Selamat tinggal kakek

6 2 0
                                    

Dengan napas tersengal-sengal dan hati yang terbebani oleh kesedihan, Eva berhenti di kanal Amsterdam, tempat dia dan kakeknya sering duduk saat Eva kecil dulu. Dia memandang air yang tenang, mengingat semua momen indah yang mereka bagikan di tempat ini.

Ingatannya membawa dia kembali ke masa kecilnya, ketika kakeknya akan duduk di sampingnya, bercerita tentang petualangan dan mimpinya. Mereka akan mengamati kapal yang melintas dan berbicara tentang segala hal yang ada di dunia ini.

Eva duduk di tepi kanal, air mata masih mengalir di pipinya. Dia merasa kehilangan yang mendalam, tetapi juga merasa terhibur dengan kenangan indah yang mereka bagikan bersama. Dalam keheningan yang menghampirinya, dia merasakan kehadiran kakeknya di sekelilingnya, memeluknya dengan cinta dan kehangatan.

Dengan hati yang berat, Hendra duduk di samping Eva, memandanginya dengan penuh kepedulian. Dia merasa tanggung jawab yang besar untuk melindungi adiknya di tengah kehilangan yang mereka rasakan bersama-sama.

"Eva, ik moet je iets vertellen." ( "Eva, ada sesuatu yang harus aku katakan padamu," ) ucap Hendra, suaranya lembut dan penuh dengan emosi. "Toen ik in het ziekenhuis lag, sprak opa tegen me." ( "Ketika aku di rumah sakit, kakek sempat berbicara padaku." )

Eva menatap Hendra dengan mata yang penuh dengan tanda tanya. "Wat zei hij?" ( "Apa yang dia katakan?" ) tanyanya dengan suara gemetar.

Hendra menghela nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Opa vertelde me dat hij er niet meer is, maar hij vroeg of ik voor jou wilde zorgen, mijn zusje. Hij zei dat je zijn eerste kleindochter bent en dat je heel mooi bent, net als je moeder en je oma. Opa hoopt dat hij, ook al is hij er niet meer, nog steeds bij ons zal zijn. Hij zal in ons voortleven." ( "Kakek mengatakan kepada saya bahwa jika dia sudah tidak ada di sini, tetapi dia bertanya apakah saya akan merawatmu, adikku. Dia bilang kamu adalah cucu pertamanya dan kamu sangat cantik, seperti ibu dan nenekmu. Kakek berharap meskipun dia sudah tidak ada di sini, dia akan tetap bersama kita. Dia akan tetap hidup di dalam diri kita." )

Kata-kata itu membuat Eva terdiam sejenak, air mata mulai mengalir lagi di pipinya. Mendengar bahwa kakeknya telah berpulang, tetapi juga mengetahui bahwa cinta dan kehadirannya akan tetap hidup di dalam mereka, memberinya sedikit kelegaan di tengah kesedihan yang mendalam.

Dengan lembut, Hendra mengeluarkan selembar kertas lipat dari sakunya, membentuknya menjadi perahu kecil yang cantik. Perahu itu adalah simbol dari kenangan indah yang mereka bagikan bersama-sama di kanal Amsterdam, saat mereka bermain bersama kakek mereka di sore hari.

"We speelden altijd met papieren bootjes op het kanaal met onze opa." ( "Dulu, kita selalu bermain dengan perahu kertas di kanal bersama kakek kita," ) ucap Hendra, suaranya penuh dengan nostalgia dan kehangatan. "Ik wil dat we die traditie voortzetten, dat we onze grootvader herinneren en alle mooie momenten die we met hem hebben gedeeld." ( "Aku ingin kita melanjutkan tradisi itu, untuk mengenang kakek kita dan segala momen indah yang telah kita bagikan bersamanya." )

Eva menatap perahu kertas itu dengan mata berbinar, senyum kecil mengembang di wajahnya. Dia merasakan kehangatan dari kenangan masa kecil mereka yang membawa kebahagiaan dan keceriaan di tengah kesedihan yang mereka rasakan sekarang.

Mereka berdua berdiri di tepi kanal Amsterdam, memandang air yang tenang di depan mereka. Dengan lembut, mereka meletakkan perahu kertas itu ke dalam air, mengikuti arus yang lembut mengalir di kanal.Eva menatap perahu kertas itu dengan mata penuh harapan, lalu dia mulai berbicara dengan lembut, "Opa, we weten dat u altijd bij ons zult zijn, bij elke stap die we zetten. We zullen de mooie herinneringen aan u in ons hart bewaren en we zullen doorgaan met de erfenis en tradities die u ons hebt gegeven. Bedankt voor alle liefde, steun en lessen die je ons hebt gegeven. We zullen je missen, maar we weten dat je altijd in ons zult leven, als de wind die over het water waait. Vaarwel, opa, en bedankt voor alles." ( "Kakek, kami tahu kamu akan selalu bersama kami di setiap langkah kami. Kami akan menyimpan kenangan indah tentangmu di dalam hati kami dan kami akan melanjutkan warisan dan tradisi yang telah kau berikan kepada kami. Terima kasih untuk semua cinta, dukungan dan pelajaran yang telah Anda berikan kepada kami. Kami akan merindukanmu, tetapi kami tahu bahwa kamu akan selalu hidup di dalam diri kami, seperti angin yang berhembus di atas air. Selamat jalan kakek, dan terima kasih untuk semuanya.")

Dalam keheningan yang hening, perahu kertas itu meluncur perlahan di permukaan air, membawa dengan lembut doa dan ucapan terima kasih mereka kepada kakek yang tercinta. Mereka berdua berdiri di sana, merasakan kehadiran kakek mereka di sekeliling mereka, sambil membiarkan kenangan dan cintanya mengalir bersama arus kanal Amsterdam yang tenang.

Hendra mengajak adiknya, Eva, pulang ke rumah untuk melihat kakek mereka terakhir kali sebelum kakeknya dikubur. Eva menurut dengan hati yang berat, tetapi dia merasa penting untuk mengucapkan selamat tinggal yang terakhir kali kepada kakek yang dicintainya.Ketika mereka tiba di rumah, suasana hati mereka hening. Mereka masuk ke dalam rumah dengan langkah ragu, merasa berat hati atas kepergian kakek mereka.Di ruang keluarga, mereka berdua duduk di samping tempat tidur kakek mereka. Eva meraih tangan kakeknya dengan lembut, merasa hangatnya sentuhan yang sudah sangat akrab baginya. Hendra menatap wajah kakek mereka dengan penuh rasa hormat dan cinta yang dalam.Mereka berdua duduk di sana dalam keheningan yang khusyuk, merenungkan semua momen indah yang telah mereka bagikan bersama kakek mereka. Mereka berbagi cerita dan kenangan, tertawa dan menangis bersama, merasakan kehadiran kakek mereka yang masih terasa begitu kuat meskipun dia telah pergi.

Di pemakaman, keluarga dan teman-teman berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal terakhir kepada kakek Eva. Langit yang cerah dan angin yang sepoi-sepoi menambah kesan perpisahan yang penuh kehangatan.

Eva, Hendra, dan orangtua mereka duduk di barisan depan, mengenang kenangan indah bersama kakek tercinta. Ibunya Eva memeluknya erat, memberinya kekuatan untuk menghadapi momen yang sulit ini.

Pemimpin upacara membacakan doa-doa yang membawa hening dan penghormatan kepada almarhum. Eva merasakan kedamaian di dalam hatinya, mengetahui bahwa kakeknya sekarang beristirahat dengan tenang.

Setelah upacara selesai, keluarga dan teman-teman bersama-sama menutup kuburan dengan tanah. Setiap gumpalan tanah yang jatuh menandakan akhir dari sebuah babak dalam kehidupan, tetapi juga awal dari kenangan abadi yang akan terus hidup dalam hati mereka.

Mereka berdiri di sana, merenung dalam keheningan, sambil membiarkan kesedihan mereka mereda sedikit demi sedikit. Meskipun kepergian kakek telah meninggalkan lubang yang besar dalam kehidupan mereka, mereka juga tahu bahwa cintanya akan terus hidup dalam kenangan dan warisan yang telah dia tinggalkan.

Mereka meninggalkan pemakaman dengan hati yang berat, tetapi juga dengan tekad untuk terus menjalani hidup dengan keberanian dan kekuatan yang telah diajarkan oleh kakek mereka.

Ketika matahari terbenam di ufuk barat, Eva, Hendra, dan keluarga mereka meninggalkan pemakaman dengan langkah yang mantap, siap untuk menghadapi hari-hari yang akan datang dengan keteguhan dan tekad yang baru. Meskipun kakek mereka telah pergi, kenangan indah dan pelajaran yang telah dia berikan akan tetap menjadi cahaya dan panduan dalam perjalanan hidup mereka yang baru.

Langit biru dimatakuWhere stories live. Discover now