Ch.24 Abuya Tak Se-Kasar Emir

10.4K 328 45
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.24

Sehari setelah peristiwa menegangkan antara Abuya dengan Emir, rumah tidak menjadi berbeda, sama seperti biasanya, tidak ada yang berubah, hanya saja, Emir, dia menelfon Abuya dan memberitahunya bahwa dia tidak akan pulang selama dua hari kedepan karena ada kunjungan dari kantornya keluar kota, ikut audit atau semacamnya, hubungan Abuya dan Emir juga terlihat baik baik saja, mereka bercengkrama di telfon panjang lebar, aku ikut mendengarkan sambil menyimpan gelas berisi teh hangan orderan Abuya, Abuya berpesan kepada Emir agar dia menjaga kesehatannya selama diluar kota, menjaga pola makan dan fikiran, memang Emir sering sekali melakuka bussines trip yang mengharuskannya berpergian selama beberapa hari ke luar kota, tapi itu tidak pernah membuat Abuya berhenti memberikan Emir wejangan, tensi yang tegang hanya terjadi ketika pagi itu saja, aku berharap si begitu ya, Abuya menyudahi percakapannya dengan Emir kemudian mengambil gelas berisi teh dari tanganku.

Waktu menunjukan pukul satu pagi, Amihan dan Nala sudah berada dikamar masing masing, di ruang tengah hanya ada aku dan Abuya berdua, Abuya menyimpan gelasnya di meja kemudian tanganya memegang tanganku, dia mengusap tanganku lembut kemudian menarik tanganku, membuatku yang tadinya berdiri hampir jatuh namun tangan Abuya memegang badanku, menahanku agar tidak terjatuh dibadannya, kaki Abuya terbuka lebar, posisiku tertahan diantara kedua kakinya yang terbuka, aku berpegangan pada bahu Abuya, Abuya menatapku kemudian berbisik ditelingaku.

“Tolong lepaskan dasi saya Brahim!.” 

Aku mengangguk kemudian tanganku bergerak dari bahu Abuya, mengusap leher Abuya pelan dengan kedua tanganku, tatapanku lurus kedalam mata Abuya, bibirku aku basahi sedikit karena gerogi, aku memijat leher Abuya secara sensual sambil kemudian tanganku bergerak membuka dasi Abuya, melepaskanya kemudian membuka kancing atas kemeja Abuya, Abuya melepaskan tahanan tangannya ditubuhku, membuatku jatuh ke badan Abuya, perutku beradu dengan perutnya, hangat, wangi, tangan Abuya kini berada di belakang pinggangku, aku melebarkan kemeja Abuya yang terbuka, mengusap dada atas Abuya pelan, tatapan mata kami tidak pernah terlepas, aku memberanikan diri kemudian mengalungkan tanganku dileher Abuya, lalu memeluknya erat, membenamkan wajahku dileher Abuya, terdengar Abuya tertawa pelan, aku kemudian menciumi leher Abuya, membuat Abuya kembali terkekeh, aku mengangkat wajahku kembi bertatapan dengannya, Abuya mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya, mengeluarkan satu batang kemudian menaruhnya dimulutnya, memberikanku koreknya, menyuruhku untuk menyalakannya, masih dalam posisi yang sama, badanku menindih badan besar Abuya di sofa, penis Abuya terasa menekan perutku, aku menyalakan rokok yang bertengger dimulut Abuya, ia menghisapnya dalam, kemudian menghembuskanya ke wajahku, aku menghirup asap itu dengan senang hati.

“Buka mulutmu!.” Perintah Abuya, tentu saja aku menurutinya, Abuya kembali menghisap rokoknya, kali ini menahan asapnya dimulunya, kemudian bibir Abuya menciumku sambil menghembuskan asap rokoknya kedalam mulutku, aku menghisap asap itu kemudian menghembusnya kembali diwajah Abuya, kami berdua tertawa, aku kemudian beranjak dari badan Abuya.

“Lebih baik anda istirahat Abuya, sudah malam.” Ucapku kepada Abuya sambil tersenyum.

“Heii, senang senangnya padahal belum dimulai.” Protes Abuya.

“Ada orang dirumah, Abuya, saya tidak mau mengambil resiko.” 

“Ini pagi hari, semua orang sudah tidur.” Ujar Abuya.

“Saya tunggu ketika rumah sepi Abuya.” Ucapku sambil mengedipkan sebelah mataku dan berjalan sambil menatap Abuya nakal, menuju ke kamarku.

“Perisapkan dirimu dengan baik Ibrahim!.” Ucap Abuya sambil kemudian beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamarnya.

______

Pagi hari seperti biasa, aku terbangung dan melakukan tugasku, mengambil pakaian di kamar Abuya saja, terdengar gemericik air di kamar mandi Abuya, sedang mandi dia, ku ambil pakaian kotor Abuya kemudian kembali ke ruang cuci, aku tidak mengambil pakaian kotor di kamar Emir karena tidak ada, Emir masih satu hari lagi untuk pulang, jadi tidak ada pakaian kotor dikeranjangnya, aku mencuci pakaian, mengeringkan lalu menjemurnya di halaman belakang.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang