"Dengan siapa tadi kau berdansa?" Tanya Arviant dengan suara beratnya.

Selena memalingkan wajahnya ke samping, tak mau bersitatap dengan Arviant. "Temanku."

"Teman? Kau memiliki teman?" Arviant kembali bertanya untuk memastikan. Pasalnya, selama mengenal Selena, Arviant tak pernah sekalipun melihat gadis itu bersosialisasi dengan para lady lady bangsawan, bahkan ajakan ajakan yang biasanya para perempuan bangsawan lakukan setiap minggu seperti acara minum teh tak pernah Selena hadiri.

Selena cenderung menutup diri dari lingkungan sosial, begitulah yang Arviant simpulkan dari sosok Selena. Tapi mendengar gadis itu mengatakan bahwa ia memiliki teman, rasanya Arviant hampir tak percaya. Terlebih, temannya adalah laki laki.

Apakah memang tabiat Selena demikian? Tak memiliki teman perempuan, tapi memiliki banyak teman pria. Arviant semakin mencengkram pinggang ramping Selena, membuat Selena menatapnya heran.

Arviant mengetatkan rahangnya, entah mengapa ia merasa emosi saat melihat Selena berinteraksi dengan lawan jenis, terlebih mereka terlihat santai dan akur saat mengobrol.

Sedangkan pada dirinya? Jangankan bersikap santai, Selena bahkan sangat formal terhadapnya.

"Ap—"

"Sebut namaku." Perintah Arviant tiba-tiba.

"Maksudnya?"

"Sebut namaku, Selena."

Selena menghela nafas sabar. "Arviant."

"Sekali lagi,"

"Arviant."

"Lagi,"

"Ck! Bisakah anda tidak bersikap kekanak-kanakan?" Desis Selena. Ia merasa jengah sekarang.

"Lepas!"

Bukannya melepaskan, Arviant malah semakin mencengkram pinggang Selena. "Kenapa kau sangat formal saat berbicara kepadaku? Sedangkan saat kau berbicara kepada temanmu kau berbicara santai." Jujur Arviant mengungkapkan perasaan nya.

"Kalian berbeda."

"Apanya yang berbeda?" Desak Arviant, emosi negatif mulai menguasainya. Tidak tidak, ia tidak mungkin cemburu bukan? Arviant mulai meragukan perasaannya terhadap Selena.

"Lupakan." Selena sangat malas berdebat, energinya sudah habis karena sedari pagi hingga malam ia tak beristirahat. Bahkan, beberapa hari ini ia begadang untuk menyiapkan pesta perayaan hari jadi Arviant.

"Mulai hari ini kau tak boleh lagi berbicara formal padaku." Putus Arviant.

Selena hendak protes, namun di urungkan saat Arviant kembali berujar, "kita sudah menikah, Selena. Sudah seharusnya kau menanggalkan sikap formal mu terhadapku."

Jantung Selena berdetak dua kali lipat dari biasanya, tatapan itu...baru kali ini Selena mendapati Arviant menatapnya sedalam itu. Selena memilih melepaskan diri secara sepihak. Ia berlalu dari hadapan Arviant, meninggalkan lelaki itu yang terus menatap punggungnya dengan tatapan yang tidak bisa di tebak.

-

"Kau sungguh luar biasa menantu! Ibu sangat terkesan melihat acara hari ini."

Selena tersenyum, ia melirik Inara yang duduk di samping Lanna, gadis itu beberapa hari ini sama sekali tidak membuat ulah, bahkan, Selena jarang menemuinya di kediaman ini karena gadis itu selalu mengurung dirinya di dalam kamar.

"Terimakasih ibu."

Selena semakin mengerutkan alisnya dalam saat melihat Inara pucat pasi, Selena mengikuti arah pandang gadis itu, yang menatap lurus ke arah pilar. Tak ada siapapun di sana? Apa jangan jangan anak itu sedang melihat setan? Pikir Selena.

Selena's Second LifeOnde histórias criam vida. Descubra agora