Bab 4

99 13 2
                                    

Chana kemarin lembur mengerjakan judulnya dan baru hari Kamis ini bisa ke kampus. Setelah begadang selama beberapa hari, Chana memutuskan untuk memasrahkan apapun hasilnya pada yang di atas. Ia mencari jalan aman saja dengan menuruti permintaan Marvel sebelumnya.

Chana berharap dari semua 30 judul ini ada yang bisa membuat Marvel merasa puas. Tidak sepenuhnya ia mencari semua judul itu sendiri, ada beberapa nomor dari judul sebelumnya yang sudah ditolak oleh pria itu Chana masukkan kembali, lumayan mengisi deretan nomor yang masih kosong. Toh Marvel tidak akan mengingat semua judul yang pernah ia berikan.

Chana membuka aplikasi WhatsApp di handphonenya dan membuka kontak Marvel dan mengetik pesan untuk dosen muda itu secara pribadi. Berulang kali ia menghembuskan napasnya, Chana gugup tentu saja, mengingat Marvel ini perangainya seperti apa.

Chana: Selamat Pagi, Pak Marvel.

Chana: Perkenalkan saya Chana Abigail, Mahasiswi semester 8, anak bimbingan Pak Marvel. Mohon maaf sebelumnya saya ingin menemui Bapak perihal konsultasi judul skripsi. Kira-kira kapan saya bisa menemui Pak Marvel untuk konsultasi?

Chana: Terima kasih sebelumnya, Pak.

Pak Marvel: Sekarang.

Pak Marvel: Di kantin Fakultas Teknik.

Chana: Baik, saya akan segera ke sana, Pak.

Chana segera mengantongi handphone di saku kantung jeans yang dipakainya. Jarak dari Fakultas Manajemen ke Fakultas Teknik itu lumayan jauh, seperti ujung ke ujung, karna berada di gedung yang berbeda.

Chana terlihat begitu repot dengan membawa banyak buku juga tas totebag di pundaknya. Dalam hati gadis itu merutuki Marvel yang memilih tempat konsultasi di fakultas lain dan bukan melainkan ruangannya sendiri! Tidak bertemu selama sebulan saja sifat menyebalkannya semakin bertambah.

Sesampainya di kantin Fakultas Teknik, Chana mengedarkan pandangannya pada seisi kantin mencari keberadaan Marvel. Kantin fakultas ini terbilang sangat luas. Chana harus sampai menjulurkan lehernya ke kanan dan kiri untuk mencari dimana Marvel duduk.

Nah itu dia.

Chana menghampiri Marvel yang tengah asik memakan bubur ayam bersama dengan tusukan sate di hadapannya. Melihat es teh manis milik itu yang belum tersentuh membuat ia menelan ludahnya. Marvel yang sadar akan kehadiran gadis yang sedang ditunggunya itu seketika menoleh.

“Duduk,” kata Marvel singkat.

“Bentar, Pak. Saya pesan thai tea dulu boleh nggak? Saya haus tadi lari dari Fakultas Manajemen ke sini, Pak,” tanya Chana.

“Siapa yang suruh kamu lari? Salah kamu itu capek sendiri,” balas Marvel lalu menyuapkan satu sendok bubur ke mulutnya.

“Bapak kan susah ditemui. Nanti kalau saya meleng sedikit Pak Marvel nggak ada di sini kan yang repot saya juga,” balas Chana tidak mau kalah.

“Ya sudah sana pesan minum dulu,” perintah Marvel.

Chana mengangguk cepat dan segera menaruh barang-barang miliknya sementara di atas meja sembari memesan minuman apa saja yang bisa melegakan dahaganya. Tidak membutuhkan waktu lama karena stan minuman teh bercampur susu itu tidak terlalu ramai. Chana bahkan sempat membeli keju aroma dan membawanya di meja Marvel.

Gadis itu mendudukkan tubuhnya di kursi. Rasa thai tea manis nan dingin itu mulai membasahi kerongkongannya, seketika ia melupakan rasa lelahnya, Chana sampai lupa kalau tujuannya kemari untuk konsultasi.

“Mana judulnya?” todong Marvel. Tangan pria itu terulur untuk menagih judul yang akan diajukan sang gadis.

“Eh iya maaf saya lupa.” Chana menepuk jidatnya pelan. Tangannya mengeluarkan map berisi judul dari dalam totebag hitamnya, dan ia berikan pada Marvel. Membiarkan sang dosen membaca judul-judulnya sambil gadis itu mengemili keju aroma.

The Skripsweet Thingy - Mark LeeWhere stories live. Discover now