BAB 9 [PESTA PERTUNANGAN]

796 148 31
                                    

Setelah banyak huru-hara, akhirnya hari itu datang juga. Madam Lita selaku orang yang bertanggung jawab atas penampilan Rose hari ini tampak gelisah menunggu Rose selesai berganti pakaian.

Suara gesekan kain pada lantai marmer tempatnya berpijak membuat Madam Lita menoleh. Wanita itu menghela nafas lega melihat Rose tampil sempurna dengan gaun berwarna putih gading.

Bagian dadanya yang rendah membuat dada Rose sedikit mengintip. Madam Lita yakin banyak laki-laki yang akan coba meliriknya. Bagaimanapun juga Madam Lita harus mengakui bahwa Rose adalah perempuan paling serasi untuk bersanding dengan Duke Lohan.

Ketidakpedulian Rose dan kegilaan Lohan adalah perpaduan sempurna. Madam Lita bahkan sempat berpikir bahwa Rose memang diciptakan untuk menjinakan Lohan, si anjing gila kekaisaran.

"Ingat semua pelajaran yang sudah aku berikan. Jangan mempermalukanku sebagai gurumu." Madam Lita memberi petuah.

Rose hanya mendengarnya sambil lalu. Tidak benar-benar menyimak dan justru sibuk berpikir dimana dia harus menyimpan belati-belati kesayangannya.

"Apa yang kau lakukan?!" Madam Lita menjerit panik. Buru-buru membuang benda-benda tajam yang dimatanya terlihat sangat berbahaya.

Rose menatap Madam Lita tanpa berkata apa-apa. Mulai berpikir apakah dia bunuh saja wanita cerewet ini? Rose sudah cukup bersabar menghadapi omelan Madam Lita selama satu bulan penuh.

"Lady mana yang membawa belati saat menghadiri pesta?" Madam Lita kemudian memaksa Rose untuk memegang sebuah kantong kecil berisi wewangian.

"Simpan ini dibalik gaunmu!" perintah Madam Lita yang anehnya dituruti oleh Rose.

"Kau ingat perkataanku tentang Nona-Nona yang ada disana bukan?"

"Ya. Kau sudah mengulangnya sebanyak empat kali."

"Itu karena sangat penting! Terutama Nona Serena dan Nona Ziela. Kau harus berhati-hati pada mereka."

"Kenapa?" tanya Rose, lalu terkejut mendapatkan pukulan dilengannya. Rose menatap Madam Lita lagi.

"Karena mereka berbahaya!"

"Jadi boleh ku bunuh?"

"Haiss, kau ini!"

Sepertinya Madam Lita lupa jika dulu lehernya pernah hampir ditusuk belati Rose. Wanita tua itu jadi semena-mena setelah merasa Rose ternyata tidak jauh berbeda dengan anak muda lainnya. Tentu saja minus kebiasaannya yang suka membawa-bawa senjata.

Ketukan pintu menyadarkan Madam Lita bahwa waktu bersiap sudah habis. Dia menoleh dan mendapati Duke Lohan tersenyum miring memandangi tubuh Rose. Tidak salah dia mendatangkan desainer terkenal hanya untuk membuat gaun istimewa sang kekasih palsu.

"Terlihat menggiurkan."

Rose mendengus. Tidak terlalu menghiraukan kalimat sarat akan pelecehan seksual yang Lohan berikan. Pria itu memang tidak waras.

"Apakah dia sudah siap, Madam Lita?" kini Lohan beralih pada Madam Lita yang langsung mengangguk semangat. Dia mempersilahkan Lohan untuk membawa Rose pergi bersamanya.

Sebelum benar-benar keluar dari kamar, Rose menyempatkan diri mengambil belati miliknya yang tergeletak diatas meja rias. Dia kemudian mengulurkannya ke Lohan.

"Apa ini?"

"Belatiku. Simpan di sakumu."

Lohan mendengus geli. Meski begitu tetap memasukan belati itu kedalam saku. Padahal Rose tahu benda itu tidak akan berguna selama ada Lohan disisinya.

"Nona!"

Rose dan Lohan menghentikan langkah kaki. Menunggu Madam Lita yang mengejar dari belakang. Wanita tua itu bahkan sampai terengah-engah karena berlari.

POISON ROSEWhere stories live. Discover now