12

6 2 0
                                    

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!
Bismillahirrahmanirrahim.."

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ مُحَمَّدٍ{◆}

.
.
.

"Hima!"

"Hima!"

"Hima!"

"FAHIMA!!!" Ryan berteriak sekuat tenaga karena setelah dipanggil sebanyak tiga kali Afifah tidak juga menyahut. "WOYYY! AFIFAH FAHIM--"

"Astaghfirullahalazim... ada apa kak?"

Ryan menyembulkan kepalanya dari pintu kamar mandi. "Ambilin gue anduk gue lupa,"

"Gitu aja heboh banget toh kak..." Afifah mengulurkan tangannya yang memegang handuk. Tiba-tiba Ryan menarik tangannya. "Kakak!" Afifah menatap Ryan kesal karena menariknya hingga jatuh pada pelukannya. "Bohong banget sih! Udah pake baju juga," kesal Afifah.

"Bentar lagi juga gue buka." Ryan semakin mengeratkan pelukannya pada Afifah. "Lo istri gue 'kan?" Afifah mengangguk dengan polosnya. "Kalau begitu... gue mau lo.." Ryan berbisik.

"Maksudnya..?"

"Gue pengen.. ehmm... lo yakin gak ngerti istri? Ayo.. gue pengen miliki lo seutuhnya.."

Afifah membolakan matanya tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Tapi kak.. A-afifah.. Afifah masih sekolah! A-afifah masih.. kecil.. lagian kakak sendiri yang bilang nggak mau--"

"Berisik! Mau gue cium lo?" Afifah menggeleng. "Dengar Hima, gue lagi nafsu nih.. lo mau gue lampiaskan nafsu gue sama perempuan lain nggak 'kan? Lagian gue janji lo gak akan hamil kok, percaya sama gue." Ryan meyakinkan.

Afifah terdiam memang setelah seminggu yang lalu kejadian Ryan dengan Ken, Ryan mulai sedikit berubah. Berubah menjadi lebih liar dari sebelumnya, dan selalu membuat jantung Afifah berdetak tidak karuan. "Tap-tapi kak.."

Ryan meletakkan jari telunjuknya di bibir Afifah. "Ssttt! Gue minta ini sebagai hadiah dari lo karena gue udah berhasil belajar jadi imam dan ngapalin empat surah pendek dalam seminggu ini," Ucapnya. "Gue nggak menerima penolakan.." Tambahnya dengan suara parau.

Afifah menelan salivanya kasar merinding dengan suara berat suaminya itu. Dengan ragu ia menganggukkan kepalanya.

ᨏᨐᨓ 𝑨𝒀𝑨𝑵ᨓᨐᨏ

Satu minggu yang lalu. Benar hari setelah Ryan keluar dari rumah sakit, Afifah sudah kembali bersekolah, sebelum berangkat dengan penuh perhatian ia menelpon Gavin memintanya menemani Ryan.

"Ngapain dah Hima kudu nelpon lo, gue bisa sendiri kok bang. Lo kalau mau pergi jemput jodoh gue ijinin."

"Berisik kamu! Saya sedang menjalankan amanah, lebih baik kamu diam!" Tegas Gavin.

"Lagian ustadz Gavin yang ganteng, dari pada lo sama gue diem-dieman gak jelas gini.. mau nggak lo ngajarin gue ngaji, shalat sama ilmu jadi suami yang baik!"

"Minta tolong kamu?" Ryan mengangguk polos. "Ya sudah, pertama saya akan ajarkan kamu berwudhu dulu. Ikuti saya dan pastikan kamu langsung hafal!"

"Gila! Mana ada orang baru sehari langsung hafal?!"

My Home Is My HeavenOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz