Bab 20

52 5 0
                                    

Chana terbangun kala merasakan hangatnya sinar mentari menerobos masuk dari sela-sela jendela kamarnya. Semalam ia dipulangkan oleh Marvel kurang dari jam 12 malam. Bisa ditebas lehernya nanti jika melewati jam malam yang sudah ditetapkan oleh Hans. Gadis itu memilih untuk kembali ke rumah selama kedua orang tuanya berada di Indonesia.

Tangannya terulur untuk mematikan alarm di dekat kasur. Ia mengumpulkan energi juga nyawanya perlahan-lahan. Hari ini tanggal merah dan sudah pasti banyak orang menghabiskan liburan mereka dengan orang-orang tercinta. Sama halnya dengan Chana.

Setelah membersihkan diri membuat wajahnya menjadi lebih segar, Chana menghampiri Hans dan Wendy di ruang makan. Mengingatkannya akan kenangan masa kecil. Di mana mereka masih sering menghabiskan waktu bersama. Momen ketika Hans atau Wendy masih sering menjemput Chana sepulang sekolah.

Chana membuka kulkas lalu mengeluarkan kotak susu dingin rasa cokelat untuknya ke meja makan. Dimakan bersama roti tawar pasti rasanya enak sekali. Begitu pikirnya. Setelah menyiapkan sarapannya sendiri, ia mendudukkan tubuhnya berseberangan dengan sang papa. Melahap rotinya nikmat.

“Dari kapan kamu pacaran sama Marvel?” tanya Hans membuka pembicaraan.

“Kapan ya? Sebelumnya Kak Marvel tuh nggak ada yang ngajak aku pacaran gitu loh Pa. Dia cari orang yang niatnya mau langsung diajak untuk berumah tangga. Aku tahu umurnya bukan lagi fase pacaran main-main doang. Mungkin ada kali setahun sama dia,” jawab Chana santai.

“Kamu serius dengan pilihanmu? Sekalipun dia itu duda anak satu? Tanggungan kamu bukan hanya melayani Marvel tapi juga anaknya loh,” tanya Hans berusaha menggoyahkan pilihan putrinya.

Chana melahap potongan terakhir roti tawarnya. Masih dengan wajah santai gadis itu berhadapan dengan papanya. “Aku yakin. Setiap tindakan yang kita ambil pasti ada konsekuensinya. Aku paham betul kalau Papa mau aku dapat yang terbaik. Selama aku bareng sama Kak Marvel, hidupku baik-baik aja Pa. Kak Marvel ini orangnya sangat bertanggung jawab. Aku bisa pastiin kalau dia nggak bakal macam-macam,” jawab Chana mantab.

“Ya sudah kalau kamu seyakin ini. Kamu atur waktu papa bisa ketemu sama Marvel lagi. Papa mau lihat apa dia masih serius dengan komitmennya kemarin,” putus Hans. Pria separuh baya itu pun meninggalkan meja makan sambil membawa kopi dan koran di tangan.

“Papa serius??? Papa restuin aku sama Kak Marvel?” pekik Chana terkejut.

“Lihat nanti kalau jawaban pacarmu bikin Papa puas ya kalian bisa lanjut. Semuanya gimana Marvel ke Papa,” sahut Hans.

“Chana sayang banget sama Papa! Terima kasih Papa.”

Chana berlari ke arah Hans. Memeluk tubuh tinggi nan tegap itu seerat yang sang puan bisa. Pembicaraan kali ini benar-benar membuat mood gadis itu semakin baik sampai pada ia menutup mata untuk kembali tidur. Tidak sabar untuk memberikan kabar bahagia pada kekasih tampannya itu.

Wendy sebagai pendengar ikut bahagia dan turut tersenyum melihat tingkah putri juga suaminya. Kini wanita itu menyadari jika Chana bukan lagi anak kecil yang harus diawasi setiap tingkah dan lakunya. Gadis kecilnya sudah menemukan pendamping hidupnya hingga maut memisahkan keduanya kelak.




***




Marvel menutup kelas hari ini dengan kuis pertanyaan beruntun untuk para mahasiswanya. Tentu saja hal itu membuat manusia di dalam kelas siang ini kesal bukan main. Ditambah aura dosen muda nan tampan itu tidak pernah tersenyum sedari awal kelas dimulai. Kelas dengan bobot 3 sks itu bagaikan neraka di siang bolong.

Begitu kelas benar-benar selesai semua orang langsung berhamburan keluar. Meninggalkan Marvel bersama beberapa gadis di sana. Pria itu masih direpotkan dengan tumpukan kertas jawaban hasil kuis barusan. Entah sengaja atau tidak tetapi suara gadis-gadis itu bergosip terdengar begitu jelas di telinganya.

The Skripsweet Thingy - Mark Leeحيث تعيش القصص. اكتشف الآن