bab 21

39 3 0
                                    

Hari yang ditunggu pun tiba juga. Chana dan keluarganya sudah datang lebih dulu di tempat janjian mereka. Gadis itu tampil anggun mengenakan gaus sebatas lutut berwarna biru langit. Rambut panjangnya digerai indah dengan beberapa aksesoris lucu sebagai pelengkap.

Chana gugup sekali lebih dari mengenalkan Marvel pada kedua orang tuanya di acara makan biasa. Kerap kali gadis itu melirik pada jam tangan di pergelangan tangan dan melihat ke arah pintu memastikan kedatangan kekasihnya.

Chana tidak ingin Marvel dipandang sebagai seseorang yang teledor akan waktu. Sedikit banyak kekhawatiran mampu membuatnya goyah. Sang puan mengedarkan pandangan pada kedua orangtuanya. Mereka tampak asik sendiri dan tidak peduli dengan kecemasan sang putri.

Lebih tepatnya Chana yang menyembunyikan agar tak terlihat ke permukaan. Kontrol diri gadis itu lumayan bagus untuk tetap tenang. Restoran dengan konsep fine dining semi outdoor ini lah yang Chana pilih. Menikmati pemandangan malam kota dari atas sebuah bangunan.

“Selamat malam semuanya.”

Chana menoleh cepat kala mendengar suara dalam khas pria kesayangannya. Tubuh tegap Marvel dibalut setelan jas hitam dengan kemeja putih di dalamnya. Marvel terlihat seratus kali lebih tampan dengan rambutnya yang dipangkas rapi. Chana tidak tahu kapan kekasihnya itu memotong rambutnya.

“Maaf saya sedikit terlambat.” Marvel tersenyum simpul sembari menyerahkan sebuah buket bunga untuk Chana. Tidak hanya satu melainkan sampai tiga campuran bunga dalam satu genggaman. “Buat kamu,” ucap Marvel.

“Makasih Kak Marvel,” balas Chana.

“Saya pikir kamu nggak datang, Vel. Kalau iya kami mau pesan duluan tanpa menunggu kamu,” sahut Hans.

“Nggak lah Om. Saya nggak mau melepaskan perempuan yang saya cintai hanya karena ada kekurangan yang bisa saya atasi. Orangtua saya pun sudah menyetujui langkah saya untuk meminang Chana. Mama saya senang bukan main. Jadi, tujuan saya datang malam ini adalah membicarakan hubungan yang lebih serius dengan Chana. Mungkin saya pernah gagal dalam pernikahan sebelumnya, tetapi saya berjanji akan membahagiakan dia dan tidak akan membuat kalian kecewa,” tutur Marvel penuh keyakinan.

“Apa yang akan kamu lakukan kalau ucapan kamu tidak bisa ditepati?” tanya Hans.

“Saya akan terima semua konsekuensinya jika benar memang saya melanggar semua yang sudah saya ucapkan malam ini.” Marvel dalam hati benar-benar berusaha terlihat kuat dan tegar. Tak gentar akan gertakan apapun dari calon mertuanya. Ia harus terlihat meyakinkan untuk mendapatkan restu demi masa depannya. “Saya bisa pastikan hanya ada kebagiaan untuk keluarga kecil saya nantinya,” sambung Marvel.

Hans tampak terdiam untuk sesaat. Terjadi keheningan diantara mereka. Marvel semakin cemas apakah lamarannya diterima atau justru ditolak oleh Hans. Kening pria tampan itu berkerut heran ketika ayah dari kekasihnya itu mengajaknya untuk bersalaman. “Lamaran kamu saya terima. Tolong jaga benar-benar putri kesayangan saya. Kalau kamu sudah lelah, kamu pulangkan dia baik-baik seperti kamu memintanya baik-baik juga ke saya,” ucap Hans.

“Terima kasih, terima kasih banyak Om dan Tante sudah mau menerima lamaran saya,” ucap Marvel dengan netra berkaca-kaca miliknya. Rasa haru kian menyelimuti seluruh ruangan itu.

“Panggil kami papa dan mama aja, Marvel. Mama titip Chana ya. Tegur dia kalau salah, sayangi dia seperti kami menyayanginya, semoga kalian bahagia selalu.” Wendy bangkit dari kursinya lalu menghampiri Marvel dan memeluknya seperti anak sendiri.

“Pasti, Ma.”

Chana tak sanggup menahan haru. Tangisan kecilnya sudah pecah dan kini sedang bersembunyi dibalik punggung tegap milik Hans. Ia tidak menyangka jika perjalanan cintanya akan berlabuh pada Marvel. Sang puan mencintai secara tulus dan ikhlas duda satu anak dan perintilannya itu.

Begitu pula Marvel. Pria itu yakin jika dirinya tak salah memilih pendamping hidup untuk masa tuanya nanti. Keduanya akan menua bahagia bersama sampai maut yang memisahkan. Ia hanya akan membawa bahagia dan suka cita untuk Chana. Memiliki gadis itu adalah anugerah terindah untuknya.

“Ayo makan dulu, Papa udah lapar banget kelamaan nunggu Marvel datang,” sela Hans merusak suasana.

Marvel tak enak hati walaupun ujaran calon mertuanya itu hanyalah sebuah candaan. Lalu pria itu merangkul akrab pundak Hans dan membawa pria yang lebih tua pada meja penuh makanan. “Kamu lusa siap sidang kan? Lebih cepat lebih baik, sayang,” kata Marvel tersenyum penuh arti pada gadisnya.

“HAH? DEMI APA?” pekik Chana dengan wajah terkejut bukan main.

“Papa setuju dengan ucapan Marvel, dek. Lebih cepat akan jauh lebih baik untuk kamu ke depannya. Buat apa nunggu-nunggu terlalu lama. Papa nggak sabar mau cepat gendong,” sahut Hans. Kedua tangannya membuat gestur seakan sedang menggendong sesuatu.

Marvel langsung paham akan hal itu tetapi ia hanya tersenyum.

“Baru banget kemarin aku acc bab 5 masa langsung maju sidang?” tanya Chana lesu.

“Sambil kamu revisi, bisa sedikit-sedikit kita urus persiapan pernikahan kamu dan Marvel. Semua itu butuh waktu yang nggak sebentar loh sayang. Emangnya kamu mau lebih lama mendekam di kampus dan nggak lulus?” tanya Wendy membuat Chana tersedak es buahnya.

Tanpa berkata Marvel menyerahkan segelas berisi air putih pada Chana untuk gadisnya minum. Panas seketika dirasakan oleh gadis itu ketika ucapan dari mamanya benar-benar menusuk hingga hati. Chana meminumnya sampai tersisa setengah gelas dan melayangkan tatapan sinis ke arah Wendy.

“Ya jangan bilang gitu dong Ma. Kesannya kayak aku nggak kepengin lulus aja. Aku belum daftar dan segala macamnya. Kalau itu maunya kalian oke bakal aku lakuin,” ucap Chana.

“Kamu nggak sendiri sidangnya, sayang. Nolan dan Rona baru daftar juga hari ini. Mereka nunggu kamu untuk sidang bareng. Karena aku rasa kamu udah mampu, kenapa enggak gitu loh. Mirip presentasi biasa kok.” Marvel berkata sembari mengusap kepala Chana sayang.

“Ya udah iya,” balas Chana mengangguk pasrah.

“Semangat dong sayang. Habis kamu selesai semuanya, kita jalan-jalan deh,” rayu Marvel dengan iming-iming anggap saja sebuah self reward. Ia mengenal bagaimana gadisnya yang haus akan jalan-jalan disela kesibukan begitu menyesakkan ini.

Chana mengangguk saja karena jelas dirinya kalah suara. Padahal untuk segala kebaikannya, gadis itu memilih bungkam dan menyumpal bibirnya dengan sesuap udang telur asin dan nasi hangat. Toh tinggal selangkah lagi menuju sebuah kebahagiaan dalam hidup untuknya ia raih.

Malam dihabiskan dengan percakapan ringan sembari memakan banyak kudapan yang tersedia. Marvel dan Chana benar-benar lega jika semudah ini mendapatkan sebuah restu untuk melanjutkan ke jenjang lebih serius. Meyakinkan dua keluarga untuk mendapatkan satu jawaban matang demi masa depan.

Sembari membicarakan banyak hal, diam-diam jemari Marvel meraih milik gadisnya. Menautkan dengan miliknya. Dengan cincin terpasang apik pada ruas tangan Chana dan juga dirinya. Banyak pujian dan rasa syukur pria itu utarakan pada si pemilik alam semesta yang telah memberi izin untuk mempersunting kekasihnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 17 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Skripsweet Thingy - Mark LeeWhere stories live. Discover now