Ch.27 Siapa Lagi Kalau Bukan Bapak Lokal

7.1K 238 13
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKI CH.27

Setelah Abuya dan Emir libur, hari ini senin, mereka kembali bekerja dan beraktifitas seperti biasanya, mereka berangkat sama sekitar pukul tujuh, Emir menyetir sendiri sedangkan Abuya diantar dan disupiri oleh pak Damar, aku seperti biasa melakukan tugasku mencuci pakaian Abuya dan Emir, mengeringkannya lali menjemurnya dibelakang, setelah semua tugasku selesai aku kembali ke kamarku untuk beristirahat sebentar sebelum mengambil makan.

Membereskan kamarku, aku berkaca dicermin, kalung emas pemberian Abuya menggantung dileherku, kalung yang cantik, aku kembali mengingat kejadian kemarin kemarin, ketika Emir pertama kali menciumku, lalu beberapa menit kemudian Abuya yang menciumku dalam, anak dan ayah menciumku bergantian dihari yang sama, dua orang pria yang benar benar berbeda dalam perlakuan, namun keduanya benar benar aku inginkan, si keras dan si lembut ketika memacu gairah, namun pesona Abuya membuatku nyaman berada disekitarnya, sedangkan pesona Emir, membuatku berbirahi setiap berada didekatnya, ahhh, betapa beruntungnya aku bisa bekerja dirumah ini, mendapatkan gaji, sekaligus mendapatkan kedua tuan rumah, bibir dan penis mereka sudah pernah mulutku rasakan, tinggal pantat ini saja yang belum merasakannya.

Aku berbaring diatas kasur, rebahan sebentar, tidak terasa mataku sedikit terpejam merasakan hembusan ac dingin ditengah cuaca yang panas menyengat, aku tertidur sebentar hingga kemudian terdengar ketukan dipintu kamarku, aku terbangun kemudian mengusap mataku, melihat ke arah jam, pukul sebelas siang, siapa disiang hari mengetuk pintu kamarku? Amihan dan Nala pasti sedang didapur, apa mereka membutuhkan bantuanku ya?, Aku berjalan menuju pintu dan membukanya, ternyata bukan Amihan ataupun Nala, benar benar diluar dugaanku, pak Damar.

“Bapak?, Kok jam segini udah dirumah?, Abuya udah pulang?.” Tanyaku, pak Damar tidak menjawab, dia segera masuk kedalam kamar lalu menutup pintu dan menguncinya, badan pak Damar berkeringat, terlihat diwajahnya yang sedikit basah, juga dari pakaiannya yang basah tembus.

“Pak?.” 

“Ssst!.” Jangan berisik nanti ada yang kesini.

“Ngapain?, Kok nggak dikantor Abuya?.” 

“Bapak izin pulang sama Abuya, dia masih dikantor.” 

“Hah?.” 

“Bapak lagi sange banget Ra, mana diluar panas banget sial, bikin kepala bapak pusing, panas sama sange!.” Jawab pak Damar berbisik.

“Bantuin bapak ya?, Mau ya?.” Pinta pak Damar.

“Lhaaa, kan bukan jadwal bapak.” 

“Gak apa apa Ra, plis, bapak minta ya, udah gak sanggup penis bapak, udah pengen dikeluarin.” Jawab pak Damar mengeluh, tangan pak Damar dengan cepat meraih tanganku kemudian menempelkannya dicelana bahan yang dipakainya, terasa keras dan berdenyut, memang sepertinya pak Damar sedang bernafsu luar biasa, aku tidak menjawab permintaan pak Damar, hanya saja tanganku dengan pelan mengelus penis pak Damar dari luar celananya sambil menatap mata pak Damar nakal, aku mengalungkan sebelah tanganku ke leher pak Damar yang basah oleh keringat, lalu mendekatkan bibirku ke lehernya.

“Udah dikunci?.” Tanyaku, pak Damar kemudian mengangguk.

Aku mencium bibir pak Damar terasa sedikit asin dari keringat diwajahnya, namun masih terasa nikmat, pak Damar dengan buas membalas ciumanku, memagut dan menghisap bibirku kasar, membuatku sedikit kewalahan, tanganku bergerak membuka kancing baju pak Damar, ia melepas ciumannya dibibirku, lalu dengan tergesa membuka celananya membuatnya bertelanjang hanya mengenakan celana dalam saja, ia kemudian duduk dikasurku.

“Buka baju kamu Ra, sisain celana dalem aja!.” Ujar pak Damar, aku menurutinya membuka pakaianku dengan perlahan sambil menggoyangkan badanku, bergerak meliuk kesana kemari menggoda nafsu pak Damar, kini aku sama dengannya hanya menggunakan celana dalam berwarna pink, saat aku hendak mendekat ke arahnya, pak Damar menghentikanku.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang