"Tapi...pertanyaan ku, kau berpihak pada siapa?" Tanya Senan.

Arviant diam, sejujurnya itulah yang membuatnya pusing saat ini. Senan yang melihat Keterdiaman Arviant menggeleng tidak habis pikir.

"Jangan bilang, kau berpihak pada Inara?"

Dengan cepat Arviant menggeleng, "aku belum bisa memihak siapapun saat ini. Semuanya masih terlalu abu abu."

"Terlalu abu abu katamu?!" Senan melotot, abu abu apanya? Sudah jelas bukan jika pelayan itu mengatakan bahwa Inara lah yang menyuruhnya mencampurkan racun pada minuman Selena. Dan bisa bisanya pria di hadapannya ini masih menganggap bahwa kasus Selena masih abu abu?

"Jangan plin plan Arviant! Aku mengerti perasaan mu, kau pasti masih tidak bisa memihak siapapun karena Inara adalah temanmu. Tapi kak Selena? Dia juga manusia! Dia istrimu! Dia juga butuh keadilan atas kesialan yang menimpanya tempo lalu. Jika Kak Selena saat ini mengetahui jika kau masih bersikap seperti ini, aku yakin dia akan kecewa."

Arviant mengatupkan bibirnya rapat, kata kata Senan barusan seakan menamparnya, benar, ia seharusnya tidak bersikap seperti ini. Seharusnya ia bersikap lebih tegas.

"Lagipula, tak menutup kemungkinan Inara melakukan kejahatan kepada Selena. Apakah kau tidak peka pada perasaan wanita itu padamu Vi? Aku saja yang hanya sesekali kekediaman mu dan melihatnya saat memandangmu memgerti bahwa dia menaruh hati kepada mu." Lanjut Senan.

"Tidak mungkin!" Elak Arviant, "dia temanku."

"Cih! Teman katamu? Di dalam hubungan pertemanan antara perempuan dan lelaki mustahil jika tidak ada yang menaruh hati salah satu dari mereka, pasti ada. Hanya saja karena ingin mempertahankan pertemanan nya, mereka saling menekan perasaan." Kata Senan panjang lebar.

Kali ini Arviant merenung, benarkah? Inara menaruh hati padanya?

Senan menepuk bahu Arviant, "pulang lah Arviant, dan lakukan sesuatu yang seharusnya kau lakukan dari awal."

-

Hari ini merupakan hari kepulangan Inara ke akademi, namun, semua itu tidak terlaksana tatkala Arviant kembali kekediaman setelah menghilang hampir setengah hari.

Arviant datang dengan wajah merah padam, dan menyuruh pengawal menyeret Inara ke tengah halaman utama.

"Kau sudah melakukan hal di luar batas, Inara." Desis Arviant marah.

Ya, Arviant pulang setelah mendapatkan wejangan dari putra mahkota, beberapa informasi mengenai Inara membuat kecurigaannya terhadap gadis itu menguat.

Inara bukanlah anak kandung dari Viscount Alam dan Viscountess Cintya. Dia adalah anak yang di adopsi oleh kedua sepasang suami istri itu, karena Viscount Alam dan Viscountess Cintya tak bisa memiliki keturunan.

Di dalam informasi tersebut, Inara juga selalu keluar masuk kediaman secara diam diam.

"Hiks! Mengapa kau menyalahkan ku atas masalah ini Arviant?!" Tangis Inara, dia saat ini bersimpuh di halaman luas kediaman dengan kedua tangannya yang di ikaat.

Seluruh pasang mata menatapnya dengan berbagai ragam tatapan, Arviant mengepalkan tangannya, Lanna sendiri terkejut akan informasi yang baru saja ia dapatkan.

Lanna tidak menyangka bahwa gadis polos seperti Inara tega melakukan hal jahat seperti itu.

"Berhenti bersandiwara! Seluruh bukti sudah terpampang jelas di depan mata. Kau pelakunya, Inara!"

Inara semakin menangis kencang, Inara menyeret tubuhnya mendekat ke arah Lanna. Dengan cepat Lanna mundur.

"Berhenti di sana!" Perintah Lanna, tak ada lagi tatapan lembut dari wanita itu pada Inara, yang tersisa hanyalah tatapan jijik dan kecewa.

"Bibi, hiks! Tolong percayalah kepadaku...bukan, hiks! Bukan aku yang meracuni Duchess Selena.."

Lanna menggeleng, "aku tidak bisa mempercayai mu lagi Inara, tidak kusangka bahwa kau tega melakukan hal jahat seperti itu."

"Bi-"

"BERHENTI MEMBELA DIRIMU SIALAN! KAU BERSALAH DAN KAU HARUS DI HUKUM!" Teriak Vina murka. Ia melepaskan pelukannya dari sang suami, lalu Vina menghampiri Inara dan..

Plak!

Satu tamparan lolos mengenai pipi sebelah kanan Inara, "itu balasan untukmu karena kau tega meracuni putriku!"

Plak!

Tamparan kembali Vina layangkan di pipi kiri Inara. Membuat sudut bibir Inara berdarah, "dan itu, balasan untukmu karena kau membuat putriku kritis!"

Saat hendak melayangkan tendangan pada tubuh Inara yang sudah melemas tak bertenaga, Azer dengan cepat menahan istrinya.

"Dia bisa mati, Vina."

Vina menggeleng keras. "Aku tidak perduli! Karena dia putriku hampir meregang nyawa!"

Vina menepis Azer, kembali menghampiri Inara. Sedangkan Azer dengan cepat kembali menarik istrinya, kali ini ia memeluk Vina.

"Tenangkan dirimu..kita tidak bisa bertingkah gegabah seperti ini, jika dia mati dia tidak akan mendapatkan hukuman nantinya, kau tak mau kan dia mati dalam keadaan tidak mendapatkan hukuman atas perbuatannya?"

"Tidak.."

"Tolong kendalikan emosimu, putri kita akan mendapatkan keadilan yang seadil adilnya."

Vina meremat pakaian suaminya, ia kembali menangis. "Y-ya! Itu harus.."

Saat seluruh orang terfokus pada Inara, mereka sama sekali tak menyadari sosok wanita berkuku panjang sedang bersembunyi di atas pohon menyaksikan seluruh drama yang terjadi.

Wanita itu tersenyum miring, mereka terlalu fokus pada Inara, sampai melupakan Selena yang mereka tinggal di dalam kamar seorang diri.

"Gadis yang malang, tenanglah di alam baka."

-

Nantikan chap SSL berikutnya!!





Selena's Second LifeWhere stories live. Discover now