Ch.6 Bulu Lebat Abuya

16.2K 265 0
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.6 

Jam empat pagi aku bangun dari tidur ku, sisa sisa sperma pak Darma sudah agak mengering di sekitar lubang pantatku, merasa badanku sudah sangat tidak enak, lengket dan gerah aku memutuskan untuk mandi, tanpa air hangat pun disini airnya terasa hangat, entah mungkin karena aku sudah kepalang gerah, menggosok seluruh tubuhku, tidak lupa mengobel lubang pantatku agar sisa sperma pak Darma yang masih tertinggal dapat terbilas hilang dan bersih, setelah dirasa bersih dan kesat aku menyelesaikan kegiatan mandiku, terlihat dikamar pak Damar masih tertidur pulas, penis pak Damar menggantung lemas diselangkanganya, kudekati pak Damar, kemudian mendekatkan hidungku ke penisnya, menghirup dalam dalam aroma penis yang belum dicuci itu, semerbak aroma sperma kering dan wangi bekas pantatku, aku sangat suka aroma seperti ini, terasa wanginya begitu sensual.

Kubereskan sisa barangku di kamar pak Damar kemudian memindahkanya kedalam, masuk kedalam rumah, dan berjalan mencari seseorang untuk aku tanya dimana lokasi kamarku, rumah ini lumayan besar, bahkan aku belum melihat setiap sisi rumah ini, ruang tengah tempat Abuya tadi menyambutku saja begitu luas, aku berjalan melewati ruang tengah itu, masih mencari seseorang.

Terlihat seorang wanita yang sedang berjalan dari arah didepanku.

“Permisi, saya disuruh Abuya untuk pindah dari kamar luar kedalam, dimana ya lokasi kamarnya ?.” Tanyaku kepada wanita itu, wanita yang kira kira berusia sekitar 50 tahuan lebih, sepertinya dia adalah pekerja asing yang bertugas untuk memasak disini, terlihat dari sebuah panci yang sedang dipegangnya, kulihat juga dibelakangya, ternyata benar, disana adalah ruang dapur yang terlihatluas dan lengkap.

“Kamu yang akan mengganti Naija ya ?.” Tanya wanita itu yang aku jawab dengan anggukan.

“Untung saja Naija sudah membereskan barangnya dan menginap dikamarku, jadi kamu bisa langsung pindah ke kamarnya, mari saya antar.” Jawabnya sambil berjalan kebelakang dapur.

“Kamar Naija memang terpisah dengan dua kamar lainya, kamar aku dan Amihan, Abuya membangun lagi kamar itu ketika kami kekurangan kamar.” Ujar wanita itu sambil berjalan, kemudian kami berjalan melewati dua kamar yang saling bersampingan.

“Ini kamarku dan Amihan, oh iya, nama ku Nala.” Ujarnya tanpa berhenti berjalan.

Kami terus berjalan agak sedikit jauh, melewati sebuah lorong yang panjangnya sekitar 15 meter barulah kulihat satu kamar.

“Nah ini kamar Naija, yang sekarang akan menjadi kamar kamu, kuncinya ada menggantung didalam.” 

“Makasih.” Nala haya tersenyum kemudian berjalan meninggalkanku.

Lumayan jauh untuk menuju kamar pak Damar, ada sebuah jendela didepan pintu kamar ini, kubuka goren itu, ternyata jendela ini tepat sekali menghadap ke halaman belakang rumah ini, benar, ini tepat diluar jendela ini adalah jalan yang tadi ku lewati dari kamar pak Damar, ternyata tidak jauh dari kamar pak Damar, memang kalau sudah rezeki, dipindah kemanapun aku tetap bisa dekat dengan pak Damar.

Aku membuka pintu kamar Naija, satu petak, luasnya sama seperti kamar pak Damar, minus tidak ada kamar mandi dan dapurnya, lumayan untuk aku yang tidak pernah punya kamar sendiri, dikamar ini ada satu kasur berukuran single tanpa ranjang, sebuah lemari kecil dan satu meja, sudah kosong tidak ada isi lainya, aku masuk dan mulai membereskan barang barangku, memasukan baju baju kedalam lemari, tiba tiba kudengar sebuah ketukan dipintu kamarku, Nala.

“Untuk pakaian kotor, kamu bisa mulai kerja sekarang, pakaian kotor biasanya ada ditempat mencuci, tapi kebanyakan harus kamu ambil sendiri dikamar Abuya, Istri Abuya, dan Emir, kamu bisa mulai dari kamar Istrinya Abuya dibawah yang dekat dengan tangga, ke kamar Abuya yang ada tepat didepan kamar Istrinya, lalu ke kamar Emir yang ada di Atas, kamar Emir ada dipaling ujung, atau sebaliknya, terserah bagaimana enaknya kamu saja.” Ujarnya memberi tahuku tentang instruksi bekerja, aku mengangguk mengerti, untung saja Nala ngomongnya nggak terlalu cepat, otakku masih bisa menangkap ucapanya, Nala kemudian pergi lagi dari kamarku.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang