12. Tidak Menyangka

27 6 0
                                    

Alya mengakhiri lomba kali ini dengan juara kedua. Banyak orang tua siswa terpukau kepada permainan piano yang Alya bawakan. Itu adalah lagu ciptaannya sendiri, tentang sebuah kesepian yang tidak bisa dijelaskan.

Bukan hanya karena cinta yang sulit digapai, tapi keluarganya sendiri sering membuat Alya merasa berbeda dengan mereka. Di dalam hatinya sangat kosong, sehingga lagu itu mengatakan semua dalam sebuah lantunan musik.

Alya juga berhasil membuat satu sekolah menjerit karena suara Alya yang sanga cocok dipadukan degan Asta. Mereka berdua berduet membawakan lagu romantis yang memang milik Asta. Alunan piano serta menyanyi adalah bakat luar biasa yang tidak pernah diduga-duga.

Kejutan lainnya kembali hadir saat orang tua Asta begitu menghargai Alya. Mereka tidak ragu untuk menjadi orang pertama yang mendukung Alya.

Jujur Alya kira bunga itu akan didapatkan oleh Mita, karena mereka semua sudah saling kenal sebelumnya. Terlihat jelas saat orang tua Mita yang memberikan dukungannya kepada Asta.

Apalagi pengalaman buruk Alya saat bertemu orang tua Arga. Ia tidak diterima, karena Arga sebagai anak tunggal harus punya istri yang pas. Sebagaimana istri CEO kebanyakan.

Mereka tidak ragu menyampaikan itu kepada Alya, sehingga Alya tidak pernah lagi mau ke rumah sahabatnya. Arga tidak tahu apa alasan Alya yang sebenarnya, sampai-sampai Alya akan rela mengerjakan kerja kelompok sendiri jika Arga tidak mau mengerjakan tugasnya di rumah Alya.

Melihat tidak ada kritikan dicetuskan, atau pada saat sekarang Asta mengajak Alya mengobrol santai dengan orang tuanya.

Mereka jelas bertanya yang mana orang tua Alya. Namun, gadis itu memberi alasan jika meraka ada di luar kota sehingga berhalangan hadir.

Hingga hampir setengah jam mereka berempat mengobrol. Orang tua Alya akhirnya pamit pergi ingin memberi selamat kepada Mita. Sudah dipastikan Mita mendapat juara pertama yang akan dipasangkan kepada Asta bulan depan. Lomba tahapan kedua, untuk melawan kakak kelas yang dikatakan sudah menang telak dua kali.

Alya cukup berbangga hati kepada dirinya sendiri. Tidak menyesal telah membuat musik itu hingga dinikmati. Baginya kemenangan adalah bonus.

Di saat Alya memandang jauh ke depan, Asta memberikan buket bunga matahari yang Alya kira itu dari orang tua Asta. Yang sebenarnya adalah Asta memberikan bunga itu kepada Alya, tadi orang tua Asta disuruh memberikan.

Mereka tahu jelas Asta ingin memberikan kepada siapa. Karena seumur hidup Asta baru kali ini memberikan bunga kepada seorang yang spesial.

"Loh?" binggung Alya, tapi Asta hanya tersenyum, memberikan bunga itu untuk dipegang Alya.

"Sekarang gue nggak salah lagi, kan?" Asta yang sudah menyiapkan kalung juga ingin mengeluarkan untuk menembak Asta sekarang. "Lo suka bunga matahari, sedangkan gue su ...."

"Asta ...." panggil Mita latang, ia dengan lancang memeluk sebelah lengan Asta sehingga sahabatnya itu tidak jadi mengeluarkan kalung. Ucapan Asta yang ingin menembak Alya pun terpotong.

Seakan tidak peduli salahnya, Mita juga menolak saat Asta berjuang melepaskan Mita dari lengannya.

"Bunga gue mana, sih. Kan gue menang?" tanya Mita dengan suara manja.

Senyum Alya sudah masam di tempatnya. Ia diam-diam meningalkan dua orang itu agar tidak menganggu.

jelas Asta yang menyadari itu langsung menyetak Mita, agar tangannya terlepas dari pelukan Mita. Tapi pada saat ingin mengejar Alya, Mita kembali menahannya.

"Lo kenapa, sih? Gue udah bilang mau nembak a mmm ...."

Mita membekap mulut Asta tepat waktu sambil memandang ke kanan dan kiri. Mita takut kalau omongan Asta yang terlalu menggunakan nada tinggi didengar oleh orang lain.

Setelah melihat Asta lagi yang telah melotot, Mita melepaskan bekapan mulut Asta, sedikit lebih mendekatkan dirinya alias menempelkan badannya kepada Asta. Ia tidak ada niatan macam-macam, hanya ingin lebih mudah memberikan bisikkan.

"Lo nggak tau kalau peserta lomba nggak bisa pacaran, kalaupun menang, sampai jabatan berakhir karena mereka kalah harus tetap single?"

Ucapan Mita membuat Asta sedikit tidak percaya. Bukannya diperbolehkan memiliki pacar, kenapa sekarang ada larangan?

Karena tidak percaya Asta menatap Mita penuh selidik. "Lo bohong, kan? Gue denger kalo peserta boleh punya pacar."

"Boleh aja, asal lo sudah pacaran sebelum lomba atau lo pacaran sama pasangan lomba, lo?" jawab Mita setahunya, karen memang ia juga baru mendapatkan informasi itu.

Tapi Asta sepertinya lebih parah. Ia malah tidak tahu apapun.


In Love (END)Where stories live. Discover now