22. Bantuan Asta

39 5 0
                                    

Dengan perlahan Asta membantu Alya berbaring lagi. Mulai sekarang Asta lah yang akan membantu pemulihan Alya.

Buket bunga matahari ditaruh di atas nakas. Asta telah menatanya agar bisa dilihat oleh Alya terus. Dia ingin kisah cinta mereka yang baru dimulai akan dilambangkan bunga matahari.

Asta tersenyum manis, ia mengelus kepala Alya dengan gemjas. "Sekarang lo nggak usah mikirin apa-apa." Asta membantu Alya agar bisa duduk bersila.

Alya yang merasa masih punya masalah hanya mengangguk lemas. Alya ragu untuk menceritakan semuanya, karena Arga juga tahu masalahnya bukan dari cerita Alya. Melainkan Arga yang mencari tahunya sendiri.

Perasaan Alya yang penuh akan rasa gundah tiba-tiba tangannya digenggam oleh jemari hangat Asta.

"Lo mikirin masalah keluarga, hem ...."

Alya mendongak, menatap mata Asta yang tetap tersenyum manis kepada Alya. Jelas gadis itu ingin membantah, tapi Asta lebih dulu bicara lagi.

"Arga sudah ceritakan semuanya, jadi lo nggak usah sembunyiin apapun dari gue." Asta melepaskan genggaman tangan Alya, berganti lagi dengan mengelus pucuk kepala Alya.

Perasaan nyaman, aman, serta lega ada dalam diri Alya. Untuk pertama kalinya orang yang alya cintai ada di sampingnya Alya.

"Soal kecelakaan itu, orang tua gue udah bantu selidiki. Sebentar lagi pelakunya akan tertangkap."

Alya terperangah, menatap Asta yang mengatakan langsung soal kejadian kecelakaan itu.

"Tapi kenapa orang tua lo?"

Tok ... tok ....

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Asta serta Alya. Mereka sama-sama saling pandang sebelum pada akhirnya Asta yang datang untuk membuka pintu.

Alya mengira itu Arga, tapi pada saat pintu terbuka lebar terlihat orang tua Asta tengah berdiri di depan pintu membawa sekeranjang buah.

Mungkin karena Asta telah tahu kalau orang tuanya memang akan datang. Sebab hanya arga yang tahu di mana Alya dirawat.

Orang tua Asta masuk dengan senyum ramah, ia langsung menghampiri Alya dan memeluknya dengan lembut.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya ibu Alya yang khawatirnya terlihat sangat jelas.

Karena telah bertemu sebelumnya pada saat acara di sekolah, Alya membalas walaupun sangat canggung. "Sudah baikan tante," ucap Alya lirih.

Mendengar itu ibu Asta langsung melepaskan pelukannya dan mengelus pucuk kepala Alya. "Harusnya kamu tidak menghadapi masalah sebesar ini Alya. Mulai sekarang kita ada saka kamu, ya. Jangan ragu untuk membagi masalah," nasehat ibu Asta yang sangat baik sekali kepada Alya.

Ayah Asta yang ada di sana juga tersenyum lembut melihat interaksi istri serta pacar anaknya.

"Sementara waktu kamu harus tinggal di rumah kami. Ayah janji akan jaga kamu agar lebih aman. Dan bisakah kamu panggil kami ayah dan mama seperti Asta?" tanya ayah Asta yang ikut nimbrung.

Jelas Alya merasa syok karena ada orang yang tiba-tiba memberinya tempat berlindung. Sebab Alya tidak pernah mendapatkan kasih sayang sebesar ini tiba-tiba.

Bahkan, orang tuanya yang telah merawat dari kecil meninggalkan Alya begitu saja.

Ibu Asta kembali memeluk Alya dengan penuh perhatian. "Kamu jangan banyak berpikir, sebagai pacar Asta, kamu adalah anak kami. Pada saat pertama bertemu mama sudah sangat sayang sama kamu," ungkap ibu Asta memeluk Alya sampai mengelus pucuk kepala Alya.

In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang