Ch.62 Kita Ini Apa?

3.1K 173 21
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.62

IBRAHIM P.O.V

Pagi hari kami sudah bangun dan bersiap, Abuya sedang memakan sarapan ringan, lengkap dengan teh hangat kesukaanya, sedangkan aku memakan beberapa bungkus kecil biskuit, Amihan dan Nala masih belum masak di pagi ini, mereka masih membereskan rumah, menyapu dan pel lantai, aku dan Abuya juga tidak biasanya bangun sepagi ini jika libur, ini hanya karena ia kan mengantarku ke kantor agen.

“Masih dipakai kan?.” Tanya Abuya sambil menaikan alis dan tersenyum nakal.

“Masih lah, ini kan tidak bisa dibuka Abuya!.” Ucapku masih sedikit kesal karena kurang nyaman.

“Tapi cara berjalanmu sudah terlihat seperti terbiasa Brahim.” 

“Berusaha Abuya, pantat saya terasa penuh dan lengket.” 

“Ketika mandi, apakah tidak bocor?.” Tanya Abuya penasaran.

“Tidak, masih merapat dan tidak ada setetespun yang keluar.” 

“Bagus.” 

“Sampai kapan?.” Tanyaku, Abuya mengangkat kedua bahunya. “Sampai saya memutuskan untuk membukanya.” Abuya melihat kesana kemari memastikan Amihan dan Nala tidak terlihat kemudian meremas pantatku keras, rasa ngilu dan geli terasa ketika Abuya mencengkram dan membukakan daging pantatku.

“Aww, ngiluuu.” Ucapku sambil memukul pelan tangan Abuya.

“Benar Brahim, saya goyangkan juga tidak bocor, buktinya celanamu masih kering.” Ucap Abuya sambil menggosokan tanganya dibelahan pantatku. “Benar benar worth it dengan harga semahal itu.” Lanjut Abuya.

Setelah selesai, Abuya pergi ke garasi untuk membawa mobil, kami berdua berangkat menuju kantor agen tepat di jam tujuh pagi, perjalanan memakan waktu kurang lebih sekitar dua jam, hingga kami sampai di parkiran kantor agen.

Semua pegawai menyalami Abuya, memberikan respect kepadanya, kami masuk kedalam ruangan pemimpin agen, dia mempersilahkan kami untuk duduk, kami berbasa basi sambil bercengkrama sebentar.

“Seperti yang sudah disepakati, ini kontrak baru Ibrahim, tertulis untuk bulan berikutnya, Tuan Hussein sudah membayar fee cuti untukmu, untuk tiket pesawat, setiap gaji yang terpotong dari bulananmu sudah dibelikan tiket, sisanya kami transfer ke dalam rekening mu.” Jelas pemimpin agen, aku menandatangani kontrak itu, agen memberiku beberapa dokumen untuk dibawa pulang, Abuya juga bertanya mengenai passportku, ia bersikukuh kepada agen agar passportku bisa disimpan olehku sendiri, agen sempat menolak, namun mereka tidak enak ketika melihat Abuya memaksa yang akhirnya mereka setuju untuk memberikan passportku dan mengizinkan aku yang menyimpanya sendiri.

Tiket pesawat terdata pemberangkatan tiga hari dari sekarang, cepat sekali, sebagian diriku merasa excited akan pulang menuju rumah, namun sebagian lagi merasa sedih akan meninggalkan Abuya, meskipun hanya beberapa minggu saja.

“Tiga hari lagi?.” Tanya Abuya, aku mengangguk.

“Buang saja tiketnya, biar saya belikan yang baru, biar kamu berangkat satu bulan lagi.” Ujar Abuya, mataku memutar mendengar apa yang diucapkan Abuya.

“Tidak usah Abuya, ini kan sudah sesuai dengan kontrak,lagi pula sayang jika potongan dari gaji saya yang sudah dibelikan ini harus dibuang sia sia.” 

“Tiga hari itu terlalu cepat Brahim.” 

“Lebih cepat saya pulang, akan lebih cepat pula saya kembali Abuya, jika tetap ditunda tunda, akan lebih lama lagi saya kembali.” Wajah Abuya pasrah dengan keputusanku.

“Langsung ke rumah saja?.” 

“Langsung saja Abuya, pantat saya sudah tidak nyaman, ingin segera tiduran.” Jawabku, Abuya terkekeh pelan sambil melaju menuju rumah.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang