11. Ingin Hubungan yang Lebih

29 6 0
                                    

Asta serta Mita sedikit menikmati waktu mereka yang dulunya memang sering bersama-sama. Setelah banyaknya kegiatan padat Mita, hari ini ia mengatarkan Asta manggung di salah satu mal.

Dulu Mita selalu punya waktu menemani Asta manggung, ikut mempromosikan Asta agar bisa dikenal lebih banyak orang.

Namun, semakin hari Mita sibuk, Asta juga jarang mengabari kalau ada jadwal manggung. Alannya hanya satu, takut menganggu waktu Mita. Mereka sudah terlalu lengket, dan itu banyak menyita perhatian Mita.

Takut juga katanya Mita tidak punya-punya pacar, padahal Asta lah yang selama ini Mita cintai sehingga ia enggan melirik cowok lain.

Hari ini setelah mendapat jalan, ia ingin lebih dekat lagi sehingga punya kesempatan sebelum Asta menjadi milik orang lain.

Mita tidak enggan megandeng tangan Asta ke luar dari mal. Beberapa media yang menyorot hanya bisa maklum, karena Asta telah konfirmasi kalau Mita adalah sahabat dekatnya.

Karena merasa lelah dan sedikit haus, Asta mengajak Mita makan di stan makanan mal. Kebetulan tempat itu tidak terlalu ramai, jadi cukup nyaman.

Setelah duduk dan memesan makanan, Asta duduk di depan Mita. Membuat gadis itu sedikit merona dipandang Asta.

Hubungannya dengan Asta memang sedikit berubah. Mungkin karena perasaan Mita yang Sedikit berkembang.

"Emm ... Mita," panggil Asta yang membuat sang sahabat memandangnya lurus.

Merasa suasana semakin mendukung, Mita berusaha lebih keras menunjukkan rasa sukanya. Mita memegang tangan Asta yang ada di atas meja.

"Ada, hem? Lo kelihatannya pengen curhat," jawab Mita, tersenyum tipis menatap Asta yang sedikit ragu-ragu.

Karena itu Asta langsung menarik tangannya yang dipegang Mita, untuk menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

Mita cukup kecewa dengan respon Asta, tapi ia hanya berusaha maklum aja.

"Gue pengen nembak Alya."

"Apa?!" Mita reflek meninggikan nada suaranya. "Bukan gue nyuruh pelan-pelan, supaya lo bisa deket dulu sama Alya. Terkadang cewek butuh kenyaman sebelum kerasa suka."

"Dan gue bakal punya kesempatan buat nyadarin lo," lanjut Mita di dalam hatinya.

Sebagai orang yang selama ini dimintai saran oleh Asta, jelas cowok itu langsung percaya dengan nasehat Mita, tapi tetap saja Asta punya keyakinan lain.

Asta menjeda sebentar pembicaraan mereka sampai pelayan yang datang membawa makanan serta minuman selesai meletakkannya di atas meja.

Asta berdehem mengucapkan terima kasih lalu memandang Mita lagi. Pelayan akhirnya pergi karena sajian makanan yang dipesan sudah diantar semua.

"Gue rasa Alya juga suka sama gue. Semua respon Alya sudah menunjukkan semuanya," jelaskan Asta.

Sudah hampir satu bulan Asta. berjuang mendekati Alya, dan hasilnya selalu memuaskan.

Tidak ada gelagat tidak nyaman yang Alya tunjukkan. Malahan Asta sering melihat pipi imut Alya memerah hanya karena gombalan Asta yang sebenarnya tidak jelas. Perlakuan romantis Asta yang terkesan kaku juga diterima dengan baik.

Namun, Mita yang punya keinginan berbeda langsung memberikan satu nasehat lagi.

"Kalo semisal Alya belum siap nerima cinta lo gimana. Gue cuma khwatir kalau perjuangan lo sia-sia. Perasaan perempuan itu terkadang rumit."

Asta menggeleng, dia mengaduk makannya yang dipesan dengan wajah sedikit serius berkata. "Kali ini hati gue udah sedikit yakin, dan soal hasil gue nggak akan memaksa."

Ekpresi Mita berubah pasrah, dia hanya mengangguk sedikit dengan senyum agar kecewanya tidak terlalu ketara.

"Gue dukung lo selalu, kok."

"Makasi, ya Mita," ucap Asta tulus.

In Love (END)Where stories live. Discover now