17

37 5 0
                                    

"Sebelum ke rumah kamu, mampir ke apotek dulu mau enggak?"

"Boleh."

"Mau beli obat soalnya," celetuk Tasya beralasan padahal Anton tidak mempertanyakan.

"Kamu sakit?" Anton melirik Tasya sekilas. "Sakit apa?"

Melirik jendela mobil dengan raut wajah pasrah, Tasya menjawab, "Lambung."

"Telat makan ya?"

"Kalo makan si sering..." Wanita itu tidak bisa bohong mengenai kebiasaannya yang memang sangat suka sekali makan. Dan sejauh ini Anton mengetahui itu. "Mungkin emang udah waktunya lambung kena."

"Enggak ada yang kayak gitu, ada sebab ada akibat."

"Tapi aku makannya banyak." Tasya sudah melihat kearah Anton yang masih fokus menjalankan mobil. "Kamu lihat sendiri kan?" Ia bersikukuh membuat Anton percaya.

Mendengar bagaimana Tasya sangat ingin meyakinkannya membuat Anton berdeham sambil membenarkan posisi duduknya. "Suka makan pedes enggak?"

Tasya tersadar dari tingkahnya dan menjawab dengan pura-pura malu. "Su-suka," seolah kepergok.

Donzello Anton menyemburkan tawa. "Ya berarti itu penyebabnya, makan pedes--Sekarang berhenti makan pedes yah." Dia tidak memiliki kecurigaan apapun.

"Enggak bisa."

"Kurang-kurangin."

"Eng--"

"Nurut sama aku."

"Iya."

Setelah melewati beberapa bangunan tinggi, Anton akhirnya menemukan apotek. Saat tahu Tasya hendak menurunkan diri, pria itu siap-siap melepas sabuk pengaman.

"Kamu disini aja yah."

Terhenyak, Anton melihat Tasya sambil mengerjapkan mata.

"Aku sendiri saja yang ke sana."

"Oh, iya."

Selesai dengan urusan Tasya, mereka berdua akhirnya sampai dirumah yang langsung mempertemukan si kembar. Seperti biasa Putri akan memulangkan diri jika sudah seperti itu.

"Tante Tasya," panggil Allen saat tubuhnya baru saja keluar dari kamar dengan membawa sebuah buku gambar.

"Apa sayang?" Tersenyum ramah, Tasya sudah mengalihkan perhatiannya dari Anton menuju Allen yang tiba-tiba membuka halaman buku dan menunjukkan sebuah gambar.

"Lihat."

Menunjukkan gambar manusia biting yang sudah dilengkapi warna, Allen menunjukannya dengan bangga kepada Tasya.

"Ini gambar manusia?" Tasya bertanya memastikan yang langsung dijawab Allen dengan anggukan kepala. "Ini... Papa yah?" Jari telunjuknya menuding gambar laki-laki berkaki panjang.

"Iya." Membalikkan buku gambar, Allen mulai mengamati gambarannya sendiri. "Ini Papa, terus disebelah papa ada Ale, di sebelah Ale ada Age dan disebelah Age ada tante Tasya."

Penjelasan Allen mengenai gambar yang ditunjukkan anak itu mengejutkan Anton dan Tasya secara bersamaan.

"Ale, kenapa tante Tasya ada disitu?" Anton tidak bisa tidak menyelipkan nada teguran karena menurutnya itu sudah termasuk lancang.

"Kan bakal jadi mama Ale kan?"

Tasya tersenyum mendengarnya.

"Ale, jangan kayak gitu... Kita belum pasti bakal nikah." Kali ini Anton benar-benar menegurnya.

HARAPAN (ANTON RIIZE #01) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang