Part 17

154 7 1
                                    

•••

Happy Reading

•••

Mengerjapkan mata, Irina merasa tenggorokan nya kering.

Melihat sekitar kamarnya, ia tak melihat siapapun.

Baguslah ia bisa pergi dan menjauh dari suaminya itu. Pelan-pelan Irina bangun dari ranjangnya dan pergi mandi untuk berendam air hangat.

Dua puluh menit ia baru selesai mandi dan menuju kopernya untuk mengambil baju. Ia ambil yang paling atas tanpa memilih.

Selesai memakai baju, memakai riasan tipis juga menata rambutnya Irina kembali menuju koper untuk
menutupnya kembali, Irina mendengar pintu terbuka.

"Cepatlah turun, mamah dan papah menunggumu" Setelah mengatakan itu Alex berbalik pergi.

Irina mengehela nafas, segera ia tutup kopernya lalu turun ke bawah.

•••

Ia mendekat ke arah mamah papah nya berada.

"Selamat pagi" Irina mencium pipi kedua orang tuanya.

"Pagi sayang" balas mamahnya.

Ayahnya tersenyum dan mengusap kepala putrinya.

Setelah itu Irina duduk di depan mamahnya.

"Dimana suamimu princess?" Tanya sang papah.

Irina mengernyitkan dahinya, bingung. "Bukankah Alex sudah_

"Maaf, aku menelfon seseorang tadi" Entah dari mana lelaki yang tengah dibicarakan itu muncul dan sekarang tepat di belakang kursinya.

Irina mengalihkan perhatian nya pada makanan mencoba tak peduli.

Sedangkan Alex menaikan alisnya tak ambil pusing dengan sikap istrinya dan lebih memilih menunduk melumat bibir istrinya dalam meski sebentar.

Irina tersentak, tidak tahu hal itu akan terjadi ia hanya bisa terdiam tanpa menolak karena ada kedua orang tuanya.

"Kalian semakin mesra saja" Ucap mamahnya senang.

"Jangan lakukan itu pada princess" Gerutu papahnya membuat mamahnya melotot pada sang suami.

"Kau ini, bukankah itu wajar" Meski mengomel mamahnya tetap menyajikan makanan untuk papah dengan baik.

"Aku akan melakukan nya saat hanya berdua saja" Ucapannya tak singkron dengan tangannya yang mengelus pahanya di bawah meja.

"Tidak ada baju lain?" Bisik Alex di tengah perdebatan mertuanya.

"Singkirkan tanganmu" Balas Irina berbisik, ia menatap tajam Alex sekilas dan melirik ke arah kedua orang tuanya yang masih berdebat.

"Tidak" Perkataan itu membuat Irina kesal, dengan keras ia singkirkan tangan besar itu.

Irina tersenyum melihat usahanya berhasil namun detik berikutnya ia tercengang dengan pria itu.

Alex menggeser kursinya pada Irina tanpa jarak, dan memeluk erat pinggang ramping istrinya.

Tangannya mengelus sekilas payudara lembut milik Irina yang telah ia cicip semalam tanpa ketahuan mertuanya.

"Kau.. " Bisik Irina marah tanpa suara dan mencoba melepas jeratan kuat itu tapi tidak bisa. Pria itu sangat kuat.

Sedangkan Alex mulai makan dengan tangan kanan saja.

"Sudahlah sayang, Irina sudah memiliki suami yang akan terus menjaganya kau tak perlu khawatir"

Papahnya berdeham malas menanggapi mamahnya karena kalah dalam beragumen.

Last KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang