Ch.58 Siapa Yang Menikah, Siapa Yang Bulan Madu

Start from the beginning
                                    

“Nanti airnya dingin Abuya.” Ucap Ibrahim sambil menghentikan ciuman saya, saya menatap Ibrahim kemudian tersenyum sambil mengangguk, saya masuk duluan kedalam bathub, disusul oleh Ibrahim, kami duduk di bathub berendam saling berhadapan, Ibrahim mencipratkan sedikit air bathub ke wajah saya sambil tertawa, wajah manisnya sumringah ketika menjahili saya, saya balas cipratan itu ke wajahnya, kami bermain air layaknya anak kecil yang berbahagia.

Saya tarik tangan Ibrahim kembali membawanya kedalam pelukan saya, kali ini didalam bathub, ia bersandar di dada say, tanganya mengusap dada saya pelan, saya menciumi kepala Ibrahim, perut kami saling bersentuhan, penis kami juga saling bersentuhan.

“Nyaman sekali Abuya.” Ucap Ibrahim sambil memejamkan mata.

“Hmmm, benar Brahim, nyaman, jika bisa, saya ingin menghentikan waktu sejenak, agar kita bisa selamanya begini.” Jawab saya, Ibrahim mengangguk pelan, Ibrahim beranjak dari pelukan saya, meraih sabun cair hotel lalu menuangkan begitu banyak sabun kedalam bathub, menggerakan tanganya sehingga bathub kini penuh dengan busa, kembali ka tertawa riang, saya hanya tersenyum melihat tingkahnya.

Ibrahim menyimpan kembali sabun itu ketempatnya, ia kemudian menatap saya tajam, bukan tatapan manis melainkan tatapan nakal, saya kemudian merasakan sesuatu menggenggam penis saya, tangan Ibrahim bergerak didalam bathub, saya menatap mata Ibrahim, ia tersenyum nakal, tangannya bergerak memijat penis saya dari dalam air, menaik turunkan tanganya di penis saya, memasturbasi penis saya, licin dari air dan sabun semakin menambah rasa geli dipenis saya, geli dan nikat, saya bersandar pada ujung bathub, menikmati kocokan tangan Ibrahim dipenis saya, hingga beberapa menit kemudian Ibrahim berhenti mengocok penis saya.

Terlihat air di bathub mulai berkurang sedikit demi sedikit, Ibrahim membuka penutup bathub, sengaja menyurutkan bathub hingga sepinggang kami, penis saya yang tegang menjulang ke atas, keluar dari air, Ibrahim mengambil kembali sabun cair hotel, menuangkanya dipenis saya, lalu menyimpannya kembali, Ibrahim kemudian melakukan hal yang sama seperti saya, bersandar pada ujung bathub lainya, saya heran, apa yang akan ia lakukan, kembali saya rasakan sesuatu menyentuh penis saya, bukan tangan kali ini, agak sedikit lebih kasar dari tangan, benar, kaki Ibrahim yang menyentuh penis tegang saya, kedua telapak kakinya ka himpitkan ke penis saya, kemudian kakinya bergerak naik turun mengocok penis saya, shit, pergerakan Ibrahim yang tidak bisa ditebak benar benar membuat saya bernafsu, selalu ada sesuatu yang baru ketika bermain bersamanya.

Saya hanya bisa melenguh, mendesah dan mendesis, menikmati rasa geli, nikmat dan ngilu yang bercampur ketika tekstur kaki Ibrahim yang sedikit kasar menggesek penis saya yang sensitive, wajah Ibrahim terlihat begitu binal dan nakal, tidak ada wajah sedih dan bimbang yang tadi ia perlihatkan, seperti dua orang yang berbeda.

Hampir hampir saja saya ejakulasi jika tidak saya hentikan gerakan kaki Ibrahim yang sudah mulai cepat, saya genggam kaki Ibrahim, membuatnya berhenti seketika, saya rangkul tubuh Ibrahim, kembali memeluknya, menciumi mulut Ibrahim lebih intense, tangan kami saling meraba, saling mengusap, saya turun dari bathub, mengajak juga Ibrahim untuk mengikuti saya.

Saya membalikan tubuh Ibrahim membuatnya membelakangi saya, Ibrahim berpegangan pada wastafle, saya turun dan berjongkok tepat pada didepan pantat Ibrahim, ada sedikit busa sabun menempel disana, tangan saya bergerak memberi isyarat kepada Ibrahim untuk menarik selang bidet dari kloset, Ibrahim mengerti dan memberikan saya selang bidet itu, saya kemudian menyemprotkan selang bidet itu ke arah pantat Ibrahim, membersihkan sisa sisa sabun, saya membuka kedua belah daging pantat Ibrahim, menunjukan lubang pantat Ibrahim yang merah muda dan berkedut, saya reflek menelan ludah, kembali saya semprotkan bidet itu tepat ke lubang pantat Ibrahim, Ibrahim menggelinjang kaget dan kegelian ketika semprotan air bidet yang cukup kencang menerpa lubang pantatnya, ia tertawa pelan dan saya pun terkekeh.

PRIA ARAB MAJIKANKUWhere stories live. Discover now