21

4 2 0
                                    

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!
Bismillahirrahmanirrahim.."

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ{◆}

"Bagaimana dok?" tanya Ryan khawatir.

Dokter wanita tersebut tersenyum kearah Afifah dan beralih kepada Ryan. "Alhamdulillah... semuanya baik-baik saja dan menurut pemeriksaan... dek Fifah sudah mengandung selama dua minggu.."

Ryan dan Afifah saling lempar pandang. "Se-serius dok? Nggak salah 'kan? Istri saya beneran hamil..?" tanya Ryan masih tidak percaya.

Dokter tersebut mengangguk. "Selamat ya,"

ᨏᨐᨓ 𝑨𝒀𝑨𝑵ᨓᨐᨏ

Kecanggungan kali ini sangat terasa, terlebih mereka telah mengetahui kondisi Afifah yang sedang mengandung buah hati mereka. Memang itu adalah hal yang sangat membahagia 'kan, tetapi disisi lain.. karena usia mereka yang masih muda, mereka merasa diri mereka belum pantas menjadi orang tua.

"Gue kaget banget nggak bohong.." ungkap Ryan.

Afifah mengelus lembut perutnya yang masih rata. "Afifah juga... nggak nyangka ternyata di dalam perut ini ada nyawa yang Allah titipkan.."

Ryan menghentikan langkahnya membuat Afifah ikut berhenti melangkah. Ia genggam tangan Afifah dengan tangan kirinya dan menggunakan tangan kanannya mengelus perut Afifah. "Gue tau ini berat buat lo, tapi lo tenang aja.. gue ada disini buat lo.. gue akan selalu menjaga lo Hima.."

Afifah menggenggam tangan Ryan yang sedang mengelus perutnya. "Kita jaga dia sama sama ya kak.."

"Pasti! Anaknya daddy Ryan tentu harus sehat sampai lahir!" Afifah terkekeh kecil. "Ada yang lagi lo mau nggak? Sekalian kita beli sebelum pulang."

"Ehmm... nggak ada sih kak, Afifah masih agak mual jadi lebih baik kita pulang aja ya?"

Ryan menyamakan tingginya dengan perut Afifah. "Pangeran kecil, atau Hima kecil.. jangan nakal ya di dalam perut umma kamu... abi janji akan jaga kamu dengan baik... baik-baik di dalam sana.."

Afifah terkekeh. "Tadi katanya daddy kok jadi abi?"

"Biar lebih lucu aja sih, ketua geng motor dipanggil abi, hehe," ucap Ryan. Ia merangkul Afifah dan menjaganya dalam pelukannya hingga mereka sampai di tempat parkir. "Silahkan masuk permaisuri.." Ryan membuka 'kan pintu mobil.

"Terima kasih raja ku.."

Ryan terkekeh mendengar jawaban Afifah. Ia memasuki mobil dan duduk di kursi pengemudi. "Mau kasih tau umi kapan?" tanyanya.

"Ehmm... terserah kakak, tapi... kalau menurut Afifah, lebih baik kasih tau mama sama papa dulu.."

Ryan berubah datar. "Ngapain kasih tau mereka? Toh mereka juga nggak akan peduli." sarkas Ryan.

"Kak... ini juga cucu mereka, mereka berhak tau mereka akan menjadi nenek dan kakek, seenggaknya.. Fifah mohon... kasih tau mereka ya?" ucap Afifah lembut.

"Gimana cara ngasih taunya?"

Afifah tersenyum lega karena Ryan setuju untuk memberitahu Tari dan Rino. "Kalau kakak nggak siap bertemu langsung dengan papa dan mama, kakak kirim aja sesuatu yang mereka suka.. terus isiin surat untuk meminta maaf sekaligus beritahu mereka," saran Asma.

"Yang mereka suka..? Baru aja kemarin gue buat papa kesel.. gimana ya," Ryan bingung.

"Kalau nggak kakak bisa kasih sesuatu yang identik dengan bayi, misalnya... sepatu? Atau boneka?" saran Afifah.

My Home Is My HeavenWhere stories live. Discover now