Bab 13

70 8 0
                                    

Marvel dan Chana memperhatikan Aletha yang tengah asik bermain dengan anak-anak seusianya di taman bermain. Dua orang dewasa ini mengamati sambil memegang sebuah es krim dengan rasa coklat dan vanilla di tangan masing-masing. Marvel hanya memandang ke arah tanah lapang berisi banyak anak kecil yang sedang bermain sambil memakan es krim coklatnya.

Chana juga melakukan hal yang sama. Diam dan fokus menghabiskan es di tangannya sebelum semuanya leleh karena teriknya cahaya matahari siang ini. Ia tidak berniat membuka pembicaraan dengan Marvel. Jantungnya masih tidak karuan setelah mendengar permintaan konyol Aletha di ruangan pria itu tadi.

“Chana,” panggil Marvel.

Sang gadis menoleh ke pria yang lebih tua. “Kenapa?”

“Setelah ini kamu ada acara nggak?” tanyanya.

“Kayaknya nggak ada. Bapak mau ngajak saya jalan?” celetuk Chana asal yang di jawab anggukan kepala oleh Marvel. Membuat gadis itu tersedak butiran oreo yang menjadi topping dari es krimnya.

“Iya. Saya mau ajak kamu pergi. Bisa kan?” tanya Marvel lagi.

“Kemana dulu?”

Chana mengusap sudut bibirnya yang belepotan cairan susu itu dengan tisu. Kedua netranya membulat sempurna kala melihat Marvel dengan terang-terangan menunjukkan ketertarikannya. Pria itu mengusap sudut bibirnya dengan ibu jarinya lalu sang Marvel sendiri yang menjilat lelehan es krim di jarinya itu.

Sang gadis berbalik arah dan menatap ke arah lain. Apa maksudnya Marvel tadi tuh? Sengaja ingin membuat wajahnya merah padam di muka umum? Jika iya menyebalkan sekali. Marvel terkekeh pelan dengan tingkah mahasiswinya itu. Pria berambut hitam itu segera melahap potongan terakhir corong es krimnya lalu atensinya ia arahkan pada Chana.

“Jalan-jalan sore, nanti juga kamu tahu sendiri. Kamu kalau lagi salting lucu ya, merahnya sampai ke telinga haha.”

“Pak diam deh. Berisik.”

“Aduh galaknya. Nanti kalau saya galakin balik kamu nangis.”

“Pak Marvel rese banget ya ternyata. Pas ngajar aja sok cool dih apaan tuh.”

“Berani kamu ya meledek saya? Kemari kamu anak nakal.”

Chana segera berdiri dan menghindari Marvel. Menjauhkan diri dari kejaran pria yang berhasil ia ejek dengan ucapannya tadi. Pria itu ikut berdiri dan berusaha mengejar si gadis cantik. Terlihat seperti pasangan yang sedang dimabuk api asmara. Marvel mengencangkan laju larinya dan meraih tangan Chana.

Tubuh gadis yang lebih muda ini sudah ada di dalam dekapannya. Senyum di wajah tampannya tidak luntur sekalipun si cantik mencoba meloloskan diri darinya. Kedua tangan kekar Marvel melingkar di pinggang kecil Chana yang sangat pas untuk dirangkul. Sepasang anak adam dan hawa ini diam tanpa suara.

“Pak—“

“Kak Marvel. Panggil saya dengan nama itu. Sekarang kita bukan lagi ada di daerah kampus, Chana.”

“Banyak yang lihatin tuh, lepasin saya Pak eh Kak Marvel.”

“Kamu bisa berlari sejauh mungkin tapi kamu harus ingat satu hal, kemana kamu pergi, saya pasti akan menemukanmu. Selamat Chana karena kamu sudah berhasil mengambil hati tidak hanya Aletha melainkan saya juga.”

“Sumpah Pak Marvel seram banget.”

Chana menjauhkan tangan kekar milik pria itu menjauh dari tubuhnya. Chana berlari menjauh dengan wajah yang merah padam. Irama detak jantungnya sungguh menggila. Marvellio Bevan Baskara membuat ia tidak bisa berkutik. Sang gadis terus saja mencubit tangan atau pipinya seolah-olah semua kejadian ini hanyalah khayalannya.

Marvel yang ia kenal bukanlah sosok yang seperti ini. Pria itu tidak clingy, tidak romantis yang setiap saat mengeluarkan kalimat gombalan, tidak melakukan kontak fisik dengan orang lain. Marvel yang ia tahu adalah sosok yang cuek, dingin, angkuh dan galaknya bukan main. Lalu apa yang pria itu tadi ucapkan? Kemana pun ia pergi, Marvel pasti akan menemukannya?

“Aletha pulang yuk! Mami kamu udah lapar katanya.” Marvel berseru memanggil sang anak sambil menatap jahil ke arah Chana.

“Okeyy Ale datang Papa~”

Chana menatap tajam pada Marvel sambil menunjuk pada dirinya sendiri dan dibalas kekehan ringan oleh pria yang lebih tua. Aletha berjalan menghampiri Chana bersama Marvel. Si manis langsung meraih jemari tangan Chana lalu ia genggam. Senyum manis di bibirnya sama seperti milik sang papa.

“Kakak Cantik sama Papa udah pacaran ya? Makanya tadi Papa manggil ke Kakak Cantik itu Mami?” tanya Aletha.

“Heii kamu tahu kata pacaran dari mana sih? Anak kecil udah tahu kata-kata orang dewasa aja.” Chana mengambil alih tubuh mungil Aletha dan menggendongnya agar mereka tidak berlama-lama ada di bawah teriknya cahaya matahari.

“Dari Om Nolan. Setiap kali Ale tanya mau ke mana pasti jawabnya mau pacaran. Kakak Cantik benar tidak pacaran sama Papa?” tanya Aletha lagi. Gadis itu terus menuntut pertanyaannya untuk dijawab.

“Tanyain coba dek, Kak Cantik mau nggak jadi pacarnya Papa,” sahut Marvel membukakan pintu mobil untuk Chana begitu sampai di parkiran.

“Duh bahas itu nanti aja ya sekarang kita cari makan siang. Kakak Cantik udah keroncongan nih perutnya tadi pagi nggak sempat sarapan,” ucap Chana mengalihkan pertanyaan.

“Tadi kan udah mam bakso,” balas Aletha.

“Bakso tadi itu camilan dek. Mana punya Kakak belum habis udah disuruh antar kamu ke Papamu. Cacing di perut Kakak udah meronta lagi minta dikasih asupan,” jawab Chana.

“Mau makan di mana? Ke kafe punya Oma aja ya dek? Yang satu arah sama rumah,” usul Marvel.

“Huum! Ale mau risol mayo di kafenya Oma. Enak banget, Kakak Cantik harus coba!”

Chana memeluk tubuh si manis yang duduk di pangkuannya. “Wah iya? Kakak Cantik jadi penasaran gimana rasanya. Kamu suka banget sama risol mayo? Kapan-kapan Kakak Cantik buatin deh ya.”

“Benar ya? Nanti Ale tagih janjinya ke Kakak Cantik.” Aletha mengulurkan tangannya yang membentuk sebuah kepalan dengan jari kelingking terangkat naik.

“Iya janji! Kamu jangan gemas-gemas dong kan Kakak jadinya pengen makan pipimu ini loh.” Chana memeluk erat tubuh Aletha.

Gadis itu tidak memiliki saudara karena anak tunggal, mana orang tuanya kadang pulang dan pergi ke Belanda untuk mengurus perkebunan anggur milik keluarga. Dan itu bukan waktu yang sebentar. Chana bisa ditinggal sendirian tiga sampai lima bulan lamanya di Indonesia. Membuat sang gadis merasa kesepian dan ketika melihat anak kecil, Chana seperti memiliki teman lain.

Maka dari itu saat Chana melihat Aletha untuk pertama kalinya yang ia rasakan adalah menenangkan si manis dan mengembalikan tawa ceria di wajahnya. Mengutuk benar kepada orang tua sang anak yang berani meninggalkan anak sekecil itu di tempat ramai sendirian. Marvel sesekali tersenyum ketika melihat interaksi Aletha yang lebih manja jika bersama Chana.

The Skripsweet Thingy - Mark LeeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant