BAB 13 [OLAHRAGA BERSAMA LOHAN]

810 156 34
                                    

"Yang Mulia, Anda tidak bisa terus mengabaikan undangan Yang Mulia Kaisar."

Lohan menghentikan gerakan tangannya yang hendak menandatangi sebuah dokumen. Dia lirik Austin dengan dahi mengerut, tanda bahwa dia jadi kesal setelah mendengar ocehan pria itu.

"Sekarang Pangeran Alexander juga ikut menanyakan absennya Anda."

"Abaikan saja."

"Yang Mulia...." rengek Austin tidak kuat lagi menghadapi kelakuan Lohan. Bisa jadi masalah jika pria itu tidak segera memenuhi panggilan kaisar. Bisa saja kelakuannya itu dianggap sebagai bentuk pemberontakan. Bukankah Lohan tahu diluar sana banyak sekali yang mengharapkan keruntuhan keluarga Duke Lohan Davinson.

Lohan sendiri bukannya tidak tahu jika Kaisar dan Pangeran Alexander terus mengirimkan undangan pribadi padanya. Hanya saja, Lohan sudah membuat kesepakatan dengan Rose.

Sebenarnya Rose tidak mengatakan siapa pastinya yang akan menjadi target balas dendam perempuan itu. Lohan hanya sedang mencoba membuat Rose yakin bahwa Lohan dapat menepati kesepakatan mereka. Rose bahkan tidak pernah meminta Lohan untuk menjauhi Kaisar.

Suara ketukan pintu mengintrupsi pembicaraan itu. Felix masuk membawa kabar kedatangan Pangeran Alexander. Lohan langsung saja mendengus lalu dengan malas berjalan menuju tempat dimana Alexander sedang menunggu.

"Ku pikir kau sudah mati." Kalimat sarkas Alexander terdengar ketika Lohan masuk kedalam ruangan. Pria itu meneliti penampilan sang sepupu ketika Lohan mendudukan diri disofa yang ada diseberangnya.

"Ada apa?" tanya Lohan tidak suka. Tak ada keramahan juga kesopanan dari caranya berbicara. Alexander harus bersabar menanggapinya.

"Sepuluh hari lagi adikku, Pangeran Travis akan kembali dari medan perang dan Permaisuri mulai menunjukan pergerakannya. Dia kembali aktif mengumpulkan kekuatan."

Alexander mengepalkan tinjunya. Pembicaraan tentang adik dan ibu tirinya selalu memunculkan kemarahan pada diri Alexander. Apa yang dilakukan perempuan itu kepada almarhum ibu kandung Alexander benar-benar tak termaafkan. Kini, setelah merebut posisi permaisuri, wanita ular itu juga berniat untuk melengserkan Alexander dari posisinya sebagai Putra Mahkota.

Terdengar decakan dari Lohan, "Hebat juga anak manja itu bisa kembali dengan selamat."

Alexander jadi ikut tersenyum miring. Yah, mereka berdua tahu bagaimana cara Permaisuri mendidik Pangeran Travis. Tidak seperti Lohan dan Alexander yang tumbuh dewasa dimedan perang, Pangeran Travis lebih banyak menghabiskan waktu dibawah ketiak Permaisuri. Dia hanyalah pemuda manja yang terbiasa mendapatkan semuanya tanpa usaha.

"Aku dengar Permaisuri mengirimkan surat lamaran ke kerajaan Vilip. Dia pasti berniat membangun kekuatan dari pernikahan Pangeran Travis."

Lohan mengetuki lengan sofa dengan jari telunjuk. Jika situasi ini terus berlanjut maka itu akan berdampak buruk untuk Lohan. Sejak awal yang Permaisuri incar adalah posisi kaisar untuk putra kandungnya. Jadi, wanita tua itu juga akan menyingkirkan Lohan yang merupakan pewaris urutan ke dua setelah Alexander.

"Aku akan mempercepat pernikahanku dan Isabel. Itu mungkin akan sedikit memperkuat posisiku, tapi kita juga perlu mempersiapkan rencana lain. Yang jelas, aku butuh bantuanmu. Jadi, berhentilah mengabaikan semua panggilanku!" Alexander tiba-tiba teringat semua suratnya yang tidak mendapatkan balasan.

Lohan sama sekali tidak merasa bersalah. Justru dengan santai mengangkat cangkir teh dan meminumnya.

"Jangan salah paham, aku memang sibuk." Lohan tersenyum miring mendengar dengusan dari Alexander. Padahal Lohan tidak sepenuhnya membual.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

POISON ROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang