2

84 7 1
                                    

Udara kota jakarta di sore hari pria itu hirup rakus sambil menerjang banyak kendaraan begitu jam pulang tiba. Gerobak martabak dipinggir jalan kemudian menjadi pemberhentiannya setelah menempuh jarak selama kurang lebih 20 menit dari kantor.

"Masih enggak mas?" Tanya seorang pria yang masih berpakaian lengkap mengenakan dasi dibalik jaket jeans kepala penjual martabak. 

"Masih mas, masih." Penjual itu mengangkat martabak yang sudah matang dan memindahkannya keatas kertas minyak yang sudah disediakan. "Mau yang rasa apa?"

"Kacang sama ketan item, mix yah."

"Ketan item-nya kosong mas." 

"Oh, bentar." Menjauhkan diri, Anton memilih menghubungi nomor Rara, tetangga yang dipekerjakan nya untuk menemani Allen dan Agnes selama dirinya tidak ada dirumah. "Hallo Ra."

"Iya Mas?"

"Tanyain dong ke Ale." Anton mengerjapkan mata selagi melihat jalanan aspal yang tidak jauh dari kakinya berpijak. "Rasa ketan item nya habis."

"Emang lagi beli apa mas?"

"Martabak."

"Ale! kamu ditanyain sama papa, kalo ketan itemnya abis mau ganti apa?"

"Mana sini, aku mau ngomong sendiri." Ale mengambil alih ponsel dari Rara. "Halo pa."

"Halo sayang." Pria itu memperbaiki posisi berdirinya sambil tersenyum begitu mendengar suara Allen yang bersemangat disebrang telepon. 

Penjual martabak melirik sekilas punggung Anton yang masih menerima telfon dipinggir jalan. 

"Ketan itemnya abis yah?"

"Iya sayang, jadi mau gantinya rasa apa?"

"Kalo kacang ada?" 

"Ada."

"Papa! Papa! Age kacang papa!" Sahut Agnes dari sebrang telepon. 

"Iya sayang."

"Ya udah deh, Ale juga kacang." 

"Jadi kacang semua yah?"

"Iya pa."

"Ya udah, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Memasukkan ponsel kedalam saku kemeja dibalik jaket jeans, Anton kembali kepada penjual martabak dibelakang. "Kacang satu ya mas."

"Siap mas ganteng..." Penjual itu tersenyum sambil mengoleskan margarin diatas martabak lain yang baru saja diangkut dari kompor. 

Tidak lama kemudian dari arah kiri datang 2 gadis yang sama-sama mengenakan cardigan. "Mas martabak dong."

"Martabak rasa apa mbak?"

"Rasa apa yah." Salah satu di antara 2 gadis itu menyipitkan mata melihat menu didepan Anton. 

"Deketin aja mbak, enggak papa, ganteng ini masnya." Sahut penjual yang menyadarkan Anton. 

Seketika Anton langsung menggeser tubuhnya kesamping gerobak, memberikan ruang untuk pembeli lain melihat menu.

"Yah malah geser mas nya, padahal lumayan ya mbak." Sahut penjual lagi yang membuat 2 gadis itu tertawa. "Mas."

"Ya?"

"Jaketnya beli dimana," tanya penjual martabak. "Saya naksir."

"Di online mas."

"Oh, berapaan?"

"Tiga ratusan."

"Mahal amat."

"Biasa aja."

"Padahal jaketnya bagus tapi harganya enggak bagus di kantong saya."

HARAPAN (ANTON RIIZE #01) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin