"Jadi, lo mau gue awasin kalian berdua?" Sofia mengangguk begitu juga dengan Maya.

"Kak Aben bisa bantu aku kan?" Tanya Sofia pelan.

Aben masih diam, memikirkan harus menerima atau tidak permintaan Sofia.

"Terima aja, kenapa sih lo? Kelamaan mikir tau gak" ucap Maya menahan emosi karena lelaki itu kepalang lama.

Aben melirik Maya dengan sinis, " Sabar dikit napa? Gue gak mau deh bantuin" Ia berlagak ingin bangkit dari duduknya.

"Eh, kak Aben jangan dong, please bantuin aku, ya?" Tangan Sofia memegang lengan kanan Aben. "Maya jangan gitu, ih!" Sofia beralih memperingati Maya.

"Lagian dia lemot banget, jadi cowok harus sat set dikit lah" protes Maya.

"Sofia, mulut temen lo ini bisa di mute aja gak?"

"EH, MULUT LO TUH YANG HARUSNYA DI MUTE!" Pekik Maya tak Terima.

"Udah-udah, kenapa kalian malah jadi berantem gini sih. Denger ya, aku tuh minta bantuan biar semua masalah yang ada di pihak aku dan pihak kak Aben bisa clear" Sofia meihat keduannya bergantian. " Aku gak mau kak Marka salah paham tentang aku dan aku juga sekalian bisa bantu dia buat ambil rekamannya, paham?"

"Paham" Maya memelan kan suaranya, "tapi nanti kita harus cari si Bianca kemana, dia kan udah lama ngilang."

"Aku semalam udah cari tau alamatnya, dia kerja di perusahaan kecantikan sekarang ini. Tempat tinggalnya masih di dekat wilayah itu juga, dia kerja di hari senin sampai kamis, kita bisa tunggu dia waktu pulang buat ajak ngomong, gimana?"

"Keknya gue gak bisa kalau sendirian, Sof." Pandangannya melihat ke luar caffe dan tertuju pada seseorang yang berdiri di sana. "Itu Gito, salah satu orang Alex" ucapnya.

Sofia dan Maya pun langsung melihat ke luar, benar saja ada seorang laki-laki berdiri di dekat sebuah motor. "Itu orang-orang Alex?" Tanya Maya kepada Aben.

Aben mengangguk lalu balik bertanya, "kenapa?"

Maya memeluk lengan Sofia erat, "itu orang yang ngejar gue sama nyokap lo, kalau dia liat wajah gue gimana?" Gadis itu mulai panik.

"Tenang aja, dia gak bakal nyakitin lo" ujar Aben dengan santai kepada mereka berdua.

"Dih, tau dari mana lo!?"

"Ada gue disini" jawabnya menanggapi Maya, seketika bulu kuduk gadis itu merinding.

Najis banget nih cowok. Pikir Marya.

.
.

Menahan malu sekaligus rasa kecewa dengan kejadian hari ini, Pradika sangat emosional. Di kamarnya, ia kini duduk ditemani oleh sang istri dengan raut wajah datar.

"Papa kecewa dengan Marka, semakin hari semakin susah di urus."

Eliana mengelus punggung suaminya. "Pa, sebenarnya aku setuju sama Marka." Pradika melihat ke arah istrinya.

"Aku cuma gak mau kejadian seperti kita dulu terulang kepada Marka" ungkap Elliana penuh kekhawatiran, "Hubungan tanpa cinta itu tantangannya besar, susah senang dalam berumah tangga bisa dilalui karena ada cinta, kepercayaan juga terjadi karena cinta dan, yang paling penting, jangan paksaan cinta datang cuma demi kepentingan pribadi pihak lain" tuturnya pelan.

"Maksud kamu?" Pradika masih belum mencerna baik maksud dari perkataan sang istri.

"Maksudku, Marsha dan kamu bercerai karena tidak ada cinta di antara kalian, hubungan kalian dahulu dibangun oleh kehendak orang tua. Lantas? Papa mau Marka merasakan apa yang dulu Papa rasakan?"

ENJ MARKAजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें