09. Usaha yang Tidak terlihat

29 4 0
                                    

Alya baru saja masuk ke dalam rumah tapi sudah disambut oleh amarah ibunya. Kelani melempar tabung obat diet yang baru dibelikan beberapa hari lalu dari singapura. Kata orang-orang obat itu sangat berguna, bisa menurunkan berat badan dalam seminggu.

Tetapi yang Kelani lihat adalah Alya tidak meminum obat diet itu. Berbagai jenis obat diet yang Kelani taruh di kamar putrinya tampak masih tersisa banyak. Padahal Kelani akan membelikan berbagai jenis obat diet setiap minggunya.

Ini demi Alya sendiri, tapi kenapa sang anak tidak pernah mengerti sekalipun?

Alya yang sudah tahu mengapa ibunya sangat marah hanya menunduukan kepala. Kedua tangannya saling remas dengan perasaan kalut serta takut.

Tapi Kelani tidak peduli, ia menjambak rambut putrinya yang memang tidak pernah panjang. Ini untuk mempermudah Alya melakukan seluruh pekerjaan rumah seorang diri.

Kelani juga tidak ingin kejam, kalau Alya cepat kurus mungkin ia akan segera mencari pembantu untuk mengerjarkan pekerjaan rumah yang sangat banyak. Tapi selama Alya gendut, itu adalah salah satu olahraha rutinnya.

"Alya alergi obat itu. Maafin Alya belum bisa seperti keinginan, Ibu," ucap Alya sambil menahan ringisan.

Jujur rasanya rambut-rambut Alya terasa lepas bersama kulit-kulit kepalanya yang tertarik. Sayangnya Kelani juga tidak bergeming untuk berhenti memberi Alya pelajaran.

Kelani dengan marah semakin menarik rambut putrinya. "Kami malu Alya, sangat malu! Apa kamu tidak paham itu!" ucap Kelani dengan nada tinggi.

Tangan Kelani akhirnya mau melepaskan rambut Alya, tapi pada akhirnya digunakan untuk menampar pipi Alya juga.

"Kamu gendut, jelek, dekil, dan tidak menarik sama sekali. Bagaimana kamu bisa paham, sih!" ungkap Kelani tanpa perasaan. "Setiap kali ibu melalukan sesuatu itu demi kamu.  ibu hanya ingin yang terbaik untuk putrinya!"

"Lalu mana usaha kamu Alya?!" Kelani hanya terus menyakiti hati Alya, memberikan anaknya didikan keras. Tapi bagi Kelani itu hanya motivasi, agar anaknya benar-benar serius untuk diet.

Wajah Alya juga langsung berubah pedih, benar-benar merasakan bagaimana hatinya tersulut besi panas yang menembus sampai tulang punggung. Rasanya benar-benar sakit.

Dengan sisa ketegarannya Alya meninggalkan sang ibu menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

Alya juga ingin membela diri, ia terkadang sudah usaha sampai perutnya terasa perih. Obat-obat diet yang ibunya beli selalu Alya minum walaupun badannya agan terasa gatal sekaligus sesak karena alergi. Semakim banyak jenis obat diet yang diminum, dan terkadang diganti tanpa aba-aba, membuat tubuhnya menderita sendiri.

Alya juga tidak ingin mati muda hanya karena obat diet yang membahayakan, tapi kenapa ibunya selalu mendorong ke sana.

Pada akhirnya Alya hanya pasrah kepada hidup dan takdirnya. Ia tidak bisa melakukan apa-apa.

***
Semakin hari hubungannya dengan Asta memiliki kemajuan pesat. Mereka benar-benar saling mengenal satu sama lain sehingga menjadi dekat.

Hanya Asta setitik cahaya yang Alya miliki. Hidupnya sedikit terasa bahagia sekaligus sedih.

Ada banyak orang yang menentang hubungan mereka berdua. Bully selalu terjadi di saat Asta maupun Arga tidak ada di samping Alya.

Seperti saat ini, Alya kembali mendapati kertas note yang bertuliskan, 'JAUHI ASTA DAN ARGA, ATAU LO SENGSARA'. berserta foto-foto Alya yang telah hancur dirobek ataupun diinjak ada di dalam lokernya.

Alya tersenyum miris. Bertanya dalam hati kenapa orang gendut sepertinya tidak pernah mendapatkan hati di lingkungan sosial maupun keluarga. Bahkan Alya hanyalah seorang manusia yang selalu dikucilkan di manapun berada.

Nasib Alya terasa sangat buruk. Hanya ada luka dan luka lagi.

In Love (END)Where stories live. Discover now