10

15 3 0
                                    

“Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!
Bismillahirrahmanirrahim..”

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ{◆}

Ryan menatap Afifah yang sedang melamun seraya memainkan buku pelajarannya. Sejak kembali dari rumah abi tadi Afifah terus diam seperti orang yang sedang kebingungan.

"Lo kenapa sih? Lagi bingung? Ada pelajaran yang nggak lo ngerti?" Afifah menggeleng. "Ya udah kalau nggak ada hal penting, lebih baik sekarang lo tidur sana, udah malam."

Afifah menatap Ryan dengan tatapan yang berbeda dari biasanya. Bibirnya melengkung kebawah menandakan ia sedang sedih. "Lo kenapa? Mau cerita?"

"Kakak jangan marah ya?"

Ryan mengerutkan keningnya, "apaan sih? Jangan bikin orang penasaran deh!"

"Ken pernah lihat rambut Afifah... dia," Afifah menjeda ucapannya menahan tangisnya. "Dia pernah hampir melecehkan Afifah.."

Ryan yang mengerti situasi langsung membawa Afifah dalam pelukannya. Ia mengelus lembut kepala dari istrinya itu. Tetap diam mendengarkan apa yang mungkin akan Afifah katakan.

"Fifah mengerti kalau kakak marah sama Fifah, kakak boleh kecewa karena udah ada laki-laki lain yang melihat rambut Afifah, kakak boleh marah Afifah akan dengarkan apapun yang kakak bilang, tapi Afifah nggak akan bisa tidur kalau kakak marah tanpa mengatakan apapun.."

"Sstttt... gue gak marah. Yang penting apa yang ada di diri lo sekarang udah jadi milik gue, mending sekarang lo tidur, gue gak marah, gue nggak kesal. Gue... cuman gak terima ada yang berbuat seperti itu sama istri gue. Gue nggak marah sama lo, gue marah sama Ken. Lo mending tidur."

Tangis Afifah pecah. "Kakak marah? Maafin Fifah kak..."

Ryan menghela nafas. Tangannya terangkat menghapus air mata Afifah. "Gue gak marah. Tidur ini udah malam besok lo masih harus sekolah."

"Kakak beneran gak marah?"

"Nggak, tidur. Gue ada urusan sebentar,"

"Mau kemana?"

"Keluar sebentar doang. Ati-ati dirumah, kalau ada yang datang selain gue jangan buka pintu." Pesan Ryan. Afifah mengangguk pengertian. "Gue pergi."

"Salamnya mana?"

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam.."

Ryan mengusap kepala Afifah sebelum pergi. "Semoga Allah selalu menjaga kakak dalam lindunganNya, jangan lupa pulang ya kak,"

"Aamiin.."

ᨏᨐᨓ 𝑨𝒀𝑨𝑵ᨓᨐᨏ

"Ngapain lo nelpon gue malem-malem gini?"

Ryan mengeluarkan tangannya dari saku hoodie nya, tiba-tiba ia melayangkan pukulannya pada wajah Ken. "Sialan! Apa maksud lo hah?!" Ken membalas pukulan Ryan.

"Lo nanya?" Ryan bertanya balik. Ia menatap Ken dengan tatapan sengit. "Lo udah hampir lecehin istri gue 'kan?! Sialan lo!"

Ken tersenyum miring. "Gue cuman liat rambutnya, lagi pula gue saudaranya."

Ryan lagi-lagi memukul Ken dengan lebih brutal. "Sialan! Sialan! Sialan! Sialan lo!"

"Ahkkkk! Apasih masalah lo?! Lo tuh cuman orang asing yang tiba-tiba datang Ryandra! Lo yang udah rusak semuanya! Lo bahkan nggak pantas buat Afifah!"

My Home Is My HeavenWhere stories live. Discover now