budaya Eropa."

Candra mengangguk mengerti. "Itu pasti luar biasa. Eva pasti merindukanmu saat kamu sedang berada jauh."

Hendra mengangguk setuju. "Ya, kami selalu tetap berhubungan melalui panggilan video dan pesan teks. Saya senang bisa pulang dan menghabiskan waktu bersama keluarga sekarang."

Langit biru dimatakuWhere stories live. Discover now