6| Yang Ananda Inginkan adalah Anak Maharaja dan Selir Bhanurasmi.

25 4 0
                                    

Nala menatap ibunya yang baru saja memanggilnya untuk datang ke gazebo yang berada di tengah-tengah taman ketika ia hendak pergi. Ibunya hanya menyesap teh setelah memintanya untuk duduk, namun Nala tak bisa duduk dengan nyaman. Mata ibunya seolah berkata bahwa ia telah melakukan kesalahan fatal. Namun, Nala yakin ia tak melakukan apapun yang salah.

"Ananda tahu kesalahan apa yang telah ananda lakukan?" Nala menatap ibunya dengan mengenyit. Dia sangat yakin tak melakukan kesalahan apapun.

Melihat bahwa putrinya masih tak tahu kesalahannya. Dia segera mengambil ranting kecil yang memang sengaja letakan di meja.

"Perlihatkan telapak tangan ananda."

"Byung ..."

"Perlihatkan."

Nala dengan pelan mengangkat tanggannya ke atas meja dan memperlihatkan telapak tangannya. Ambarwati segera memukul telapak tangan Nala tanpa belas kasian membuat gadis itu refleks menjerit. Setelah memukulnya tiga kali barulah Ambarwati berhenti.

"Setiap hari ananda menguntit Bendara Raden Mas Sanskara. Apakah ini hal yang patut dilakukan? Apakah teguran byung dan romo selama ini hanya angin lalu? Usia ananda sudah 18 tapi belum ada satupun keluarga yang mengajukan lamaran." Melihat Nala akan menjawab ucapannya. Ambarawati segera memukul telapak tangan Nala lagi.

"Semua orang di ibukota membicarakan perilaku tak baik ananda. Rakyat bahkan menjadikannya lakon. Ningrat lain menjadiaknnya olok-olokan. Mengatakan bahwa mereka tidak akan bisa membesarkan anak sehebat ananda."

"Jika ananda benar-benar mengagumi Bendara Raden Mas Sanskara mengapa harus merusak reputasinya dan reputasi ananda?"

"Apakah ananda pernah berpikir bahwa perilaku ananda akan membuat romo dan raka terbebani?"

Nala menundukan kepalanya. Ia baru menemui Sanskara sekali dan itu pun baru kemarin. "Jika ananda menurut apakah byung dan romo akan memberikan Bendara untuk ananda?" Tanya Nala dengan suara serak. Namun ia tahu jawabannya. Mereka tidak akan membiarkannya. Jadi sedari awal Raden Rara memilih jalan ini karena memang orang tuanya tak merestui apa yang ingin ia miliki.

"Ananda. Di luar sana masih banyak lelaki ningrat yang akan lebih dapat ..."

Nala kali ini menatap mata Ambarwati tepat di mata. "Siapa? Menjadi selir Yuwaraja? Demi membantu mempertahankan kekuataan Yuwaraja, romo dan byung menggadaikan masa depan ananda?" Tanyanya dengan nada ironis dan sedih yang tak dapat ia tahan.

"Maharaja ingin romo mendukung Yuwaraja. Ananda gak mau hidup di istana sebagai selir bersama orang yang gak ananda cintai," ujarnya dengan tajam dengan air mata yang turun semakin deras. "Sial. Tanganku sakit sekali." Nala sekarang ingin menangis meraung-raung.

Ambarawati mencengkeram sisi meja dengan erat. "Jaga perkataan ananda." Sikap memberontak anaknya semakin parah.

"Apa ananda salah? Yuwaraja memang anak Maharani dan Maharaja tapi yang ananda inginkan adalah anak Maharaja dan selir Bhanurasmi. Ananda hanya ingin Bendara Raden Mas Sanskara Kala Kalandra."

Ambarawati segera memukul meja dengan rating. Dia marah. Sangat marah. Tidak tahu menurun dari siapa sikap keras kepala putrinya ini.

"Danurdara! Dianti! Bawa Raden Rara kembali kekamarnya biarkan dia merenungkan perbuatan dan perkataannya. Jangan biarkan ia keluar dari kamarnya sebelum menarik kembali apa yang baru saja ia katakan."


***
[14 April 2024]

Bentar lagi UAS. Prasyaratnya belum ada yang selesai(:

Biru

Nala dan Kisahnya: Became the Daughter of the King's AdvisorWhere stories live. Discover now