BAB 8 [MILIK LOHAN YANG BESAR]

972 153 10
                                    

Rose menarik tubuhnya merapat pada salah satu pilar besar ketika melihat dua orang prajurit berjalan dari arah berlawanan. Udara dingin berhembus, menerpa tengkuk sang prajurit hingga membuatnya berhenti melangkah. Pria bertubuh tegap itu menoleh kanan-kiri merasa sedang diawasi.

"Perhatikan langkah kakimu, Bung!" peringat rekannya, membuat pria itu kembali melangkah. Mungkin karena angin malam terus berhembus kencang hingga membuat tubuhnya mendadak menggigil kedinginan.

Dia abaikan firasat buruk tersebut dan memilih kembali melanjutkan patroli bersama rekannya. Saat ia melewati sebuah pilar besar, terdengar suara orang tercekik dari belakang. Prajurit itu berbalik badan dan terbelalak menyaksikan rekannya telah tumbang tak sadarkan diri. Belum sempat dia menarik pedang, seseorang sudah lebih dulu memukul belakang kepalanya dengan keras.

"Lain kali jangan asal mengabaikan firasat."

Rose berjongkok, lalu mengeluarkan setangkai mawar dan meletakannya diatas dada tubuh tak bernyawa tersebut. Hari ini dia ditugaskan untuk melenyapkan keluarga Duke Edwin yang merupakan calon mertua dari Putra Mahkota.

Sebenarnya beberapa bulan ini Rose mulai sadar jika target yang harus ia bunuh selalu berkaitan dengan keluarga kekaisaran. Pada awalnya Rose hanya diperintah untuk melenyapkan para bangsawan rendah yang telah berbuat curang, namun akhir-akhir ini dia terus mendapat perintah untuk melenyapkan keluarga terkemuka.

Duke Lohan adalah salah satunya. Tapi seperti yang semua orang tahu, saat ini pria itu masih dapat bernafas dengan bebas. Tanda bahwa Rose tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Maka, kali ini Rose tidak akan gagal lagi. Dia harus melenyapkann Duke Edwin beserta seluruh orang yang ada didalam kediamannya.

Rose melompat masuk melalui jendela. Berjalan mengendap menyusuri mansion yang luas itu. Lantai marmer dan dinding berhias lukisan mahal menyambut kedatangannya. Dua pelayan muda melewati tempat persembunyian Rose. Dia ikuti mereka dari belakang ketika mendengar nama Nona Isabel dari mulut keduanya.

Sampai pada sebuah ruangan, Rose menghentikan langkah kakinya. Terdiam ketika mendengar suara Duke Lohan dari dalam sana.

Kenapa pria itu ada ditempat ini?

Rose bertanya-tanya. Kehadiran Lohan cukup mengganggu karena jelas Rose belum bisa mengalahkan pria itu.

Tapi jika membunuh Nona Isabel yang saat ini sedang duduk berdempetan dengan Lohan, mungkin Rose bisa. Dia hanya perlu melempar jarun racum yang ada dibalik pakaiannya atau menerjang cepat kearah sana, memutus leher Isabela kemudian melompat kabur melalui jendela diseberang sana.

Gerakan Rose terhenti. Ia menatap malas pada sepasang manusia yang kini saling merapatkan diri. Nona Isabel terlihat bersemangat mencium bibir Duke Lohan. Rose bahkan dapat mendengar desahannya ketika Lohan balas meraup bibir itu. Keduanya kemudian merebahkan diri atas sofa panjang didalam ruangan.

"Aku menginginkanmu," Isabel mengulurkan tangannya, menyentuh milik Lohan yang sudah mengeras.

Lohan hanya diam membiarkan calon tunangan Putra Mahkota itu berusaha mengeluarkan kejantanannya dari dalam celana. Lohan masih tak menunjukan ekspresi apapun ketika Isabel merendahkan tubuhnya, menunduk untuk mencium milik Lohan yang besar.

Mulut mungil itu membungkus kejantanan Lohan dengan sempurna. Isabel menggerakan kepalanya naik-turun demi memuaskan pria yang selama ini dia kagumi. Dadanya semakin panas dan Isabel mempercepat gerakan, berharap dapat mendengar satu kali saja desah nikmat dari pria diatasnya.

Tapi, Lohan tetap diam. Menatap Isabel dengan tatapan merendahkan. Alexander harus tahu jika perempuan yang akan menjadi pasangannya adalah seorang jalang yang tidak ragu menghisap penis pria lain.

POISON ROSEWhere stories live. Discover now