1| Nala dan Perjalanannya di Mulai

37 11 0
                                    

Nala dapat mendengar suara berisik dari sekitarnya, namun tak ia gubris karena kepalanya masih terasa sakit. Tangannya menopang dahinya mencoba mereda pusing dan mengatur napasnya dengan baik.

"Rara," Nala dapat merasakan sebuah tangan menarik tangannya. Memeriksa nadi ditangannya.

Nala mengibaskan tangannya. "Gak papa. Aku baik-baik aja." Nala mencoba memfokuskan pandangannya. Hal pertama yang memasuki pandangannya adalah orang-orang yang menikmati minuman dan berbincang dimejanya masing-masing.

Sekilas Nala tahu ada yang aneh. Pakaian yang para wanita muda itu kenakan mirip dengan hanfu, namun motif pada bagian dada atau pingang merupakan batik yang sangat ia kenali. Gaya rabutnya pun beragam ada yang digedai, disanggul, dan diikat sebagian.

"Rara," Panggilan itu mengalihkan Nala dari kegiatan mengamatinya. Nala menoleh. Menatap dua wanita muda yang tengah berdiri, menatapnya dengan cemas.

"Bendara Raden Mas Sanskara baru saja keluar." Salah satu gadis itu memberi tahunya dengan sedikit cemas yang langsung disikut oleh temannya.

Nala tak tahu apa yang kedua gadis itu katakan setelahnya karena sekarang kepalanya serasa tengah ditusuk ribuan jarum. Memori berisi kenangan dirinya terus menerus mengisi kebingungannya, membuatnya berkeringat dingin.

Kedua tangan Nala mencengkeram sisi meja dengan kuat untuk membuat dirinya tidak jatuh ke lantai dengan memalukan. Danurdara dan Dianti segera menghampiri Nala. Dianti menatap cemas pada temannya. "Danur, apa yang harus kita lakukan? Aku yakin denyut nadi Rara baik-baik saja."

Danurdara yang tengah mencoba melepaskan cengkeraman Nala di meja berhenti sejenak. "Rara akan baik-baik saja. Bantu aku melepaskan cengkeraman Rara dulu, setelahnya kita bisa membawa Rara kembali." Dianti mengikuti apa yang Danurdara katakan. Setelahnya mereka mereka memapah Nala turun dari lantai dua rumah teh tersebut.

[]

Nala tidak tahu berapa lama ia tak sadarkan diri. Namun saat ia membuka mata yang ia lihat adalah kelambu yang menutup ranjang tempat ia berbaring. Dengan perlahan Nala mencoba bangkit. Kepala sudah tidak sakit lagi.

Nala turun dari ranjang dan mengamati ruangan itu dengan seksama. Nala yakin barang-barang ini terbuat dari kayu jati. Diukir dengan sangat baik dan terlihat mengkilap serta mahal. Nala tahu ia sudah pergi melintasi waktu.

"Bendara Raden Mas Sanskara Kala Kalandra," katanya dengan pelan. Mencoba melafalkan dengan perlahan seolah untuk memastikan bahwa ia tak mengingat nama yang salah. "Mahapatih Sanskara." Nala sedikit terkekeh. Mungkin semesta sedang ingin ia melakukan kencan buta.

Nala berjalan menuju cermin besar yang berada didekatnya. Menatap penampilannya dengan seksama. "Baik. Ini masih aku. Tubuh dan namanya juga masih milikku." Orang dapat mengetahui dari nada suaranya bahwa Nala lega saat mengatakannya.

"Sanskara Kala Kalandra apa kamu akan mengizinkan aku menjadi pemilik baju itu?"



***
[02 April 2024]

Selamat kita telah melintasi ruang dan waktu...

Sampai jumpa di part selanjutnya

Biru

Nala dan Kisahnya: Became the Daughter of the King's AdvisorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang