Ch.22 Hadiah Dari Emir

7.2K 273 31
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.22

Ibrahim P.O.V

Emir bangun menjelang siang, dia melewatiku tanpa mengucapkan apa apa ketika kami berpapasan di dapur, ia membuka lemari es, mengambil sekotak jus kemudian membawanya ke kamarnya, sore hari tiba, sudah gelas ke empat Abuya memintaku membuat teh hangat dengan mint, kali ini aku mengantarkannya ke dalam kamar Abuya, terlihat Abuya sedang merokok seperti biasa dengan jendela kamar terbuka, aku memberikan gelas berisi teh itu dan menyimpanya dimeja dekat jendela, Abuya berterimakasih lalu aku pamit keluar dari kamar Abuya.

Aku berpapasan dengan Emir di bawah tangga, rapi sekali Emir, sepertinya dia akan berangkat, entah kemana.

“Rapi sekali tuan, anda akan berangkat?.” Tanyaku berbasa basi.

“Iya, aku ada perlu sebentar.” 

“Kemana tuan?.” 

“Bukan urusanmu Brahim.” Jawab Emir, dia kemudian keluar menuju pintu depan, aku berjalan ke arah halaman belakang, mengambil cucian kering yang berada dijemuran untuk selanjutnya aku setrika, terlihat pak Damar keluar dari kamarnya dan berjalan ke arahku.

“Bapak.” Ucapku kepadanya.

“Sayangnya bapak, lagi ngapain?.” 

“Kelihatanya lagi apa pak?” 

“Udududh, kenapa jutek banget sih?.” Tanya pak Damar sambil makin mendekat ke arahku, dia kemudian memelukku dari belakang.

“Bapak!, Jangan peluk peluk ih, apalagi diluar, nanti ada yang lihat.” Ujarku kepada pak Damar.

“Amaan, Emir udah pergi, kamar Abuya juga nggak ngarah kesini, pos satpam juga jauh, gak bakalan kelihatan.” Jawabnya.

“Bapak kok tahu Abuya ada dikamarnya?.” 

“Tahu lah, dia kalo libur jam segini pasti lagi ngerokok di kamarnya.” Hmm bener juga apa yang dibilang pan Damar.

“Udah hafal banget jadwal Abuya kayaknya pak.” 

“Tiga tahun bukan sebentar Ra, apalagi tiap hari sama Abuya, pasti sedikit banyak tahu lah kebiasaanya.” Aku mengangguk setuju.

“Bapak kenapa sih jarang main ke dalem?, Perasaan di kamar mulu, emang nggak bosen?.” Tanyaku.

“Males ah didalem, Abuya orangnya jarang ngobrol, jadi bingung kalo deket Abuya harus gimana, padahal bapak tiap hari nyupirin dia, tapi jarang banget kita ngobrol panjang lebar.” Jawabnya, kami bercengkrama masih sambil berpelukan.

“Udah ih lepas dulu, nanti ada Amihan atau Nala kesini, malu!.” Ujarku sambil melepaskan pelukan pak Damar, dia hanya tertawa terkekeh.

“Terus seharian di kamar aja gitu?.” 

“Ya enggak atuh, kamu nya aja yang jarang keluar rumah, bapak sering tuh nongkrong di pos satpam, ngobrol ngobrol sama security, ayo gabung sesekali!.” Ajak pak Damar kepadaku.

“Enggak ah, malu Ibra pak.” Jawabku sambil memegang cucian kering.

“Bapak udah makan?.” Tanyaku kepada pak Damar.

“Udah, masalah makan mah nggak usah khawatir, tiap kali ni perut udah ngerasa kosong, bapak pasti langsung isi, nggak pernah nunggu sampe bunyi baru di isi.” Jawab pak Damar.

“Pantes aja ini perut agak buncit gini!.” Ucapku sambil memegang perut gemas pak Damar.

“Tapi suka kan?.” Ujarnya samb tersenyum nakal.

“Suka pak hehe, nyaman empuk gitu.” Jawabku.

“Hayu atuh.” 

“Hayu apaan? Jangan macem macem, ini masih sore, Abuya lagi ada dirumah, lagian jatah bapak belum waktunya, masih seminggu lagi.” Jawabku ketus.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang