21

45 7 0
                                    

"Kak Putri kok enggak pulang?" Agnes tidak bisa tidak bertanya ketika mendapati sosok Putri yang masih berada di rumahnya.

Pengasuh yang Anton tempatkan hanya untuk menemani si kembar di siang hari itu sekarang malah sibuk mengurusi tirai jendela ruang tamu dari sinar orange alih-alih memulangkan diri.

Begitu selesai dengan tirai pertama, Putri menoleh sekilas kearah anak perempuan yang berdiri di tengah-tengah celah yang menghubungkan ruang tamu dan ruang keluarga. Ia kemudian melangkah  menuju jendela satunya lagi sambil menjawab singkat, "Iya."

"Kenapa?" Tanya Agnes memilih bergabung dengan mendudukkan diri di sofa yang ada disana, matanya tidak lepas dari sosok perempuan yang sibuk menutup tirai di sisi kanan.

"Kan Papa Age bakal pulang malem."

"Hah? Kata siapa?"

"Kata Papa Age sendiri."

"Kok Age enggak tahu?"

"Berarti Papa Age enggak ngasih tau Age." Selesai dengan urusan jendela, Putri berbalik menghampiri Agnes yang terlihat masih ingin bertanya.

"Iya kali ya--tapi Papa bakal tetep pulang kan?"

"Pulang kok, cuman pulangnya rada maleman."

Tersadar dengan jawaban Putri, Agnes kembali bertanya dengan wajah polosnya. "Lho? Emang Papa ngapain aja sampe pulang malem?"

"Kerja." Melangkah memasuki ruang tengah, sosok Agnes mengikuti Putri di belakang. "Papa Age katanya bakal kerja sampe malem jadi pulangnya agak telat makannya tante disuruh nemenin kalian sampe malem ini."

Tiba-tiba pintu di sebelah mereka terbuka lebar mengeluarkan Allen dari dalamnya. Sorot mata besar dengan kesegaran penuh nampak pada wajah tampan anak laki-laki berusia 5 tahun itu.

"Yey! Ale udah bangun!" Girang Agnes menghampiri Allen yang masih terlihat mengumpulkan nyawa. "Lama banget si Ale tidurnya."

Enggan menjawab, Allen bergeser menjauhi Agnes dan merosot mendudukkan diri di lantai , tubuhnya menempel di dinding dengan tangan yang melipat di atas dengkul kaki.

"Duh, pasti lagi ngumpulin nyawa," celetuk Agnes ikut mendudukkan diri di sebelah Allen.

Merasa harus memberikan air minum kepada Allen, Putri segera memasuki dapur meninggalkan si kembar di ruang tengah.

"Ale, Ale udah tahu belom? Katanya Papa pulang malem lho."

Bukannya menanggapi Allen malah sibuk menguap selebar mungkin untuk mengeluarkan rasa kantuk yang tersisa. Namun Agnes sendiri tidak menyadari sehingga masih terus bertanya, "Ale tahu enggak? Enggak tahu yah?"

Memejamkan mata, Allen mendongak dengan mulut menganga lebar. "Jam berapa, Ge?"

"Jam..." Agnes segera melihat jam dinding di atas televisi. "Satu."

"Hah?" Membuka matanya kaget, Allen mengikuti arah penglihatan Agnes. Matanya mengerjap kuat, mencoba memperjelas pandangannya untuk membaca benar-benar waktu yang tertera di sana. Namun sayangnya dia sendiri tidak bisa baca jam tapi yang pasti jawaban Agnes benar-benar salah.  "Masa jam satu, enggak mungkin jam satu orang Ale aja tidur jam tiga."

"Ale kan enggak bisa baca jam."

Tersulut emosi, Allen menoleh kesal. "Age juga enggak bisa!" Seketika rasa kantuk benar-benar menghilang.

"Hehe, biasa aja dong."

Celah menuju dapur menampakkan Putri yang memegang gelas air minum di tangannya. "Ale minum dulu nih." Dia menyodorkan minuman kepada Allen.

HARAPAN (ANTON RIIZE #01) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang