Keluarga van der meer

2 2 0
                                    

Candra, tertarik dengan kemampuan berbahasa Indonesia Hendra, akhirnya bertanya dengan keingintahuan, "Hendra, saya kagum dengan kemampuan Anda berbahasa Indonesia. Bagaimana Anda bisa berbicara dengan sangat lancar?"

Hendra tersenyum dan menjawab dengan rendah hati, "Terima kasih, Candra. Saya sudah tinggal di Indonesia cukup lama bersama Bibi dan paman saya sebelum berkuliah di Belanda, jadi saya punya banyak kesempatan untuk berlatih bahasa Indonesia."

Candra mengangguk paham. "Itu sangat menarik. Apakah Anda menemui kesulitan saat belajar bahasa Indonesia?"

Hendra tertawa kecil. "Tentu saja, saya punya tantangan juga, tetapi saya selalu bersemangat untuk belajar dan beradaptasi dengan budaya baru. Saya rasa, pengalaman saya di Indonesia sangat membantu saya menjadi lebih fasih dalam berbahasa."

Candra tersenyum kagum. "Saya benar-benar terkesan dengan dedikasi dan ketekunan Anda dalam mempelajari bahasa dan budaya. Ini memberi saya inspirasi untuk terus belajar dan berkembang."

Hendra tersenyum ramah. "Terima kasih, Candra. Saya yakin Anda juga akan berhasil dalam perjalanan belajar Anda. Saya senang bisa bertemu dengan Anda hari ini dan berbagi cerita."

Hendra melihat ke arah adiknya, Eva, yang sibuk di dapur. "Candra, saya tahu Eva sangat mencintai Amsterdam. Apakah dia bahagia di sini?"

Candra menjawab dengan lembut, "Awalnya dia merasa sulit untuk beradaptasi, tapi saya telah membuka hatinya untuk membuatnya betah tinggal di sini. Eva sudah mulai menemukan teman-teman baru dan tertarik dengan klub musik dan budaya di sekolah."

Hendra mengangguk mengerti. "Saya senang mendengarnya. Terima kasih, Candra, sudah menjadi teman baik bagi adik saya. Saya yakin Eva akan menemukan kebahagiaannya di sini."

Sementara mereka berdua mengobrol, Eva menyajikan makanan malam yang lezat di meja makan.

Eva dan Hendra tersenyum ramah sambil menawarkan Candra untuk menikmati hidangan khas Belanda yang mereka sajikan. Namun, Candra merasa tidak enak menerima tawaran tersebut karena merasa sudah cukup diberi dukungan oleh keluarga Eva.

"Candra, jangan ragu untuk menerimanya. Kami senang bisa berbagi hidangan ini denganmu," kata Hendra dengan hangat.

Eva menambahkan, "Iya, Candra. Kami senang bisa memilikimu di sini bersama kami. Ini adalah cara kami untuk mengucapkan terima kasih atas semua yang telah kamu lakukan untukku."

Mereka pun duduk bersama di meja makan, menikmati hidangan lezat yang disajikan oleh Eva. Suasana hangat dan keakraban terasa begitu nyata di antara mereka, mengingatkan Candra betapa beruntungnya dia memiliki teman-teman seperti Eva dan keluarganya di Indonesia.

Saat Johan van der Meer dan Maya van der Meer pulang dari kerja, mereka disambut dengan senyum hangat dari Eva, Hendra, dan Candra yang duduk di meja makan.

"Ma, pa" sapa Eva dengan penuh keceriaan.

"Hendra. Apa kabar?" jawab Johan sambil tersenyum pada anak-anaknya.

Maya tersenyum melihat Eva dan anak-anaknya. "Halo, sayang-sayangku. Ada tamu istimewa hari ini?"

Eva tersenyum memperkenalkan Candra kepada orang tuanya. "Ini Candra, temanku di sekolah. Dia telah sangat membantu saya belajar bahasa Indonesia dan bergabung dengan klub musik dan budaya."

Johan dan Maya menyambut Candra dengan hangat. "Senang bertemu denganmu, Candra. Terima kasih telah menjadi teman baik bagi Eva," kata Johan.

"Ya, terima kasih banyak, Candra. Eva selalu mengatakan betapa beruntungnya dia memiliki teman sebaik kamu," tambah Maya dengan tulus.

Candra tersenyum sopan. "Senang bertemu dengan Anda juga, Pak Johan dan Ibu Maya. Eva juga teman yang luar biasa bagi saya. Saya sangat berterima kasih atas keramahan Anda."

Eva dengan bangga memberitahu kedua orang tuanya dalam bahasa Belanda, "Papa, mama, ik spreek al vloeiend Indonesisch en ik ben lid geworden van de muziek- en cultuurclub op school!" ("Papa, Mama, aku sudah bisa berbicara bahasa Indonesia dengan lancar dan aku telah bergabung dengan klub musik dan budaya di sekolah!")

Johan dan Maya, orang tua Eva, tersenyum bangga mendengarnya. Johan berkomentar, "Goed gedaan, schat! Ik weet hoe moeilijk het is om een nieuwe taal te leren. En de muziek- en cultuurclub zal zeker een leuke ervaring voor je zijn." ("Hebat sekali, sayang! Aku tahu betapa sulitnya mempelajari bahasa baru. Dan klub musik dan budaya pasti akan menjadi pengalaman yang menyenangkan bagimu.")

Ibunya menimpali, "Aku sangat bangga padamu, Eva. Kamu benar-benar menunjukkan tekad dan semangat dalam mempelajari hal-hal baru."

Eva tersenyum puas, merasa senang bisa berbagi pencapaiannya dengan orang tuanya. Mereka pun melanjutkan makan malam mereka sambil terus berbagi cerita dan tawa di sekitar meja, menciptakan momen kebersamaan yang hangat dan penuh kebahagiaan.

Hendra, sambil menikmati makan malam, menyampaikan kabar kepada keluarganya, "Tidak lama lagi, aku akan berada di Indonesia untuk liburan selama dua bulan."

Eva dan orang tuanya, Johan dan Maya, senang mendengarnya. Maya bertanya, "Benarkah, Hendra? Itu kabar baik sekali! Kami akan sangat senang bisa menghabiskan waktu bersamamu di sini."

"Sungguh, aku juga tak sabar untuk melakukan hal yang paling disukai ayah, BERMAIN BOWLING" ujar Hendra dengan senyum. "Aku ingin melihat bagaimana kamu berkembang, Eva, dan tentu saja, ingin menghabiskan waktu bersama keluarga."

Dengan kedatangan Hendra, suasana di meja makan semakin ceria. Mereka berdiskusi tentang rencana yang akan mereka lakukan selama Hendra berada di Indonesia, sambil menikmati hidangan malam yang lezat.

Bapak Eva, Johan, dengan wajah serius, memutuskan untuk berbicara, "Candra, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada kamu atas segala bantuan yang telah kamu berikan kepada Eva, baik dalam belajar bahasa Indonesia maupun bergabung dengan klub musik dan budaya. Sebagai orang tua, saya ingin anak saya merasa nyaman dan bahagia di lingkungan barunya di Indonesia."

Candra tersentuh mendengarnya, merasa dihargai atas pengakuan dari orang tua Eva. "Tentu saja, Pak Johan. Saya hanya ingin membantu Eva merasa diterima dan bahagia di sini."

Johan melanjutkan, "Kamu telah membuka pintu bagi Eva untuk menjelajahi kehidupan barunya di sini, dan kami berterima kasih atas itu. Kami ingin Eva merasa bahwa dia memiliki tempat di sini, di Indonesia, meskipun kami tahu itu bukan keputusan yang mudah bagi dia untuk pindah dari Amsterdam."

Candra mengangguk mengerti, merasa dihargai atas kepercayaan dan harapan yang diberikan oleh keluarga Eva padanya. Mereka semua duduk dalam keheningan sejenak, merenungkan arti pentingnya hubungan yang telah terjalin di antara mereka.

Setelah momen keheningan itu, suasana menjadi lebih hangat. Ibunya Eva, Maya, tersenyum lembut sambil menatap Candra. "Kamu adalah teman yang baik untuk Eva, Candra. Kami senang melihat kedekatan kalian berdua."

Candra tersenyum balik, merasa hangat dengan sambutan yang diberikan oleh keluarga Eva. "Terima kasih, Ibu Maya. Saya sangat beruntung bisa menjadi bagian dari kehidupan Eva di sini."

Langit biru dimatakuWhere stories live. Discover now