Chapter 15

388 56 4
                                    

Makan malam bersama Uchiha Itachi kali ini begitu sangat canggung, Sakura begitu gugup dan ia bahkan selalu salah tingkah tiap melihat bibir Itachi bergerak sementara mengunyah makanannya.

Beberapa saat yang lalu mereka berciuman, mungkin tidak seperti itu, bibir mereka hanya bersentuhan dan karena Sakura terlalu gugup ia malah langsung memberikan pukulan di kening Itachi.

Bahkan bekas pukulan gadis itu masih terlihat jelas disana, namun Itachi hanya tertawa saja melihat keningnya di depan cermin. Ia tak terlalu mempermasalahkan hal itu, ia juga salah sebenarnya, padahal mereka tak memiliki hubungan apapun tapi ia malah langsung mengambil ciumannya.

Setelah makan malam yang begitu hening, Sakura dan Itachi kini berbaring diatas ranjang yang sama. Awalnya mereka berdua saling memunggungi, tapi lama kelamaan mereka saling berhadapan secara bersamaan.

"Kau yakin akan menemui Sasuke-kun?"

Sakura bertanya dengan ragu-ragu untuk membuka percakapan, bahkan suaranya terdengar sangat kecil. Ia hanya berusaha untuk menghilangkan kegugupannya, padahal dulu saat mereka berbaring di tempat yang sama mereka tak seperti ini, namun saat ini sangat berbeda.

"Aku harus menghentikannya."

"Lalu soal kau yang akan mengalah.. apa kalian tak bisa menghindari pertarungan?"

"Mana mungkin, kini Sasuke sudah sangat membenciku."

"Kalau begitu jangan pergi."

"Kenapa?"

"Aku hanya.. takut."

Itachi tersenyum. "Ini hanya pertarungan antar saudara, jika memang harus berkorban, tidak ada salahnya."

"Tapi tetap saja!"

"Hei..."

"Menyebalkan," desis Sakura.

"Sakura, seandainya saja aku benar-benar pergi untuk selamanya-"

"Jangan katakan itu!"

"Kan aku bilang seandainya saja."

"Tch."

"Dengarkan saja."

"Tidak mau!" Sakura menutup telinganya dengan kedua tangannya.

Melihat itu Itachi menarik kedua tangan Sakura, menggenggamnya dengan erat, awalnya Sakura memberontak. Tapi tak lama ia diam menatap tangannya yang digenggam erat oleh Itachi, matanya kini sudah berair.

"Maaf, Sakura... tapi ini hanya untuk berjaga-jaga saja."

"Hmm..."

"Saat pertama kali bertemu kau melihatku seperti apa?"

"Apa?"

"Kau menganggap ku bagaimana?"

"Aku hanya kagum, kau dewasa dan terlihat dermawan, lalu.. kau membuat ku percaya diri, kau selalu memujiku, bahkan di saat orang-orang lain mengatakan jika aku ini jelek. Kau mengagumkan dengan cara mu bersikap, kau juga tampan, cara mu berbicara, semuanya terlihat menawan dan aku merasa kau orang yang paling sempurna. Tapi..."

"Tapi?"

"Tatapan mata mu menyadarkan ku, kesempurnaan itu tidak ada, kau juga manusia biasa yang memiliki kelemahan. Tatapan mu meneduhkan, tapi disaat bersamaan itu sangat menyakitkan. Kadang melihat mata mu membuat ku terpesona, kadang rasanya menyesakkan dan kadang aku merasa tatapan mu terlalu memperhatikan ku, seolah aku ini orang yang sangat berarti dan dibutuhkan. Sampai sekarang, bahkan.. itu masih sama, tidak ada yang berubah dari dirimu, aku sampai ingin terus melihat mu melihatku seperti itu, aku menyukainya. Aku yang selama ini merasa menjadi beban, saat bertemu dengan mu lagi seolah aku tidak seperti itu."

"Sakura.. terimakasih..."

Sakura menggeleng. "Seharusnya aku yang bilang begitu, kau membuat hidupku yang seperti beban ini malah menjadi seperti sangat berarti. Tapi aku hanya bingung, kita ini teman, kan? Setelah semua yang terjadi kita masih berada di satu tempat yang sama, bahkan aku dengan beraninya membiarkan mu berada disini, padahal dalam hati aku sangat takut..."

"Kau takut karena aku seorang buronan?"

"Tidak juga, hanya saja ada sesuatu yang berbeda. Dan mungkin aku seperti ini karena aku merasa kau memerlukan ku? Aku tidak tahu, itu hanya pikiran bodoh ku saja."

Genggaman tangan Itachi tiba-tiba melembut, membuat Sakura menatap sayu. Ia takut dengan perasaannya ini, jujur saja, ia mulai mengerti akan hal itu, tapi ia juga mengelak tentang hal itu, Itachi adalah seorang buronan.

"Aku tahu, dan aku juga merasakan hal yang sama."

"Apa?" Mata Sakura mulai berair, lagi.

"Mungkin karena hanya kau yang ku rasa dapat menghilangkan rasa sedih ku, jadi aku selalu merasa ingin bersama mu. Aku bahkan menyesal selama bertahun-tahun itu aku tidak pernah mengabari mu, padahal aku sadar jika bersama dengan mu rasanya keluh kesah ku hilang. Aku selalu ingin disamping mu untuk melupakan masalah ku, sampai rasanya dada ini terasa sesak. Sakura, aku-"

"Kak Itachi," Sakura menyela ucapan Itachi sambil tersenyum. "Kau tahu kan kita berada di dunia yang berbeda?"

"Ya aku tahu, aku seorang buronan. Tidurlah..."

Itachi melepaskan genggaman tangannya dan ia mengelus kepala Sakura berulang kali, ia memejamkan matanya tanpa melepaskan tangannya dari sana, sementara Sakura tidak benar-benar tidur, air matanya menetes saat itu juga.

Sakura meraih tangan Itachi dan membuat tangan itu melingkar di pinggangnya, namun Sakura dibuat terkejut saat Itachi semakin mendekat kearahnya dan memeluknya lebih erat.

Lagi-lagi air mata Sakura menetes dan ia pun terlelap, Sakura berharap semoga saja hari esok menjadi lebih baik. Sakura tak berharap lebih, tapi ia ingin ada sesuatu hal yang baik.

Keesokan harinya Sakura terbangun dengan penuh rasa sesak, Itachi sudah tak ada disampingnya. Ia semakin takut sesuatu hal yang buruk akan terjadi, ia sampai menangis karena takut kehilangan pria itu.

Sakura berjalan keluar dari apartemennya dengan mata sembab karena habis menangis, Ino yang melihatnya melambai dan memanggil Sakura karena merasa gadis itu memiliki suatu masalah.

Setidaknya Ino harus mendengarkan ceritanya, mungkin ia bisa membantu Sakura atau sedikit menghiburnya. Tapi saat mendengarkan cerita Sakura langsung, Ino tak habis pikir dengan semuanya itu.

"Jadi..."

"Maaf baru memberitahumu sekarang, Ino," gumam Sakura merasa bersalah.

"Kau gila! Bagaimana jika kau ketahuan?!"

Sakura hanya diam saja, tak merespon, membuat Ino tak bisa berkata-kata lagi. Ia tak bisa menyalahkan Sakura tentang hal ini, sekarang ia sudah tahu perasaan Sakura yang sebenarnya dan ia tak mungkin memarahi Sakura karena kebodohannya.

Ino adalah sahabat Sakura sekaligus rivalnya, yang harus mengerti, mendukung dan memberikan sesuatu yang baik. Bukannya malah marah, karena itu sendiri merupakan keputusan Sakura.

"Jadi kau hanya akan diam saja setelah mengetahui hal itu?"

"Lalu aku harus bagaimana, Ino?"

Ino berkacak pinggang. "Astaga.. ku pikir kau ini cerdas, Sakura. Kau tidak ingin kehilangan dia, kan? Kalau begitu kau seharusnya tahu apa yang harus kau lakukan."

"Eh?"


.


.


.


Bersambung...


Up setiap hari kalau ada kuota hehe...

Jangan lupa vote dan komen biar author semangat lanjutnya

Bisa follow akun wp ini / Ig : @delchelo__

Endless Love {SELESAI✓}Where stories live. Discover now