gelombang kesedihan

3 2 0
                                    

Di tengah malam yang sunyi, suasana di rumah sakit tiba-tiba menjadi tegang saat kakek Eva mulai sesak nafas dan monitor ICU-nya menunjukkan tanda-tanda yang tidak baik. Ayah Eva, yang merasa khawatir akan kondisi ayah mertuanya, segera memanggil dokter untuk mendapatkan pertolongan.

Ibu Eva, yang melihat ayahnya dalam keadaan seperti itu, merasakan sedih yang mendalam. Dia berusaha menenangkan diri sambil menggenggam erat tangan ayahnya, berharap semoga segala sesuatunya akan baik-baik saja.

Hendra, kakak Eva, juga tidak tinggal diam. Dia berdiri di samping ayahnya, memberikan dukungan dan membantu mengatur segala sesuatunya di tengah situasi yang mendesak ini.

Saat dokter tiba, mereka segera melakukan pemeriksaan mendalam terhadap kakek Eva. Setelah pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa kondisi kakek Eva memerlukan perawatan darurat dan harus segera dibawa ke ruang IGD untuk penanganan lebih lanjut.

Ibu Eva menangis melihat kondisi ayahnya yang semakin memburuk, sementara ayah Eva, dengan tegar, membantu mendorong kasur yang membawa kakeknya menuju ruang IGD.

Hendra, kakak Eva, melihat ibunya dalam kesedihan yang mendalam, dia segera mendekatinya dan memberikan pelukan serta kata-kata penghiburan. Dia memberi kekuatan kepada ibunya untuk tetap tenang dan kuat menghadapi situasi sulit ini.

Sementara kakek Eva sedang dalam perawatan di ruang IGD, ayah dan ibu Hendra menunggu dengan gelisah di luar ruangan. Mereka saling bertatapan, mencoba menahan kecemasan dan ketegangan yang melanda hati mereka.

Saat mereka menunggu, pikiran mereka melayang kepada kakek, berharap bahwa segala sesuatunya akan berjalan dengan baik dan bahwa kakek bisa pulih dari kondisinya yang kritis. Mereka bersama-sama berdoa agar kakek segera mendapatkan pertolongan dan kesembuhan.

Dalam keheningan yang tegang, ayah Hendra berbisik kepada ibunya dengan suara lembut, "Ik ben zo bezorgd om hem." (Aku sangat khawatir tentangnya.) Matanya penuh kekhawatiran, mencerminkan beban yang ia rasakan di dalam hatinya.

Ibu Hendra merespons dengan suara gemetar, "Ik kan me niet voorstellen hoe moeilijk dit voor hem moet zijn." (Aku tidak bisa membayangkan betapa sulitnya ini baginya.) Air mata mulai mengalir di pipinya, menggambarkan kesedihannya yang mendalam.

Mereka berdua saling berpegangan tangan dengan erat, mencoba menahan emosi yang meluap-luap di dalam diri mereka. Meskipun dalam kegelisahan, kebersamaan dan dukungan satu sama lain memberikan sedikit ketenangan di tengah kegelapan yang melanda.

Saat mereka menunggu dengan hati yang berdebar, mereka terus berdoa dengan harapan bahwa kakek Eva akan segera pulih dan kembali kepada mereka.

Hendra menatap ayahnya dengan tatapan penuh pertimbangan, lalu berkata dengan ragu, "Zullen we Eva en oma het nieuws over opa vertellen? Ik kan Eva bellen en haar over opa vertellen." ( "Haruskah kita memberi tahu Eva dan nenek berita tentang kakek? Aku bisa menelepon Eva dan menceritakan tentang kakek." )

Ayah Eva menggeleng pelan, "Nee, niet nu. Het is al laat in de nacht. We moeten hun rust niet verstoren. Ze hebben rust nodig, vooral oma. Ze zal zich zorgen maken en niet kunnen slapen." (Tidak, tidak sekarang. Sudah larut malam. Kita tidak boleh mengganggu istirahat mereka. Mereka butuh istirahat, terutama nenek. Dia akan khawatir dan tidak bisa tidur.)

Hendra mengangguk mengerti, merasa terpecah antara keinginan untuk memberi tahu dan kebutuhan untuk melindungi kedamaian Eva dan nenek. "Goed, ik zal wachten tot morgenochtend. Maar ik hoop dat we snel goed nieuws zullen krijgen." (Baiklah, aku akan menunggu sampai besok pagi. Tapi aku berharap kita akan segera mendapatkan kabar baik.)

Saat dokter keluar dari ruangan IGD dokter menyampaikan kabar yang menyedihkan pada keluarga van der Meer dengan suara yang penuh penyesalan, "Helaas, we hebben alles geprobeerd, maar we konden uw vader niet redden." (Sayangnya, kami telah mencoba segalanya, tapi kami tidak bisa menyelamatkan ayah Anda.)

Ibunya Eva, yang mendengar kabar tersebut, tidak bisa menahan tangisnya. Dengan suara yang gemetar, dia berbicara kepada dokter dalam bahasa Belanda, "Alsjeblieft, dokter, er moet iets zijn dat we kunnen doen. Kun je alsjeblieft nog iets proberen?" (Tolong, dokter, pasti ada sesuatu yang bisa kita lakukan. Bisakah Anda mencoba sesuatu lagi?)

Dokter dengan lembut menjawab, "Ik begrijp uw pijn, maar we hebben alles gedaan wat we konden. Het spijt me." (Saya mengerti rasa sakit Anda, tapi kami sudah melakukan segala yang kami bisa. Maaf.)

Ibunya Eva menangis semakin keras, merasakan keputusasaan yang mendalam. Dia meraih tangan ayah Eva, mencoba mencari dukungan dalam kehampaan yang melanda keluarganya. Saat itu, mereka merasa terhempas oleh gelombang kesedihan yang tak terlukiskan.

Ayah Eva dan Hendra terdiam sejenak, mata mereka mencerminkan kekecewaan yang mendalam. Kemudian, ayah Eva menarik napas dalam-dalam sebelum berkata dengan suara lembut, "Bedankt, dokter. We waarderen uw inspanningen." (Terima kasih, dokter. Kami menghargai usaha Anda.)

Hendra menatap ke lantai dengan rasa hampa yang mendalam, mencoba menahan air mata yang ingin tumpah. Kabar tersebut membuat hatinya terasa berat, dan dia tahu bahwa kabar tersebut akan sangat sulit untuk dikonfrontasi oleh Eva dan nenek di rumah.

Sementara itu, Hendra yang menunggu di luar ruang IGD bersama ayahnya, mulai merasakan kegelisahan yang mendalam. Dia memandang jam di tangannya, yang menunjukkan pukul tiga dini hari. Hatinya berdebar-debar saat dia memikirkan bagaimana cara memberitahu kabar ini kepada Eva dan nenek di rumah.

Dengan suara gemetar, Hendra berkata kepada ayahnya dalam bahasa Belanda , "Wat moeten we doen, pap? Ik weet niet hoe ik dit aan Eva en oma moet vertellen." (Apa yang harus kita lakukan, Papa? Saya tidak tahu bagaimana cara memberitahu ini kepada Eva dan nenek.)

Ayah Eva membalas dengan suara serak, "We moeten voorzichtig zijn, Hendra. Het is al laat, ze zullen geschokt zijn." (Kita harus hati-hati, Hendra. Sudah larut malam, mereka akan terkejut.)

Hendra mengangguk, meskipun hatinya berat. Dia tahu bahwa berita ini akan menggoncang seluruh keluarga. Dalam keheningan malam yang sunyi, mereka merasa terpukul oleh duka yang mendalam, tanpa tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Langit biru dimatakuWhere stories live. Discover now