BAB 3 [Kucing Liar]

1.5K 231 124
                                    

Rose berpijak pada meja panjang didalam restoran itu. Melompat turun ketika seorang pria berpakaian wanita mencoba untuk memukulnya dengan gagang sapu.

"Sialan kau Rose!!" Pria yang menamai dirinya sendiri dengan sebutan Welly itu berseru kesal. Dia berkacak pinggang menatap wanita muda didepannya.

"Ck, kau berisik sekali."

Wajah Welly kontan saja memerah mendengar celetukan tidak sopan itu. Dia merengsak maju, mencoba memukul kepala Rose dengan sapu yang ada ditangannya. Sialnya, Rose lebih lincah. Wanita itu meraih pedang miliknya yang tergeletak diatas meja lalu dengan gesit berlari menuju pintu.

Welly mengejarnya. Dia berteriak meminta Rose untuk berhenti namun wanita itu mengabaikannya begitu saja. Rose justru melompat masuk kedalam sebuah kereta kuda yang terparkir tidak jauh dari restoran tempat Welly bekerja.

Rose menunduk serendah yang ia bisa. Jangan sampai Welly melihatnya atau pria jadi-jadian itu akan menodai matanya dengan pemandangan mengerikan. Rose tidak mengerti mengapa Welly tampak begitu marah hanya karena Rose mengomentari pakaian yang Welly gunakan.

"Lehermu bisa sakit jika kau terus seperti itu." Rose berjengit kaget ketika seseorang berbisik padanya. Bibir orang itu bahkan sempat menyentuh telinganya. Rose menoleh, mendorong pria itu sebelum akhirnya tertegun.

"Tak ku sangka, pembunuh bayaran yang ditakuti oleh satu kekaisaran, tak berkutik didepan seorang, waria?"

Rose tidak sempat membalas karena seseorang dari luar terlebih dahulu mengetuk jendela kereta kuda tersebut. Rose terdesak. Dia mencoba untuk keluar melalui pintu sisi lainnya, namun Lohan terlebih dahulu menahan lengan Rose, membuat wanita itu terjebak ditempat.

"Permisi, bisa Anda membuka jendela ini? saya sedang mencari seorang wanita, barangkali dia masuk kedalam kereta kuda Anda."

Lohan mengangkat satu alisnya tinggi-tinggi. Membalas tatapan tajam dari Rose dengan senyum miring andalannya.

"Bagaimana ini, sepertinya kau tidak punya pilihan selain meminta bantuan padaku." Lohan memiringkan wajahnya. Mata pria itu berkilat antusias mendapati situasi seperti ini.

Seminggu lamanya Lohan mencari keberadaan Rose yang hilang seperti ditelan bumi. Lohan bahkan hampir menyerah dan berpikir bahwa seseorang sudah melenyapkan Rose. Tapi, keberuntungan macam apa ini? tanpa susah payah, wanita ini melompat masuk kedalam kereta kuda miliknya.

Gedoran dari luar semakin kencang. Waria berwajah aneh karena bedak dan lipstik itu tampaknya mulai kehilangan kesabaran. Dia hampir membuka paksa jendela kereta kuda jika saja Lohan tidak menahannya dari dalam.

"Jadi, kau ingin aku berbuat apa?" tanya Lohan. Benar-benar terhibur oleh ekspresi wajah galak dari wanita yang ada didepannya.

Lohan tertawa senang saat tanpa aba-aba Rose mendorong tubuhnya kebelakang, lalu dengan lincah melompat turun melalui pintu kereta yang ada dibelakang Lohan.

Lohan masih tertawa ketika Welly berhasil membuka pintu yang lain. Waria itu mengerjap kebingungan mendapati seorang pria tampan sedang tertawa terbahak sendirian.

"Tuan, apa Anda melihat wanita berambut panjang sepinggang melewati daerah ini?"

Lohan mengusap sudut matanya yang berair. Meski bibirnya tak lagi mengeluarkan tawa, tapi mata pria itu masih berkilat menampakan keantusiasan yang berlebihan.

"Aku hanya melihat kucing liar bermata hijau. Kalau itu yang kau cari, dia baru saja pergi kearah sana." Lohan mengarahkan ibu jarinya kebelakang, menunjuk arah hilangnya Rose.

Welly tampak tersenyum sungkan. Didalam hati dia menyayangkan ketampanan pria didepannya. Andai saja tidak gila, Welly sudah pasti akan menggodanya.

Oleh karena itu, tanpa menjawab, Welly memutuskan untuk berbalik pergi. Sepertinya Rose memang sudah kabur terlalu jauh. Wanita bermulut pedas itu pasti sudah bersembunyi disuatu tempat yang tidak bisa Welly datangi.

POISON ROSENơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ