Ch.17 Sebuah Kegagalan Yang Serba Nanggung

8.4K 246 14
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.17

Abuya masih berbaring di kasur besarnya dengan pakaian yang lengkap, saat aku hendak membuka pakaian Abuya, aku ingat bahwa aku belum mengambil baskom dengan air hangatnya, seketika itu juga aku berhenti kemudian keluar dari kamar Abuya.

“Mau kemana ?.” 

“Saya belum mengambil air hangat nya Abuya.” 

“Hmmm, silahkan.” 

Aku berjalan menuju dapur, terlihat disana Emir dengan piyama tidurnya sedang membuka lemari es, aku mengambil wadah dan mengisinya dengan air hangat, tiba tiba kurasakan sebuah remasan di pantatku.

“Untuk apa air hangat sebanyak itu ?.” Emir bertanya setelah dia meremas pantatku.

“Ahh, tuan Emir, ini, Abuya memintaku untuk membawa air ini kepadanya.” Jawabku berbohong, aku tidak mau Emir berfikir aneh aneh, meskipun hal yang akan aku lakukan kepada Abuya adalah bukan hal yang normal haha.

“Hmmm, Abuya baru pulang ya ?.” 

“Benar tuan.”

“Entah kenapa dia selalu lembur, padahal aku yakin, harta bendanya sudah sangat banyak.” 

“Anda juga begitu tuan, masih saja bekerja meskipun uang anda banyak, mengapa begitu ?.” Tanyaku balik kepada Emir.

“Iya juga ya, entahlah.” 

“Mungkin Abuya ingin mencari kesibukan, agar fikiranya bebas, ditinggalkan seorang istri adalah hal yang berat, sama seperti anda tuan Emir, kehilangan ibu bukanlah hal yang sangat ringan bukan?.” 

“hmm, kau benar, mungkin sebenarnya kita bekerja untuk menutupi satu lubang kosong yang menganga didalam dada.” 

“Bukan kita, sebagian saja seperti itu, sebagianya lagi seperti saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan keluarga tuan.” Bantahku kepada Emir.

“Ah, iya benar, kenapa saya begitu out of touch dengan realita lainnya.” 

“Jika boleh memberi saran, lebih banyaklah bergaul dengan orang yang berada dibawah anda tuan, mungkin disitu ada suatu esensi hidup yang sebelumnya belum pernah tersentuh oleh anda, dan tidak hidup dalam gelembung kemewahan semata.” Ujarku kepada Emir.

Emir diam, kemudian berjalan ke arahku, melihat ke semua arah, memastikan tidak ada orang disekitar, setelah dirasa aman, Emir memegang pipiku, sedikit kasar, bibir Emir tersenyum nakal.

“Selain enak dan hebat, mulut mu juga pandai berbicara hei ?, Menyarankan ku agar keluar dari gelembung kemewahan?, Yang benar saja haha.” Ujarnya sambil tetap memegang pipiku, reflek wajahku memerah karena malu.

“Seperti yang saya bilang sebelumnya tuan Emir, saya hanya menyarankan.” Jawabku sambil menurunkan tanganya dari pipiku, Emir kemudian kembali meremas pantat ku, kali ini diiringi oleh tamparan yang sangat keras di pantatku, wajah Emir tersenyum sombong.

“Terimakasih saran nya, tapi simpan saja mulutmu untuk ini ya.” Ujar Emir sambil memegang selangkanganya kemudian berjalan keluar dari dapur menuju kamarnya, sial, aku memang munafik, berani beraninya menasehati Emir, haaah, aku harus berfikir panjang sebelum mulut yang sok tahu ini membual omong kosong yang tak seharusnya ku ucapkan, tapi whatever lah.

Aku membawa wadah berisi air hangat ini ke kamar Abuya, kulihat Abuya masih berbaring, namun kali ini matanya terpejam, sepertinya Abuya benar benar kelelahan, shit, pria matang ini memang pekerja keras, siapapun yang mendapatkan Abuya kedepannya adalah orang yang benar benar beruntung.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang