07. Arga dan Asta yang Bertengkar

44 3 0
                                    

Asta yang ingin mengejar Alya ke dalam kelas tiba-tiba ditarik mundur oleh seseorang. Orang itu mendorong badannya hingga membentur tembok kelas dekat dengan pintu masuk.

Beberapa siswa yang melihatnya hanya berani menatap, tidak ada yang mencoba memisahkan karena mereka belum bertengkar.

Arga si pelaku memukul sekali perut Asta, tidak keras hanya saja beberapa siswi yang melihatnya seketika memekik tajam.

"Lo berhenti permainin Alya! Dia jadi lebih sering sedih gara-gara lo. Dan cowok brengsek kaya lo nggak pernah tahu luka apa yang sering dijalani Alya selama ini, karna lo cuma tau nyakitin aja!" Arga mengancam sambil mencengkram kerah baju Asta.

Matanya yang penuh amarah menyorot tajam juga para siswa-siswi yang menonton pertengkaran mereka.

"Kalian semua benar-benar sampah, nggak pantes menghina seorang Alya yang jauh lebih berkelas daripada kalian!" ujar Arga penuh kemarahan.

Kembali setelah menatap Asta, Arga baru mendinginkan sedikit kemarahannya. Ia melepaskan cengkraman seragam Asta hingga badannya terdorong kasar dan membentur tembok.

Arga cukup tahu resiko, ia tidak mau melukai wajah Asta yang seorang artis. Bisa-bisa Asta menuntut balik karena aset utamanya telah dilukai.

Siswa yang melihat Arga telah melepaskan Asta dan masuk kembali ke dalam kelas hanya menghela napas kasar. Jelas mereka heboh lagi, bagaimana bisa dua cowok tertampan si sekolah bertengkar hanya karena Alya, gadis gendut yang sama sekali tidak menarik.

Namun, pandangan Asta dan Arga sangat berbeda. Alya adalah gadis yang luar biasa. Hanya Alya yang mampu membuat hati keduanya jatuh kedalam pelukan Alya.

***
Asta yang masuk dengan sedikit meringis pelan langsung menyita perhatian Alya. Gadis itu seketika merasa khawatir dan membantu Asta duduk dengan hati-hati.

Beberapa saksi yang melihat kejadian itu hanya melirik sebentar lalu tidak berani mengatakan apa-apa, karena Arga telah menatap tajam mereka semua.

Alya hanya berpokus kepada Asta, dia khawatir dan langsung bertanya dengan raut wajah cemas. "Lo kenapa?"

Namun, Asta hanya menggeleng. "Tadi gue selesai ngater Mita tiba-tiba sakit," jawab Asta dengan memaksakan senyum.

Tetap saja Alya merasa khawatir, ia sampai tidak sengaja memegang lebam perut Asta yang memang karena pukulan Arga. Walaupun tidak keras, Arga cukup bisa membuat Asta memar karena memang orang seperti Asta tidak pernah terlibat pertengkaran apapun. Apalagi sampai saling pukul.

"Akh, lo nyetuh yang sakit," ringis Asta.

Alya yang mendengar itu sontak mengakat kedua tangannya dengan raut wajah merasa amat bersalah.

"Gue nggak apa-apa. Nanti juga sembuh sendiri," tenangkan Asta. Ia tidak ingin kalau sampai Alya merasa sangat khawatir nantinya.

***
Latihan pertama mereka untuk pentas hanyalah pengenalan kemampuan masing-masing.

Permainan piano yang dibawakan oleh Alya sangat membagakan. Nanti juga akan dipadukan dengan nyanyian Asta. Karena selain penampilan solo, mereka juga harus mempersembahkan penampilan bersama.

Untuk yang pertama mereka hanya
diberikan pertemuan singkat. Bu Clara menyuruh mereka langsung pulang jika telah selesai berberes.

Alya yang hanya membawa tas ke ruang musik langsung pergi, tapi tangannya malah ditahan oleh Asta.

Karena binggung Alya menoleh ke belakang, melihat tangannya yang digenggam oleh Asta. Raut wajah Asta juga terlihat sedikit tegang.

"Ada apa?" tanya Alya, beruntung tangannya langsung dilepaskan oleh Asta. Tatapan mereka jadi sedikit canggung.

"Ugh. Gue ... gue mau ngajak lo jalan sabtu besok."

"Hah?" Alya yang tidak paham pernyataan Asta menatap binggung.

Jelas Asta makin gelagapan. Telinganya sedikit merah dan kakinya mulai tidak bisa diam untuk menghilangkan gugup.

Setelah beberapa tarikan napas, Asta akhirnya berani lagi mengakat kepalanya untuk menatap mata Alya.

"Besok kita libur, dan gue mau ngajak lo jalan," ucap Asta lebih berani lagi.

Hal itu membuat Alya menatap tidak percaya. Rasanya benar-benar meledakkan ribuan rasa bahagia dalam satu detik. Alya tidak bisa berkata-kata saking senangnya lalu mengangguk cepat untuk membalas.

Pipi Alya menjadi sumringah, sulit menyembunyikan raut bahagai dalam hatinya. Walaupun Alya yakin, Asta mengajaknya jalan karena ingin membahas lomba yang akan tiba satu bulan lagi.

In Love (END)Where stories live. Discover now