9| Sebuah Berita

19 2 0
                                    

Hujan sudah terdengar samar ditelinganya dan lampu minyak kecil di meja masih memancarkan warna orange sejak semalam. Nala berdiri untuk membuka jendela. Suara para pelayan yang berlalu lalang kembali terdengar pertanda jika pagi akan segera menyingsing.

Nala mengeratkan pegangannya di selimut saat angin pagi masuk ke dalam kamar membuatnya sedikit menggingil. Namun meski dingin, itu juga membuatkan kembali sadar.

Pintu kamar yang dibuka tergesa-gesa membuat perasaannya tak karuan. Danurdara masuk dengan panik. Memberi hormat ala kadarnya sebelum memberikan kertas yang ia pegang dengan erat. "Rara, ada kabar. Larut malam orang-orang dari menteri kehakiman menangkap Bendara dengan tuduhan melakukan kekerasaan dan menjadikan rakyat sipil sebagai umpan hidup selama perang." Danurdara mengulurkan surat yang dipegangnya dengan gemetar namun Nala tak segera mengambilnya.

Kepalanya terasa pusing dan menundur selangkah untuk bersandar di jendela dengan bingung. Dia mendengar apa yang Danurdara katakan, namun pada saat yang ia tak mengerti. Tak bisa mencernanya dengan baik.

"Raden Rara!" Danurdara ingin maju untuk membantunya, namun Nala mengangkat tangannya yang gemetar untuk menghentikan gadis itu.

Nala mencoba bernapas dengan baik dan memberikan sugesti pada dirinya. Dia tidak bisa panik saat ini untuk dapat memahami situasinya dengan baik.

Nala terkekeh dengan parau. "Pantas saja." Nala meletakan tangannya di kening menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya. "Ternyata seperti ini."

"Rara," Danurdara memanggil gadis itu dengan khawatir. Apalagi jiwa gadis itu seperti telah meninggalkan tubuhnya untuk sejenak.

"Raka sudah mengetahuinya. Dia sengaja mengisyaratkanku karena seharusnya mereka mendapatkan cukup bukti. Kenapa aku tak mengerti?"

Nala menurunkan tangannya. Mengambil surat dari tangan Danurdara. "Di mana Bendara sekarang?" Tanya sembari membuka surat itu dengan tangan gemetar.

"Masih diinterogasi," Danurdara nyaris tak berani  berbicara dengan keras.

Rara, larut malam orang -orang dari menteri kehakiman pergi kediaman Bendara dan membawa dengan tergesa. Menurut salah satu orang terpercaya di kehakiman, Bendara dituduh melakukan kekerasan dan menjadikan warga sipil sebagai tameng dan umpan hidup. Beberapa jam setelah Bendara ditangkap, utusan dari Utara datang dengan berita kebanjiran yang menyebabkan tangul jebol dan merendam area pertanian.

Dengan gontai, Nala berjalan ke lampu minyak. Membakar kertas itu mejadi abu. "Berapa banyak yang berjaga dihalamanku?" Tanyanya dengan hambar. Ibunya pasti sudah menempatkan pelayan kepercayaannya untuk menjaga halamannya agar ia tak bisa pergi setelah menerima kabar ini.

Ekspresi kesulitan melintas di wajah Danurdara tapi ia tetap mengatakannya. "Setengah pelayan yang bertugas dihalaman telah diganti oleh Nyonya."

Nala menarik kursi dan duduk dengan lesu. "Benar-benar sudah bertekad."

"Bisakah aku mengirim orang untuk mengawasi situasi di istana?" Tanyanya dengan pelan.

"Raden Rara tak perlu khawatir kita memiliki orang di sana."



***
[25 April 2024]

Sanskara harus lihat ini, dicintai secara ugal-ugalan wkwkwk

Semoga timnas u-23 lolos semi final.

Biru

Nala dan Kisahnya: Became the Daughter of the King's AdvisorWhere stories live. Discover now